Wednesday, February 1, 2012

Pendidikan Seks Untuk Remaja (Cara Pemberian Materi Pendidikan Seks Untuk Siswa SMP dan SMA)

BAB II
PEMBAHASAN
Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa ya nge-Klik Iklan nya.....
Terima kasih :)
2.1    Pengertian Remaja
Remaja atau “Adolescence”, berasal dari bahasa latin “Adolescere” yang berarti tumbuh kea rah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fgisik saja tetapi juga kematangan social dan psikologis. Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes R.I anatara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10-19 tahun.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 trahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut Masa Pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari  masa anak ke masa dewasa.
Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik)secara cepat , dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan(mental emosiaonal). Terjadinya p[erubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya, dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini,memandang perlu akan adanya pengertian,bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya,agar dalam system perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani,rohani dan soasial.
Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan system reproduksi,merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus,karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja,agar dapat tertangani secara tuntas.
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk, 1989). Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik di lihat dari aspek koginitif, emosi maupun fisik (Ali dan Asrori, 2009).

2.2    Perkembangan Remaja dan Ciri-Cirinya
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangant perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarakan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu:
1.        Masa remaja awal (10-12 tahun)
a.         Tampak dan memeang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
b.         Tampak dan merasa ingin bebas
c.         Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)
2.        Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a.         Tampak dan merasa ingin mencari idetitas diri
b.         Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
c.         Timbul perasaan cinta yang mendalam
d.        Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
e.         Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

2.3    Perkembangan Remaja dan Tugasnya
       Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu, dari masa anak-anak sampai dewasa, individu memiiki tugas masing-masing pada setiap tahap perkembangannya. Yang dimaksud tugas pada setiap tahap perkembangan adalah bahwa setiap tahapan usia,individu tersebut mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan, sikap dan fungsi tetentu sesuai dengan kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi itu sendiri timbul dari dalam diri yang dirangsang oleh kondisi disekitarnya atau masyarakat.
Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and Education yang dikutip oleh Partut Panuju dan Ida Umami (1999:23-26) ada sepuluh yaitu:
1.        Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.
Artinya para remaja memandang gadis-gadissebagia wanita dan laki-laki sebagai prianya, menjadi manusia dewasa diantara orang-orang dewasa. Mereka dapat bekerja sama dengan orang lain dengan tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi, dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.
2.        Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing.
Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing  sesuai dengan ketentuan atau norma masyarakat.
3.        Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.
4.        Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua atau orang lain.
5.        Mencapai kebebasan ekonomi. Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha  sendiri. Ini terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-angsur menjadi tambah penting.
6.        Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, artinya belajar memilih satu pekerjaan sesuai dengan bakat dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.
7.        Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah tangga dan mendidik anak.
8.        Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan  untuk kepentingan hidup bermasyarakat, maksudnya ialah, bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi, tentang hakikat manusia dan lembaga-embaga kemasyarakatan
9.        Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional.
10.    Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tidakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidup. Norma-norma tersebut secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam menetapkan kedudukan manusia dalam hubungannya dengan sang pencipta alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain; membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara nilai-nilai pribadi yang lain
Kesimpulan yang dipaparkan oleh Panut Panuju dan Ida umami (1999) bahwa dari 10 tugas perkembangan diatas, menunjukkan hubungan yang sangat erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang harus diselesaikan remaja dalam hidupnya.
Remaja, demikian papar Novita Pratiwi (2005:1-12) merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Tugas-tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah:
1.        Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapatditerima masyarakat
2.        Mengembangkan sikap yang benar tentang seks
3.        Mengenali pola-pola perilaku hetero seksual yang dapat diterima masyarakat
4.        Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup
5.        Mempelajari cara-cara mengekspresikan cinta

2.4    Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
Pada masa renmaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi atau organ seksual sehingga tercapai kematangan yang ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti muncuknya tanda-yanda sebagai berikut :
1.        Tanda-tanda seks primer
Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah organ seks. Pada laki-laki yaitu gonad (testis). Organ itu terletak didalam skrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama 1 atau 2 tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testis berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi pria matang, lazimnya terjadi mimpi basah, artinya ia bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual,sehingga mengeluarkan sperma.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram.
Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lender dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause bias terjadi pada usia sekitar 50an.

2.        Tanda-tanda seks sekunder
a.    Pada laki-laki
1.         Rambut
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar 1 tahun setelah testis dan penis mulai membesar. Ketika rambut kemaluan hamper selesai tumbuh, maka menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya kumis dan jambang.

