Wednesday, February 1, 2012

PEMANTAUAN JANIN


2.1 PEMANTAUAN JANIN (Fetal Monitoring)

Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa  nge-Klik Iklan nya ya.....
Terima kasih :)

Mengawasi, menyelidiki, menentukan, apakah janin berada dalam keadaan sakit atau tidak, serta apakah ada keadaan yang mungkin mempengaruhinya.
Tujuan pemantauan janin untuk deteksi dini ada/tidaknya faktor-faktor risiko kematian perinatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, infeksi).

A.    CARA PEMANTAUAN JANIN

            Perkiraan pertumbuhan janin dari tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan. Syarat pemeriksaan tinggi fundus : vesika urinaria dan rektum idealnya dalam keadaan kosong (jika tidak, pengaruh bisa sampai + 3 cm). Diukur dengan pasien keadaan telentang, pada keadaan uterus tidak kontraksi, dari tepi atas simfisis sampai fundus. Untuk memperkirakan ada tidaknya gangguan pertumbuhan (apakah pertumbuhan janin termasuk kecil atau sesuai atau besar terhadap usia kehamilannya). Contoh : ibu dengan diabetes mellitus atau obesitas, risiko janin besar.
Jika ada gangguan pertumbuhan kecil, pikirkan kemungkinan hipoksia kronis sehingga oksigenasi janin terganggu. Jika tinggi fundus lebih daripada kalibrasi usia kehamilan, pikirkan kemungkinan diagnosis banding : kehamilan multipel, tumor, hidrosefalus, bayi besar, hidramnion. Jika tinggi fundus kurang daripada kalibrasi usia kehamilan, pikirkan kemungkinan diagnosis banding : oligohidramnion, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dan sebagainya.
Perkiraan berat janin dengan rumus Johnson Tossec. Auskultasi denyut jantung janin.
Dengan alat Laennec atau Doppler, atau dengan CTG/cardiotokografi (electronic fetal heart monitoring). Ideal perhitungan frekuensi jantung dilakukan 1 menit penuh. Jika ada alat CTG, bisa direkam untuk 10 menit. Normal frekuensi denyut 120-160 kali per menit, meningkat pada saat kontraksi. Batasan waktu untuk menilai bradikardi : frekuensi denyut jantung di bawah normal selama lebih dari 2 menit. Batasan waktu untuk menilai akselerasi : peningkatan frekuensi denyut jantung di atas 15 denyut per menit selama kurang dari 2 menit.
Batasan waktu untuk menilai takikardi : frekuensi denyut jantung di atas normal selama lebih dari 2 menit. Pemeriksaan normal / baik : waktu relaksasi frekuensi jantung normal, waktu kontraksi terjadi takikardia. Tanda hipoksia akut : waktu relaksasi dan kontraksi bradikardia. Tanda hipoksia kronik : waktu relaksasi normal, waktu kontraksi bradikardia. Jika ada infeksi intra partum : fetal takikardi.
Jika ada gawat janin : fetal bradikardi
a.      Ultrasonografi (USG)
pmntauan jnin usg.jpgIdeal untuk pemeriksaan pada trimester pertama sampai ketiga. Jika memungkinkan, ibu hamil sangat dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan USG.

