Wednesday, February 1, 2012

Pendidikan Seks Untuk Dewasa di Tempat Kerja

BAB II
ISI
A.      Pengertian Pendidikan Seks
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.
Pendidikan seksualitas yang benar adalah pendidikan yang memberi pengetahuan tentang organ-organ seksual atau organ-organ reproduksi manusia, bagaimana cara kerjanya, dan dampaknya bila salah dipergunakan dan pendidikan itu diberikan sesuai usia. Biasanya seseorang yang telah memperoleh pendidikan seks yang benar, akan cenderung untuk menjaga kehormatannya dan berhati-hati dalam bergaul.
Tujuan pendidikan seks(2)  tak lain adalah memberikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak dan remaja seputar masalah seks secara benar dan jelas. Di teks buku lain menyatakan tujuan pendidikan seksual ialah “menciptakan” sikap yang sehat terhadap seks dan seksualitas. Menciptakan sikap yang sehat tidak sama dengan mengajarkan atau memberikan penerangan tentang fakta-fakta ( “fakta-fakta biologis” ). Fakta adalah sesuatu diluar kita, sikap adalah bagian integral dari diri kita. Sikap bukan saja kita ciptakan dengan perkataan ( “dalam bentuk percakapan” ) sebagai alat, melainkan juga tanpa perkataan (nonverbal). Dalam hidup kita komunikasi nonverbal (= tanpa perkataan ) memainkan peranan penting. Mata kita, air muka kita, gerak-gerik kita, cara kita berkata-kata, cara kita melihat, cara kita duduk atau berdiri, dan lain-lain. Sering lebih jelas “berbicara” kepada orang lain daripada perkataan kita. Hal ini tidak boleh kita lupakan sebagai pendidik. Kalau tidak, akibatnya akan sangat buruk. Kita berikan suatu contoh percakapan pengajaran orang tua mereka karena nasihat atau pengajaran orang tua mereka itu tidak selalu cocok dengan sikap dan hidup mereka. Hal ini menyuguhkan apa yang kita katakana dalam uraian kita tentang pendidikan seksual yaitu bahwa pendidikan bukan pertama-tama soal perkataan, tetapi soal sikap dan soal hidup.
Sciller (dalam Bruess, 1987:209) menyebutkan tujuan pendidikan seks adalah :
-          Memberikan informasi yang faktual seluruh aspek seksualitas dan perencanaan keluarga
-          Meningkatkan pemahaman diri mengenai seksualitas sehingga menjadi percaya diri
-          Meningkatkan pemahaman mengenai seks yang berlawanan jenis sehingga dapat meningkatkan hubungan yang positif
-          Mengembangkan seksualitas sebagai bagian dari kesehatan hidupnya.

B.       Pengertian Masa Dewasa
Masa dewasa merupakan masa peralihan dan sekaligus berakhirnya periode hidup dari  masa remaja.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, Masa Dewasa Awal (Young Adult Hood) adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
Menurut Teori Erikson, Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20-an ke 30-an. Pada tahap ini manusia mula menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mula berlaku dan berkembang. Secara nyata perubahan ciri fisik dewasa awal tidak dapat dilihat, karena merupakan kelanjutan dari perkembangan fisik pada remaja yang sangat pesat dan dapat dilihat secara nyata, tapi perkembangan fisik dewasa dianggap sebagai puncak perkembangan fisik. Karena dalam perkembangan fisik dewasa awal merasa kuat, maka kesehatan menjadi kurang diperhatikan dan dijaga. Memang hal ini kurang berpengaruh di masa dewasa awal, namun akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Tahap perkembangan pada usia dewasa ini dapat di bagi atas beberapa bagian,  antara   lain :
ü  Perkembangan Dewasa Dini ( 18 tahun - 40 tahun )
Penyesuaian pada peran seks ;  pada masa dewasa dini benar – benar sulit. Anak laki – laki dan perempuan telah menyadari pembagian peran seks yang direstui masyarakat, tetapi belum tentu mereka mau menerimanya sepenuhnya. banyak gadis remaja ingin berperan sebagai seorang ibu dan isteri yang baik kalau mereka dewasa nanti. tetapi setelah dewasa mereka tidak mau menjadi isteri ataupun ibu sesuai pengertian tradisional yaitu alasan mereka ingin menghindari peranan wanita tradisional yang telah dijelaskan oleh Arnott dan Bengslon.