2.         Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar/
3.         Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih aktif. Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat. Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah, terutama bagian ketiak.
4.         Otot
Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat. Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot, maka akan tampak member bentuk pada lengan, bahu, dan tungkai kaki.
5.         Suara
Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan suara. Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga meningkat.
6.         Benjolan di dada.
Pada usia remaj sekitar 12 samapai 14 tahun muncul benjolan kecil-kecil di sekitar kelenjar susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.

b.    Pada wanita
1.         Rambut.
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warrnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebihkasar, lebih gelap, dan agak keriting.

2.         Pinggul.
Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.
3.         Payudara.
Seiring pinggul membesar maka payudara juga membesar dan putting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan menjadi lebih bulat.
4.         Kulit.
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar,lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda denga n laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut.
5.         Kelenjar lemak dan kelenjar keringat.
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
6.         Otot.
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat akibanya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
7.         Suara
Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.

2.5    Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :
1.        Perubahan emosi.
Perubahan tersebut berupa kondisi :
a.         Sensitif atau peka misalnya : mudah menangis,frustasi dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstuasi.
b.         Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berfikir dahulu.
c.         Ada kecenderungan tidak patuh kepada orangtua, dan lebih senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
2.        Perkembangan intelegensia.
Pada perkembangan ini menyebabkan remaja :
a.         Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan kritik
b.         Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

2.6    Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja
Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang ada.
Pengetahuan yang memadai dan adanya motifasi untuk menjalani masa remaja secara sehat. Diharapkan para remaja mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat.

2.7    Pendidikan Seksual
•    Pendidikan seks menurut Islam adalah upaya pengajaran dan penerapan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak dari kebiasaan yang tidak islami serta menutup segala kemungkinan kearah hubungan seksual terlarang (zina) (Muhammad Sa’id Mursi)
•    Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat
•    Pendidikan seks adalah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah diterapkan oleh masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama (DR. Arief Rahman Hakim dan Drs. Fakhrudin-SMU Lab School Jakarta).

Perbedaan pandangan tentang perlunya pendidikan seks bagi remaja nyata dari penelitian WHO (Word Health, 1979) di enam belas negara Eropa, yang hasilnya ialah sebagai berikut:
z  5 negara mewajibkannya di setiap sekolah.
z  6 negara menerima dan mensahkannya dengan undang-undang tetapi tidak mengharuskannya di setiap sekolah.
z   2 negara secara umum menerima pendidikan seks, tetapi tidak mengukuhkannya dengan undang-undang.
z  3 negara tidak melarang, tetapi juga tidak mengembangkannya.

Pandangan yang mendukung pendidikan seks antara lain di ajukan oleh Zelnik dan Kim (1982) yang menyatakan bahwa remaja yang telah mendapat pendidikan seks tidak cenderung lebih sering melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapat pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak di kehendaki. (Sarwono, 2007).

Peneliti berpendapat bahwa pendidikan seks bukanlah penerangan tentang seks semata-mata. Pendidikan seks, sebagaimana pendidikan lain pada umumnya seperti pendidikan agama, atau pendidikan Moral Pancasila, yang mengandung pengalihan nilai-nilai dari pendidik ke subjek-didik. Dengan demikian, informasi tentang seks diberikan secara kontekstual, yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Sarwono, 2007).
Pendidikan seks yang kontekstual ini jadinya mempunyai ruang lingkup yang luas. Tidak terbatas pada perilaku hubungan seks semata tetapi menyangkut pula hal-hal lain, seperti peran pria dan wanita dalam anak-anak dan keluarga, dan sebagainya (Sarwono, 2007)

2.8    Tujuan Pendidikan Seks
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)

Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :

1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)

3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi

4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.

Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.