USG dapat menilai :
1.      kantong gestasi : jumlah, ukuran, lokasi, bentuk, keadaan
2.       janin : hidup atau  mati, jumlah, presentasi, perkiraan usia gestasi melalui biometri janin (gambar), pertumbuhan, kelainan bawaan, dan sebagainya. Pada trimester pertama, parameter yang dipakai adalah jarak puncak kepala sampai bokong (CRL - crown-rump length). Pada trimester kedua dan ketiga, parameter yang dipakai di antaranya adalah diameter biparietal kepala (BPD - biparietal diameter), lingkar perut (AC - abdominal circumference - tidak ada dalam gambar) dan panjang tulang femur (FL - femur length).
3.       tali pusat : jumlah pembuluh darah, sirkulasi (dengan Doppler dapat menilai FDJP/ Fungsi Dinamik Janin Plasenta - SDAU/ Sirkulasi Darah Arteri Umbilikalis - gambar)
4.      membran / cairan amnion : keadaan, jumlah
5.      plasenta : lokasi, jumlah, ukuran, maturasi, insersi
6.      keadaan patologik : kehamilan ektopik, mola hidatidosa, tumor, inkompetensia serviks, dan sebagainya. dapat juga untuk membantu tindakan khusus : amniocentesis, fetoskopi, transfusi intrauterin, biopsi villi korialis
Pemantauan aktifitas / gerakan janin dapat secara subjektif (ditanyakan kepada ibu), atau objektif (palpasi atau dengan USG). Janin normal, tidak ada hipoksia, akan aktif bergerak. Normal gerakan janin dirasakan oleh ibu sebanyak lebih dari 10 kali per hari (pada usia di atas 32 minggu). Dalam kehidupan janin intrauterin, sebagian besar oksigen hanya dibutuhkan oleh otak dan jantung (refleks redistribusi). Jika janin tidak bergerak, pikirkan kemungkinan diagnosis banding : “tidur”, atau hipoksia.
Pengamatan mekoneum dan cairan ketuban caranya dengan amniocentesis atau amnioskopi. Pada keadaan normal otot sfingter ani janin berkontraksi, mekoneum tidak keluar, tidak bercampur dengan cairan ketuban sehingga cairan ketuban tetap jernih. Pada hipoksia akut, terjadi hiperperistaltik otot-otot tubuh janin, tetapi terjadi juga relaksasi sfingter ani sehingga mekoneum akan keluar dan bercampur dengan cairan ketuban, menyebabkan warna kehijauan.
            Pada infeksi, terjadi juga koloni kuman dalam selaput dan cairan ketuban (korioamnionitis), menyebabkan juga warna keruh atau kehijauan. Pemeriksaan rasio lecithin/sphyngomyelin (L/S ratio) pada cairan ketuban dapat untuk menilai prediksi pematangan paru janin (pembentukan surfaktan). Pengamatan hormon yang diproduksi oleh plasenta Estriol dan Human Placental Lactogen (HPL) adalah hormon plasenta spesifik yang dapat diperiksa kadarnya pada darah ibu, untuk menilai fungsi plasenta. Jika abnormal, berarti terjadi gangguan fungsi plasenta dan berakibat risiko pertumbuhan janin terhambat sampai kematian janin.

            Namun pemeriksaan ini makan waktu lama, bisa terlambat bertindak kalau menunggu hasilnya pemeriksaan darah dan analisis gas darah janin
Pengambilan sampel darah bisa dari tali pusat (umbilical cord blood sampling), atau dari kulit kepala janin (fetal scalp blood sampling). Pada janin dengan hipoksia, terjadi asidosis.
b.      Kardiotokografi (CTG)
kardiotokografi.jpgMenggunakan dua elektrode yang dipasang pada fundus (untuk menilai aktifitas uterus) dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung janin pada perut ibu. Dapat menilai aktifitas jantung janin pada saat his / kontraksi maupun pada saat di luar his / kontraksi. Menilai juga hubungan antara denyut jantung dan tekanan intrauterin. Janin normal : pada saat kontraksi, jika frekuensi denyut jantung tetap normal atau meningkat dalam batas normal, berarti cadangan oksigen janin baik (tidak ada hipoksia). Pada janin hipoksia : tidak ada akselerasi, pada saat kontraksi justru terjadi deselerasi / perlambatan, setelah kontraksi kemudian mulai menghilang (tanda insufisiensi plasenta). Jika ada deselerasi dini: dalam batas normal, observasi. Kemungkinan akibat turunnya kepala, atau refleks vasovagal.   Jika ada deselerasi lambat : indikasi untuk terminasi segera.
Jika ada deselerasi variabel (seperti deselerasi dini tetapi ekstrim), hal ini merupakan tanda keadaan patologis misalnya akibat kompresi pada tali pusat (oligohidramnion, lilitan tali pusat, dan sebagainya). Juga indikasi untuk terminasi segera.
Batasan waktu untuk menilai deselerasi : tidak ada. Seharusnya penilaian ideal sampai waktu 20 menit, tapi dalam praktek, kalau menunggu lebih lama pada keadaan hipoksia atau gawat janin akan makin memperburuk prognosis. Kalau grafik denyut datar terus : keadaan janin non-reaktif. Uji dengan bel (”klakson”…ngooook), normal frekuensi denyut jantung akan meningkat. CTG bisa digunakan untuk menilai fungsi kompensasi jantung janin terhadap stress fisiologik, dengan cara : Non Stress Test (NST), Oxytocyn Challenge Test (OCT), dan sebagainya.
Pemeriksaan NST
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.
NON STRESS TEST (NST)
a. Pengertian
Batasan : cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin
b. Fungsi
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination / FAD).
i)                    Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
ii)                  Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

