Monday, January 9, 2012

PROSEDUR KLINIK : PEMERIKSAAN URINE IBU HAMIL ( GLUKOSA URINE & PROTEIN URINE )

UJI PROTEIN
Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa ya nge-Klik Iklan nya.....
Terima kasih :)

·        Tujuan
Untuk mengetahui adanya protein didalam urin

·        Dasar
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari pemeriksaan ini terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> +2 dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam, proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam. Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya preeklampsi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester kedua -kehamilan.
Tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilandimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak , 2004).Pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh ibu hamil bila dicurigai mengalami preeklampsi ringan atau berat, dari hasil pemeriksaan ini kita dapat memberikan asuhan kepada ibu hamil yangditujukan untuk mencegah timbulnya masalah potensial yaitu terjadinya eklampsi.
Penetapam kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urinyang jernih menjadi syarat yang penting.Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada dalam urin atau yang sengajaditambahkan ke dalam urin. Asam asetat yang dipakai tidak pentingkonsentrasinya, konsentrasi antara 3-6% boleh dipakai, yang penting ialah pHyang dicapai melalui pemberian asam asetat. Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik digunakan untuk percobaan ini. Hasil terbail padapercobaan ini diperoleh dengan penggunaan urin asam.
Ditemukannya protein urine merupakan tanda paling sering di jumpai pada preeklamsi, penyakit ginjal, bahkan sering merupakan petunjuk dini dari latent glomerulo nephitis,Toxemia gravidarum ataupun diabetic nephropathy. Selama kehamilan normal terdapat kenaikan hemodinamika ginjal dan di ikuti dengan tekanan venarenalis. Pembentukan urine dimulai dalam glomerulus, apabila filtrasi glomerulus mengalami kebocoran yang hebat, molekul protein besar akan terbuang dalam urin sehingga menyebabkan proteinuria. Pada pasien yang telah menderita penyakit parenkhim ginjal, Faktor kehamilan yang memasuki usia 20 minggu ini mungkin akan memperberat kebocoran protein melalui urine. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran protein urine pada ibu hamil trimester II yang memeriksakan diri di bidan praktek swasta Citra Mulia Kudus. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Mei 2010 dengan jumlah sampel di ambil secara purposif dan sampel di periksa secara semi kuntitatif dengan metode statistik. Hasil penelitian menunjukan pemeriksaan urine pada ibu hamil trimester II yang negative sebanyak 9 sampel. Positif satu sebanyak 19 sampel dan positif dua sebanyak dua sampel. Pada pengukuran tekanan darah terdapat 6 ibu hamil yang mengalami hipertensi dan dilihat dari kondisi kaki terdapat 3 orang ibu hamil yang mengalami edema. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di harapkan kepada ibu hamil agar melakukan pemeriksaaan kehamilan secara rutin sehingga perkembangan janin dapat dipantau.
Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan dan makanan sehari-hari yangdikonsumsi oleh masing-masing individu. Individu normal meempunyai pH antara5 sampai 7. Banyak faktor yang memperngaruhi pH urine seseorang adalah makanan sehari-hari dan ketidakseimbangan hormonal. Warna urine adalah kuning keemasan yang dianggap berasal dari emas.Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atauobat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang kotor.
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan Mengandung bakteri.Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi danberbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuangkeluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melaluiurinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung didalam urin. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jeniscairan urin dan pH serta suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputianalisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu.
Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalahanalisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawahmikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalamurin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri.
Reabsorpsi asam amino terutama terjadi di bagian awal tubulus kontortus proksimal yang menyerupai proses absorpsi di usus halus. Karier utama dimembrane luminal merupakan kotransport Na+ sedangkan karier di basolateraltidak bergantung pada Na+. Na+ di pompa keluar sel oleh Na+, K+, ATP ase dan kemudian asam amino keluar sel melalui proses difusi fasilitasi menuju cairan intertisium.
Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin).
Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara Esbach.

 
Pemeriksaan proteinuria
 Untuk menguji adanya kekeruhan , periksalah tabung dengan cahayaberpantul dan dengan latar belakang yang hitam. Cara penilaian uji protein adalah sebagai berikut :

a        Cara pemanasan asam asetat
·        Alat dan Bahan
Alat :
1.      Tabung reaksi
2.      Penjepit tabung reaksi
3.      Rak tabung
4.      Pipet tetes
5.      Corong
6.      Pipet volume
7.      Lampu spiritus/ Bunsen
8.      Beker glass

Bahan :
1.      Asam Asetat 6%
2.      Urin patologis

·        Cara Kerja
1.      Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per tiga tabung
2.      Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin  sampai mendidih
3.      Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara membandingkan dengan urin bagian bawah.
4.      Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn  maka hasilnya negative
5.      jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan  maka tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5 tetes.
6.      Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif. Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
7.      Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut

·        Cara menilai hasil :
ü  Tak ada kekeruhan                                             : -
ü  Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir   : + (protein 0,01-0,05%)
ü  Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir  : ++ (protein 0,05-0,2%)
ü  Kekeruhan jelas dan berkeping-keping   : +++ (protein 0,2-0,5%)
ü  Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal : ++++(> 0,5%)

b        Prosedur yang lain :
1.      Dengan Dipstick
·        Urin sewaktu

1.      Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu.
2.      Celupkan strip reagen (dipstick) kedalam urin.
3.      Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. 

Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual. Dipstick mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
·        Spesimen urin 24 jam

1.      Kumpulkan urin 24 jam
2.      masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin.
3.      Jika perlu, tambahkan bahan pengawet.
4.      Ukur kadar protein dengan metodekolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi otomatis.
Description: http://w23.indonetwork.co.id/pdimage/33/s_2596033_fullyaut.jpg


1.      Dengan asam sulfosalisil:

1.      Dua tabung reaksi diisi masing-masingnya dengan dua ml urin yang akan diperiksa.
2.      Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kemudian dikocok.
3.      Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau tetap sama jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-)”.
4.      Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas nyala api sampai mendidih dan kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir :
ü  Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah dingin kembali, tes terhadap protein “Positif”.
ü  Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan &muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan Bence Jones.


UJI GLUKOSA

·        Tujuan :
Untuk mengetahui adanya glukosa di dalam urin
·        Dasar :
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).
Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
Hasil pemeriksaan reduksi untuk urin
1.      Cara benedict
·        Alat dan Bahan
Alat :
1.      Tabung reaksi
2.      Penjepit tabung reaksi
3.      Rak tabung
4.      Pipet tetes
5.      Corong
6.      Pipet volume
7.      Lampu spiritus/ Bunsen
8.      Beker glass
Bahan :
1.      5 cc larutan benedict
2.      Urine patologis

·        Cara Kerja
1.      Masukkan larutan benedict ke dalam  tabung reaksi sebanyak 5 cc
2.      Campurkan urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict
3.      Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih
4.      Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak

·        Cara menilai hasil :
ü  Negatif (-)                   : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
ü  Positif (+)                 : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
ü  Positif (++)                  : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
ü  Positif (+++)               : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
ü  Positif (++++)             : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)

2.      Cara menggunakan carik celup
Pemeriksaan glukosuria dengan menggunakan carik celup






DAFTAR PUSTAKA

1.      Pusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatal













No comments:

Post a Comment

Ilmu Kesehatan Masyarakat ( Public Health )

Bagi sebagian orang mungkin banyak yang sudah tidak asing lagi mendengar kata "IKM" atau Ilmu Kesehatan Masyarakat, namun ...