2.9    Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong usia dewasa. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berbicara tentang remaja dan pendidikan seks, terutama yang berhubungan perkembangan seks. Ada kesan pada remaja bahwa seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaaan, tidak ada kedukaan, tidak menyakitkan bahkan membahagiakan, sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan. Seks hanya berkisar prilaku seks semata yang disertai birahi, bahkan ada yang beranggapan bahwa gaul atau tidaknya seorang remaja dilihat dari pengalaman seks mereka, sehingga ada opini “seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba“ (dikenal dengan istilah sexpectation).
Pendidikan seks diperlukan agar anak mengetahui fungsi organ seks, tanggungjawab yang ada padanya, halal haram berkaitan dengan organ seks dan panduan menghindari penyimpangan dalam prilaku seksual mereka sejak dini.
Memang masa remaja adalah masa yang sangat didominasi dengan masalah-masalah seks. Remaja juga akan sangat memperhatikan masalah-masalah seks. Banyak remaja yang mengkonsumsi bacaan-bacaan porno, melihat film-film blue dan semakin bertambah ketika mereka berhadapan dengan rangsangan seks seperti suara, pembicaraan, tulisan, foto, sentuhan, film. Bahkan semakin hari semakin bervariatif. Padahal apabila remaja sudah terjatuh dalam kegiatan seks yang haram, maka akibatnya sudah tidak bisa dibayangkan lagi:
   1. Hilangnya harga diri bagi remaja laki dan hilangnya keperawanan bagi perempuan.
   2. Perasaan berdosa yang mendalam, terkadang berakibat menjadi lemah dan semakin jauh dengan Allah SWT.
   3. Perasaan takut hamil.
   4. Lemahnya kepercayaan antara dua pihak.
   5. Apabila hubungan ini diteruskan, akan menjadi hubungan yang gagal, terlebih bila dikembalikan dengan hukum syari’at.
   6. Penghinaan masyarakat terhadap remaja laki-laki dan perempuan, juga kepada keluarganya.

Maka solusi agar remaja tidak melakukan hal yang negative, yaitu sebagai berikut:
z  Pertama, dengan meminimalkan hal-hal yang merangsang, mengekang ledakan-ledakan nafsu dan menguasainya. Sebab, sesungguhnya tuntuntan untuk memenuhi hasrat biologis didorong oleh dua sebab:
{  Ekstern, dengan jalan rangsangan. Pada awalnya memori seks dibentuk oleh stimulasi eksternal (bukan persepsi).
{   Intern, dengan jalan berpikir dan bertindak.

z  Kedua, dengan menjaga diri (Isti’faaf). Hal ini merupakan bagian dari proses sebagai berikut:
{  Memahami diri. Dimana remaja putra dan putri memahami tentang jati dirinya. Menyadari akan tugas dan tanggungjawab hidup, mengerti hubungan dirinya dengan lingkungannya, (Al Hajj: 77)
{  Kualitas akhlak. Menyadari batas-batas nilai, tugas masyarakat. Kecil dan besar, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat.
{  Kesadaran beragama. Perasaan taqwa dan muroqabah-Nya. Al Alaq: 14.
{  Perasaan damai di rumah. Terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling memahami diantara sesama anggota keluarga.
{  Pengawasan yang cerdas dari orang tua.
{  Komitmen dengan aturan-aturan Allah SWT dalam berpakaian dan dalam bergaul dengan lawan jenis.
{  Menghindari pergaulan bebas dan mencegah berduaan tanpa mahram.



2.10 Pembekalan Pengetahuan Yang Diperlukan Remaja
Diantaranya meliputi :
z  Perkembangan fisik,kejiwaan dan kematangan seksual remaja.
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik,kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang haid dan mimpi basah , tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan waniat perlu diperoleh setiap remaja.

Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan kelmin. Hgal ini etntunya akan membuat para orang tua merasa khawatir. untuk itu perlu dilruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks yang tepat dapat mengubah anggapan negative tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat membertahu para remaja bahwa seks adalah suatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual yang beresiko sehingga mereka dapat menghindarinya.

z  Proses reproduksi yang bertanggung jawab.
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnuya dan menyalurkannya melalui kegiatan yang positif, seperti olahraga dan mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluran yang ebrupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga untuk melanjutkan keturunan.

z  Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan.
Remaja memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Disamping itu remaja memerlukan pembekalan tenteng kiat untuk mmpertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan napza.

z  Persiapan pranikah.
Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga.

z  Kehamilan dan persalinan serta cara pencegahannya.
Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan keluarga dimasa depan.

2.11 Cara Pemberian Materi Pendidikan Seks
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak.
Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.

Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
a)      Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
b)      Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
c)      Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
d)     Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
e)      Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

Para orangtua dalam memberikan pendidikan seks kepada anaknya, sebaiknya:
a.       Ubah cara berpikir anda. Bahwa makna pendidikan seks itu sangat luas, tidak hanya berkisar masalah jenis kelamin dan hubungan seksual. Tapi di dalamnya ada perkembangan manusia (termasuk anatomi dan fisiologi organ tubuh, terutama organ reproduksi); hubungan antar manusia (antar keluarga, teman, pacar dan perkawinan); kemampuan personal (termasuk di dalamnya tentang nilai, komunikasi, negosisasi dan pengambilan keputusan); perilaku seksual; kesehatan seksual (meliputi kontrasepsi, pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS, aborsi dan kekerasan seksual); serta budaya dan masyarakat (tentang jender, seksualitas dan agama).