c. Patofisiologi
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung janin normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta untuk nutrisi (oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan menghasilkan akselerasi bunyi jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan mengakibatkan deselerasi.

d. Cara Melakukan Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3) Dipasang kardio dan tokodinamometer
4) Frekuensi jantung janin dicatat
5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual
e. Indikasi
Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta
f. Komplikasi
Hipertensi ortostatik
g. Cara Membaca
Pembacaan hasil :
a. Reaktif, bila :
1. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
2. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
3. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit
4. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
5. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu
b. Tidak reaktif, bila :
1) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
2) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
3) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
4) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun  diberikan rangsangan dari luar. Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa. Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)
c. Sinusoidal, bila :
1) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
2) Tidak ada gerakan janin
3) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH.
      Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
d. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
a. Bradikardi
b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih.
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu).
Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya NST tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).

B.     CARA  MUDAH PEMANTAUAN JANIN

Pada saat-saat kritis, adakalanya janin tidak mampu lagi “berjuang” untuk proses kelahirannya. Melalui pemantauan, kondisinya bisa dideteksi. Meski proses persalinan adalah proses alamiah, perjalanan janin bisa saja tidak mulus. Dan, bila kehamilan Anda berisiko tinggi, yakni usia di atas 35 tahun, menderita penyakit (diabetes, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan ginjal), pernah mengalami kematian janin, serta sering melahirkan, pemantauan janin perlu dilakukan.
Lihat dulu denyut jantungnya. Pemantauan janin tak bisa dilakukan secara kasat mata, karena ia masih “bersembunyi” dalam rahim. Umumnya, pemantauan dilakukan dengan cara mendengar denyut jantung janin. Bukan hanya keras atau lemahnya denyut jantung, tetapi juga perubahan iramanya, terutama saat terjadi kontraksi rahim. Kenapa? Ketika janin stres, denyut jantung yang tadinya berirama dan kuat, bisa saja jadi tidak berirama dan melemah. Informasi ini perlu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan toleransi janin terhadap proses persalinan. Dokter juga bisa tahu apakah perlu intervensi atau tidak.
            Sebagai catatan, denyut jantung normal yang menunjukkan bahwa janin tidak mengalami stres adalah 120-160 per menit, dengan variabilitas sekitar 5-25 denyut per menit.
Masih banyak cara lain, berikut beberapa cara pemantauan janin yang juga biasa dilakukan:
a.       Fetoscope
fetoscope listening.jpgDilakukan dengan stetoskop yang dirancang khusus untuk mendengarkan detak jantung janin. Cara ini sangat sederhana. Namun, jika ada kasus berisiko tinggi, pasien sedang diinduksi atau dalam pengobatan tertentu, fetoscope tidak dapat dipakai untuk memantau janin selama 24 jam nonstop.
b.      Doppler
Fetal_Doppler.jpgMenggunakan ultrasound atau gelombang suara. Dapat dilakukan ketika ibu kontraksi. Cara ini juga sederhana, namun tidak dapat dipakai sebagai pemantau yang terus menerus pada kehamilan risiko tinggi.