ü  Perkembangan Dewasa Madya ( 40 tahun - 60 tahun )
Penyesuaian peran seksual ; Penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada usia madya terdapat pada perubahan, pada kemampuan seksual mereka.
Perubahan seksual pada wanita; perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat menopause, tetapi tidak selalu disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut. berhentinya menstruasi hanya merupakan salah satu aspek dari menopause.
Perubahan seksual pada pria ;  klimakterik pada pria sangat berbeda dengan menopause pada wanita. klimakterik dating kemudian, biasanya pada usia 60 atau 70 tahunan dan berjalan sangat lambat.

ü  Perkembangan Pada Dewasa Akhir ( 60 - isdead )
Penyesuaian peran seksual ; Setiap orang butuh dicintai dan dipelihara meskipun sudah tua. penelitian yang dilakukan oleh master dan Johnson (1968). Seorang wanita yang mengalami menopause bukan berarti tidak mungkin menikmati hubungan intim dengan pasangannya, bahkan wanita ini mengalami pembaharuan minat dan kesenangan terhadap hubungan intim. pada wanita menopause memang terjadi perubahan hormone, namun hal itu menghalangi wanita itu untuk menikmati hubungan seks.

C.      Pendidikan Seks untuk Dewasa dan Cara Penyampaian
Pendidikan seks penting diberikan antara lain untuk menghindari adanya penyimpangan perilaku seksual dan menghindari PMS. Alat peraga untuk penyampaian  pendidikan seks dapat disesuaikan dengan keadaan setempat : bisa menggunakan slide, lembar peraga, model tubuh  manusia, transparan, fotokopi gambar-gambar, bahkan jika sangat terpaksa bisa saja dibuat gambar dengan kapur di papan tulis. Yang penting bahwa alat peraga itu dapat memberikan informasi yang cukup jelas bagi peserta. Teknik penggunaan alat peraga jauh lebih penting dari pada wujud alat peraga itu sendiri.
Metode pemberian materi yang klasik adalah bentuk ceramah dan tanya jawab, tetapi jika fasilitator mampu, maka metode interaktif  akan jauh lebih menarik. Berbagai teknik yang dipakai dalam menyebarkan dan menerangkan pengetahuan mengenai pendidikan seks kepada teman-temannya, peserta diminta membuat poster atau lembar peraga dan sebagainya.
Ø  Cara pemberian
-       Menjelaskan materi Unit demi unit ( mulai membicarakan konsep sehat dan sakit secara umum ). Sebagai pendahuluan, dalam unit ini peserta diajak membahas konsep sehat dan sakit. Masyarakat perlu menyadari bahwa kesehatan adalah sesuatu yang penting, dan menjelaskan bahwa ada kegiatan-kegiatan tertentu yang perlu dilakukan agar bisa tetap sehat.
-       Proses : Peserta membentuk kelompok kecil (3-4 orang). Setiap orang diminta menyebutkan tiga orang yang menurut mereka sehat. Selanjutnya melakukan diskusi lewat memberikan kesempatan untuk bertanya kepada masyarakat.
-       Catatan untuk Fasilitator  : konsep sehat dan sakit adalah topik yang penting dibicarakan sebelum mendiskusikan tentang penyakit, pendidikan seksual dan hal-hal lainnya. Dengan diskusi ini, masyarakat diajak menyadari bahwa kesehatan adalah hal yang penting dan bahwa untuk bisa memperoleh serta mempertahankan kesehatn diperlukan suatu upaya yang aktif. Setelah kita melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk selanjutnya kita bisa lebih mudah memberikan edukasi tentang seksualitas.   Materi yang bisa disampaikan oleh fasilitator meliputi 4 jenis upaya kesehatan yaitu upaya promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit), rehabilitatif  (pemulihan ke kondisi semula).
-       Dalam menjelaskan materi pendidikan seks, hal ini tergolong dalam upaya  promotif. Dengan memperoleh pengetahuan dan ketarampilan dasar yang benar, masyarakat akan  mendapat bekal yang dapat dipakai untuk menghindari penyakit serta hal-hal negatif lainnya yang berhubungan dengan seksualitas (misalnya kehamilan usia muda)