b.      Mengajarkan tentang pendidikan seks sejak dini. Seperti saat anda mulai mengajari “ini hidung”, atau “ini mulut”, maka pada saat itulah anda mengajarinya “ini penis” atau “ini vulva” . Jangan menggunakan istilah-istilah yang tidak tepat (misalnya “nenen” untuk mengganti kata payudara atau yang lainnya), karena dengan demikian tanpa sengaja kita telah membuat dikotomi, antara organ yang biasa dan organ yang “jorok” atau tabu atau negatif. Karena persepsi tentang bagian tubuh yang keliru akan berdampak negatif bagi anak di masa yang akan datang.

c.       Manfaatkan ‘Golden Moments”, misalnya saat sedang menonton tv yang sedang menayangkan kasus perkosaan, saat sedang melakukan aktivitas berdua (masak, membereskan tempat tidur), dan lain-lain.

d.      Dengarkan apa yang diucapkan anak dengan sungguh-sungguh, pahami pikiran dan perasaan mereka. Dengan demikian mereka akan merasa diterima, jika sudah merasa diterima, mereka akan membuka diri, percaya dan mudah diajak kerja sama.

e.       Jangan menceramahi. Anak umumnya tidak suka diceramahi. Karena pada saat kita menceramahi seseorang, biasanya kita “menempatkan” diri kita lebih tinggi darinya. Bukan dengan cara ini kita bisa berkomunikasi dengan mereka.

f.       Gunakan istilah yang tepat, sesuai dengan usianya. Misalnya saja kalau anak anda sudah beranjak remaja, maka gunakanlah bahasa gaul yang biasa digunakan remaja, sehingga anak tidak merasa sungkan menanggapi pembicaraan anda.

g.      Gunakan pendekatan agama. Kita harus meyakini bahwa segala masalah dan persoalan di dunia ini harus diselesaikan dengan nilai-nilai agama. Karena nilai-nilai agama tidak akan pernah berubah sampai kapan pun. Anak-anak juga harus diajak mempraktekkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

h.       Mulai saat ini juga. Begitu anda membaca artikel ini, mulai susun strategi apa yang akan anda gunakan untuk mulai mengajak anak berbicara. Yang perlu diingat yaitu bahwa anak adalah orang tua di masa yang akan datang, maka dari itu harus kita persiapkan sedemikian rupa agar menjadi generasi yang siap menghadapi masa depan dengan segala rintangannya. Percayalah, bahwa anda merupakan orang yang paling tepat dalam hal ini, dengan mempercayai diri sendiri, anda pun telah memberikan kepercayaan pada anak..

Kecangguangan dalam pendidikan seks ini akan terjadi apada orang tua dan anak. Hal ini terjadi karena wilayah seks sering dianggap tabu dan tidak layak dibicarakan. Orangtua kadang bersikap canggung dalam menyampaikan. Sedangkan anak terasa malu dalam mendengarnya.
Sehingga dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat canggung atau malu.
Jenis dan cara pendidikan seks tergantung usia anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun  belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi dengan lingkungan tersendiri yang memperhatikan kondisi psikologis anak agar tidak malu-malu dalam menerimanya, Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.

Lakukan pendidikan seksual secara bertahap dan berkesinambungan. Selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Orangtua semestinya menjadi tempat bertanya bagi anak-anak, termasuk urusan seks. Edukasi seks di rumah punya peran penting untuk mencegah perilaku seksual pada anak-anak. Jangan hanya bergantung pada sekolah atau lembaga pendidikan di luar rumah untuk mendiskusikan seks. Segera singkirkan kesungkanan atau kejanggalan saat bicara seks, karena edukasi adalah juga tanggung jawab orangtua. 
Seks adalah topik yang sulit dihindari, karena isu ini bertebaran di mana saja, melalui pemberitaan di media, acara hiburan ataupun iklan yang muncul hanya sekian menit saja. Meski terkesan mudah sekali membuka pembicaraan seputar seks, namun orangtua dan remaja acapkali sulit memulai obrolan. Agar obrolan seks mengalir lancar, jangan tunggu momen, namun ciptakanlah kesempatan. Anda bisa mengadopsi cara ini:
²  Menangkap peluang
Saat Anda dan anak remaja sedang menonton program televisi, yang membahas isu seks bertanggung jawab, angkat topik ini dalam obrolan ringan saat itu juga. Ajak anak remaja Anda berdiskusi, minta pendapatnya. Berbagai kesempatan setiap harinya sangat berharga. Anda bisa memulai diskusi ringan sambil mengendarai mobil, berberes rumah, atau saat memasak di dapur bersama si ABG. Kapan pun Anda dan anak remaja sedang bersama, tangkap peluang emas ini untuk mendiskusikan seks secara lebih cair.