c.       Electronic fetal monitoring
Electronic fetal monitoring.jpgMelihat denyut jantung janin saat ibu berkontraksi. Pemakaian bisa berkesinambungan, bisa juga hanya sebentar. Bermanfaat bila digunakan pada ibu yang berisiko tinggi. Ibu kurang bisa bergerak bebas. Akibatnya, bisa memperlambat proses persalinan karena perhatiannya teralih ke mesin.
d.      Internal monitoring
Internal monitoring.jpgLebih akurat daripada electronic fetal monitoring , karena menggunakan alat yang ditempelkan pada kepala janin. Untuk pemantauan berkesinambungan pada ibu yang berisiko tinggi. Digunakan jika ketuban sudah pecah dan pembukaan vagina sekitar 2–3 cm. Lebih berisiko menyebabkan infeksi pada janin atau ibu, karena ketuban sudah pecah. Makanya, digunakan jika kondisi janin berisiko tinggi atau butuh pemantauan yang lebih akurat.
e.       Telemetry monitoring
Adalah cara terbaru untuk memantau janin. Menggunakan gelombang radio yang dihubungkan dengan transmitter (pemancar) kecil yang ditempelkan pada paha ibu. Transmitter berfungsi memancarkan suara denyut jantung janin, sehingga dapat dipantau dari ruang perawat. Untuk ibu hamil yang berisiko rendah, cara ini masih dipertanyakan. Mana yang lebih cocok? Tidak semua alat cocok untuk berbagai jenis kehamilan dan persalinan, karena tergantung dari cara persalinan, serta kondisi ibu dan janin. Kenapa? Ibu yang berisiko tinggi bisa jadi butuh pemantauan yang berkesinambungan selama proses persalinan. Pemantauan janin yang berkesinambungan tidak meningkatkan kondisi janin atau ibu dalam proses persalinan, tetapi hanya memantau dan membantu diagnosa dokter.
Jika kondisi ibu dan janin baik, biasanya alat pantau berupa stetoskop, doppler, dan ultrasonografi (USG), sudah cukup efektif untuk memperkirakan kondisi bayi.



BAB III

PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah kami paparkan diatas maka kami dapat menyimpulkan bahwa pementauan janin adalah usaha mengawasi, menyelidiki, menentukan, apakah janin berada dalam keadaan sakit atau tidak, serta apakah ada keadaan yang mungkin mempengaruhinya. Dengan tujuan untuk deteksi dini ada/tidaknya faktor-faktor risiko kematian perinatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, infeksi).
Alat – alat yang digunakan untuk pemantauan janin :
1.      Ultrasonografi (USG)
2.      Kardiotokografi (CTG)

Pemeriksaan NON STRESS TEST (NST)
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination / FAD).
berikut beberapa cara pemantauan janin yang juga biasa dilakukan:
a.       Fetoscope
b.      Doppler
c.       Electronic fetal monitoring
d.      Internal monitoring
e.       Telemetry monitoring

3.2 Saran
Mahasiswa kebidanan mampu memahami pemeriksaan pemantauan janin, agar dapat mendeteksi dini ada/tidaknya faktor-faktor risiko kematian perinatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, infeksi).




DAFTAR PUSTAKA


http://books.google.ci.id/advences.book.search?q=pemeriksaan +janin

1 comment:

Ilmu Kesehatan Masyarakat ( Public Health )

Bagi sebagian orang mungkin banyak yang sudah tidak asing lagi mendengar kata "IKM" atau Ilmu Kesehatan Masyarakat, namun ...