D.      Peran Bidan Desa Dalam Memberikan Pendidikan Seks
Yang dimaksud dengan peranan teknik yang dimiliki bidan desa adalah pengetahuan dan keterampilan tentang semua upaya dan kegiatan untuk melaksanakan pelayanan kebidanan dan pelayanan KIA pada umumnya termasuk KB, menejemen pelayanan KIA diwilayahnya dan peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang KIA, khususnya pembinaan dukun bayi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bidan dalam aspek fungsi teknisnya, agar dapat berperan dalam mempercepat penurunan  kematian ibu dan bayi dan meningkatkan kemampuan dalam menejemen program KIA dan upaya pendukungnya (DEPKES RI, 1994).
Penanggung jawab kegiatan pembina peranan teknik bidan desa tingkat puskesmas adalah kepala puskesmas yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh bidan puskesmas dan dokter puskesmas berfungsi sebagai pembina aspek teknis medis yang memberikan bimbingan dalam melakukan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan pembinaan dan neonatal serta kesakitan lainnya. Bidan puskesmas berfungsi sebagai koordinator bidan tingkat kecamatan yang membina bidan desa secara langsung dalam aspek teknis kebidanan, aspek manajemen program KIA, pembinaan peran serta masyarakat (khususnya dukun bayi dan kader ) dan pelayanan KB.
Bidan desa, selain berperan teknik juga terdapat beberapa faktor sebagai peranan non teknik yang turut mendukung pelayanan bidan desa, seperti  melakukan kegiatan penyuluhan, pelayanan rujukan, pelayanan antenatal, lokasi tempat tinggal serta keamanan lingkungan. Faktor peranan non teknik ini adalah faktor organisasi meliputi :
ü Kegiatan penyuluhan, pelayanan rujukan, pelayanan antenatal.
-       Penyuluhan kesehatan, khususnya penyuluhan dengan materi kesehatan reproduksi kepada masyarakat yang dilakukan dan difasilitasi puskesmas bekerja sama dengan lintas program maupun lintas sektor menjadi faktor pendukung pelayanan bidan di desa karena masyarakat desa yang telah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kemungkinan  dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan serta persalinan yang ditolong oleh tenaga bidan desa.
-       Kelengkapan sistem pelayanan diwilayah kabupaten dengan sejumlah puskesmas dan rumah sakit sebagai tempat rujukan, infrastruktur dan satuan wilayah pemerintah yang memiliki potensi sumber daya yang untuk mengatasi masalh spesifik perlu didayagunakan dalam peningkatan kemampuan bidan desa (DEPKES RI, 1994)
-       Dukungan fasilitas dan peralatan untuk pelayanan antenatal yang disediakan pemerintah, dalam hal ini dinas kesehatan dan puskesmas menjadi faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan pertolongan persalinan yang dilakukan bidan desa. Kerjasama dengan pemda setempat, dinas lintas sektor, LSM, terutama dalam pemecahan masalah non teknis yang berpengaruh terhadap kinerja bidan desa.