²  Bersikap jujur
Anda tak perlu berlagak seperti pakar seks. Jika Anda merasa canggung, katakan saja. Namun juga jelaskan bagaimanapun canggungnya pembicaraan tersebut, Anda dan anak remaja tetap perlu mendiskusikan topik seks ini. Jujur juga diperlukan saat Anda tak menemukan jawaban atas pertanyaan anak remaja Anda. Katakan sejujurnya Anda belum tahu jawaban saat itu, dan ajak anak untuk mencari jawaban bersama.
²  Tak perlu basa-basi
Ciptakan diskusi terbuka, tak perlu menggunakan bahasa ambigu atau berbasa-basi. Ungkapkan bagaimana pendapat Anda tentang isu spesifik seperti seks oral atau senggama. Utarakan berbagai risiko perilaku seksual, seperti gangguan emosional, penyakit seks menular, atau kehamilan yang tak terencana.
²  Hargai Pendapat Anak
Bersikap menggurui anak saat mendiskusikan isu tertentu takkan berhasil. Anda perlu menyiapkan telinga selebar-lebarnya untuk mendengarkan pendapat anak Anda. Pahami perasaan anak Anda, begitu juga dengan rasa ingin tahu dan minatnya. Dengarkan lebih sering apa yang menurut anak Anda lebih menarik untuk dibahas seputar seks. Biarkanlah pembicaraan mengalir apa adanya.
²  Jangan hanya bicara fakta
Momen baik untuk mendiskusikan seks perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Jangan hanya bicara fakta soal seks. Anda juga perlu mengaitkan isu seks dengan nilai moral. Diskusikan juga seputar etika hingga nilai-nilai keyakinan atau religi. Ajak anak berbagi pendapatnya soal nilai moral.


²  Membuka diri
Munculkan kesan kepada anak bahwa Anda selalu terbuka untuk diajak bicara soal seks. Ucapkan penghargaan atas usaha anak untuk bertanya. Katakan bahwa Anda senang dan menghargai pendapat atau pertanyaannya dan senang karena ia mau membicarakan seks dengan Anda.






BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
      Pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
      Tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
      Cara pemberian materi mengenai pendidikan seks kepada remaja ini lebih banyak dilakukan oleh orangtua dari setiap remaja, sebab orangtualah yang mengetahui betul bagaimana sifat, sikap, dan perkembangan anaknya.Untuk memberikan materi mengenai hal ini, orangtua harus pandai-pandai mencari peluang dalam setiap pembicaraan dengan anaknya.
           
3.2 Saran
Pendidikan seks bagi remaja sangatlah penting, sebab dengan kita memberikan pengetahuan mengenai hal ini, secara tidak langsung kita dapat meminimalsir hal-hal yang buruk seperti seks bebas yang sekarang-sekarang ini marak dibicarakan. Dalam hal ini, orangtualah yang menjadi fasilitator terbaik bagi putra putrinya, maka seharusnya orangtua sekarang jangan terlalu membiarkan anaknya jauh dari pemantauannya, tetapi sebaliknya walaupun usianya sudah besar, tetap saja tidak menutup kemungkinan untuk anaknya melakukan hal yang negative, karena pada usia remaja mereka masih labil dan tingginya hasrat untuk coba-coba.

  




DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Yani dkk. Kesehatan Reproduksi.2009.Yogyakarta:Fitramaya.
http://hileud.com/hileudnews?title=6+Kiat+Berdiskusi+Seks+dengan+Anak+Remaja&id=497031
http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16726/4/Chapter%20II.pdf
http://pajak98.wordpress.com/2009/01/07/pentingnya-pendidikan-seks-bagi-keluarga-remaja-dan-anak/
http://medicastore.com/artikel/304/Pentingnya_Pendidikan_Seks_untuk_Remaja.html
http://artikelkesehatan.onsugar.com/TAHAPAN-PENDIDIKAN-SEKS-UNTUK-ANAK-14224271
http://netsains.com/2008/12/pendidikan-seks-remaja-masih-perlukah/
http://www.ilmupsikologi.com/?p=20
http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/258-pendidikan-seks-anak.html
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/11/04/mitos-dan-cara-pendidikan-seks-pada-anak-dan-remaja/

No comments:

Post a Comment

Ilmu Kesehatan Masyarakat ( Public Health )

Bagi sebagian orang mungkin banyak yang sudah tidak asing lagi mendengar kata "IKM" atau Ilmu Kesehatan Masyarakat, namun ...