Bidan di desa juga berperan sebagai fasilitator dalam memberikan edukasi seksualitas pada masyarakat. Selain itu bidan juga dapat meminta bantuan kepada pemerintah setempat dan beberapa kader  untuk berperan sebagai fasilitator juga.
Sangat dianjurkan agar fasilitator mempelajari dulu dengan baik tentang organ-organ kelamin manusia dari segi anatomi dan fisiologi serta memahami masyarakat dari segi budaya, psikososial dan agama karena materi pendidikan seksual yang akan diberikan pada masyarakat belum tentu akan diterima dengan baik karena hal ini kebanyakan masih dianggap tabu. Oleh karena itu kita sebagai fasilitator diharapkan dapat menjelaskan edukasi tersebut dengan bahasa yang efektif dan mampu merubah persepsi masyarakat yang masih memandang sebelah tentang pendidikan seksual. Jika fasilitator merasa ragu-ragu untuk memimpin memberikan edukasi seorang diri, maka bisa saja fasilitator meminta bantuan seorang dokter untukmendampingi. Jika diputuskan bahwa seluruh materi pendidikan seksual akan disampaikan oleh dokter, fasilitator perlu terlebih dahulu menyampaikan  garis besar dari seluruh paket program pendidikan seksualitas tersebut sehingga dokter dapat memahami dan fokus memberikan materi. Perlunya kita mengenalkan dokter sebagai fasilitator dimaksudkan supaya kehadiran fasilitator juga akan memberikan suasana “aman” sehingga penyampaian materi dapat diterima dan berlangsung efektif, karena ada kemungkinan peserta merasa tidak nyaman menghadapi dokter yang “asing” bagi masyarakat.
Kisi-kisi materi ;  kisi-kisi di bawah ini hanya merupakan contoh dan perlu disesuaikan dengan kondisi setempat.
·         Tubuh Laki-laki
-          Pentingnya peserta mengenal anatomi dan fisiologi tubuh sehingga mengetahui apa yang normal dan sehat.
-          Bagian luar penis : ukuran dan bentuknya.
-          Ereksi : apa, mengapa, dan bagaimana
-          Sunat atau  khitan ; apa, mengapa, bagaimana, kapan
-          Testis, skrotum dan produksi spermatozoa
-          Respons laki-laki terhadap rangsangan seksual, sampai pada orgasme dan ejakulasi.
-          Fantasi seksual
-          Masturbasi pada laki-laki : apa, bagaimana, mengapa . Berbagai mitos tentang masturbasi dan apa kenyaataan yang benar.
-          Di mana bisa memperoleh informasi lebih lanjut dan berkonsultasi jika ada masalah.
·         Tubuh Perempuan
-          Pentingnya peserta mengenal anatomi dan fisiologi tubuh sehingga mengetahui apa yang normal dan sehat.
-          Vagina : keadaan yang normal dan perubahan kelembaban yang terjadi selama siklus menstruasi.
-          Selaput dara : Berbagai mitos dan apa kenyataan yang benar.
-          Ovulasi : apa, kapan
-          Menstruasi : apa, kapan, hubungan dengan ovulasi.
-          Payudara : Perubahan sejak pubertas, pemeriksaan payudara sendiri.
-          Respons perempuan terhadap rangsang seksual, sampai pada orgasme.
-          Fantasi seksual.
-          Masturbasi pada perempuan : apa, bagaimana, mengapa. Berbagai mitos tentang masturbasi dan apa kenyataan yang benar.
-          Dimana bisa memperoleh informasi lebih lanjut dan berkonsultasi jika ada masalah.
·         Kehamilan dan Persalinan
-          Fertilitas : apa, bagaimana dimana
-          Implantasi / nidasi : apa, bagaimana, di mana
-          Pertumbuhan janin dalam rahim, janin kembar.
-          Persalinan : kapan, bagaimana.
·         Informasi Penyakit Menular Seksual
-          Tujuan : memberikan informasi dasar tentang berbagai penyakit menular seksual (PMS) secara interaktif.

E.       Wanita di Tempat Kerja
Sampai dengan Tahun 1970-an pada umumnya para pemikir feminis menganggap kesetaraan gender dapat diwujudkan bila perempuan memiliki hak hukum yang sama dengan pria.
Gagasan ini berasal dari cara pandang liberalisme-klasik yang menganggap semua orang adalah sama dan memiliki hak hukum yang sama. Karena itu perempuan juga harus memiliki kesempatan yang sama dengan pria dalam hal pendidikan, politik dan kerja.
UU No.11 tahun 2005 tentang pengesahan ratifikasi konvensi hak-hak ekonomi, Sosial dan Budaya. Fakta dilapangan :
·    Pekerja perempuan selalu dianggap berstatus lajang, sehingga tidak mendapat tunjangan apapun
·    Potongan pajak penghasilan lebih besar daripada laki-laki
·    Perempuan lebih sulit memperoleh promosi jabatan
·    Tidak ada training bagi pekerja perempuan
·    Usia kerja dibatasi 40 tahun
·    Cuti hamil dapat diambil, tetapi tidak mendapat upah
·    Belum ada PP tentang perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga


Ø  Pelecehan seksual terhadap wanita di tempat Kerja
Secara umum yang dimaksud dengan pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut.  Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, yakni meliputi: main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual hingga perkosaan
Kasus-kasus yang menyangkut pelecehan seksual (baik di perusahaan maupun di rumah tangga) memang sudah mulai banyak yang dilaporkan ke pihak yang berwajib atau diekspose oleh media massa. Kasus-kasus tersebut merupakan gambaran bahwa pelecehan seksual sungguh-sungguh ada dan terjadi dalam dunia kerja.
Permasalahannya adalah bahwa para pekerja kita masih enggan melaporkan hal tersebut dengan berbagai alasan, termasuk adanya mitos yang mengatakan bahwa pelecehan seksual merupakan suatu yang biasa terjadi kantor dan tidak perlu dibesar-besarkan. Selain itu perangkat hukum kita yang mengatur hal tersebut secara khusus dan rinci juga belum maksimal. Selama ini pelaku hanya bisa dijerat dengan beberapa pasal dalam KHUP: 1) pencabulan (pasal 289-296); 2) penghubungan pencabulan (pasal 295-298 dan pasal  506); persetubuhan dengan wanita di bawah umur (pasal 286-288). Padahal dalam kenyataan, apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual mungkin belum masuk dalam kategori yang dimaksud dalam pasaal-pasal tersebut.  Jika kita memperbandingkan dengan aturan hukum tentang pelecehan seksual di USA yang tertuang dalam Title VII of the Federal Civil Rights Act tahun 1964 yang telah diamandemen oleh kongres pada tahun 1991,  maka kita dapat melihat betapa hukum disana telah mengatur secara rinci tentang apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual berikut sanksi hukum yang berlaku bagi para pelakunya. Dengan aturan hukum yang jelas dan rinci tersebut maka akan sangat memudahkan korban untuk melaporkan hal-hal apa saja yang dianggap sebagai pelecehan seksual.




Ø  Tindakan Pencegahan Pelecehan Seksual Wanita di Tempat Kerja
Mengingat bahwa korban pelecehan seksual akan mengalami berbagai masalah psikologis seperti malu, marah, benci, dendam, trauma, merasa terhina, tersinggung, dan sebagainya maka tentu pelecehan seksual tidak bisa didiamkan dan dianggap hal yang biasa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alison Maddock dari Swansea NHS di Wales, Inggris, menunjukkan bahwa banyak anak-anak yang mengalami  pelecehan seksual, mengalami dampaknya dalam waktu panjang. Bahkan Maddock mengatakan dampak ini bisa bertahan ke masa tua, berpengaruh pada masalah hubungan, orangtua, dan seksual yang bisa meningkatkan kemungkinan anak-anak itu menjadi pelaku di masa mendatang (satunet.com).
Dalam konteks dunia kerja maka kasus pelecehan seksual  yang dapat berakhir dengan hilangnya pekerjaan bagi si korban karena ia menolak tindakan pelecehan seksual maka itu sama artinya dengan menghilangkan hak asasi manusia dalam persamaan mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak. Tentu saja hal ini akan memberikan dampak yang sangat tidak menyenangkan bagi si korban.
Demi mencegah maraknya pelecehan seksual di tempat kerja maka perlu dilakukan berbagai tindakan oleh pihak-pihak terkait, dalam hal ini adalah pihak perusahaan (diwakili oleh HRD atau manajemen) dan pihak individu (pegawai).








BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Masa dewasa merupakan masa peralihan dan sekaligus berakhirnya periode hidup dari  masa remaja.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberikan pendidikan seksual pada orang dewasa antara lain dengan menggunakan alat peraga untuk penyampaian  pendidikan seks dapat disesuaikan dengan keadaan setempat : bisa menggunakan slide, lembar peraga, model tubuh  manusia, transparan, fotokopi gambar-gambar, bahkan jika sangat terpaksa bisa saja dibuat gambar dengan kapur di papan tulis. Diperlukan bahasa yang efektif dan mudah dalam penyampaian edukasi.
Peran bidan desa selain berperan teknik juga terdapat beberapa faktor sebagai peranan non teknik. Seorang bidan turut serta  mendukung pelayanan bidan desa, seperti  melakukan kegiatan penyuluhan, pelayanan rujukan, pelayanan antenatal, lokasi tempat tinggal serta keamanan lingkungan.

B.       Saran
Bagi para wanita diharapkan membekali diri dengan pendidikan seks untuk mewujudkan pribadi yang baik sehingga resiko terjadinya penyimpangan seksual dapat diminimalisir dan terhindar dari PSM.









DAFTAR PUSTAKA

1.      Marjadi, Brahmaputra. 2004. Menyusun batu penjuru pendidikan seksual dasar dengan metode permainan interaktif dan inovatif. Yogyakarta : Kanisius
2.      Albineno, J. L. C. H. 2002.\Seksualitas dan Pendidikan Seksual. Jakarta : BPK
3.      Soebagijo, Azimah. 2007. Pornografi. Jakarta : GP
4.       Wikipedia Ensiklopedia bebas







No comments:

Post a Comment

Ilmu Kesehatan Masyarakat ( Public Health )

Bagi sebagian orang mungkin banyak yang sudah tidak asing lagi mendengar kata "IKM" atau Ilmu Kesehatan Masyarakat, namun ...