2.1
Pengertian Berubah
Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa ya nge-Klik Iklan nya.....
Terima kasih :)
Perubahan
merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status
tetap (statis) menjadi status yang
bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk
dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep
terbaru dalam menyampaikan tujuan tertentu.
Perubahan
adalah proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi
seseorang, keluarga, kelompok, atau komunitas (Potter dan Perry, 2005).
Beberapa
pengertian perubahan menurut ahli, antara lain :
a. Perubahan
adalah proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi
seseorang, keluarga, kelompok, atau komunitas (Potter dan Perry, 2005).
b. Taylor,
et all (1997) adalah suatu proses transformasi, mengubah, dan memodifikasi
sesuatu.
c. Gillies
(1994) merupakan proses pergerakan dari suatu sistem ke sistem lain.
d. Brooten,
Himen dan Naylor, perubahan adalah proses membimbing pada alterasi individu
atau pola institusi dari tingkah laku.
e. Max
dan Miller, proses terjadinya dalam fungsi dan struktur masyarakat.
f. Definisi
lain, suatu proses dan kolaborasi yang meliputi suatu agen perubahan dan suatu
sistem klien.
2.1.1
Sifat Proses Berubah
Dalam proses
perubahan akan menghasilkan penerapan dari konsep atau ide terbaru. Menurut
Lancater tahun 1982, proses perubahan memiliki 3 sifat diantaranya perubahan
bersifat berkembang, spontan, dan direncanakan.
a.
Perubahan
Bersifat Berkembang
Sifat perubahan ini
mengikuti dari proses perkembangan yang ada baik pada individu, kelompok atau
masyarakat secara umu. Proses perkembangan ini dimulai dari keadaan atau yang
paling dasar menuju keadaan yang optimal atau matang, sebagaimana dalam
perkembangan manusia sebagai makhluk individu yang memiliki sifat fisik yang
selalu berubah dalam tingkat perkembangannya.
b.
Perubahan
Bersifat Spontan
Sifat perubahan ini
dapat terjadi karena keadaan yang dapat memberikan respon tersendiri terhadap
kejadian-kejadian yang bersifat alamiah yang di luar kehendak manusia, yang
tidak dapat diramalkan sehingga sulit untuk diantisipasi seperti perubahan
keadaan alam, tanah longsor, banjir, dll. Semuanya akan menimbulkan terjadi
perubahan baik dirinya, kelompok, atau masyarakat bahkan pada sistem ynag
mengaturnya.
c.
Perubahan
Bersifat Direncanakan
Perubahan ini dilakukan
bagi individu, kelompok, masyarakat yang ingin mengadakan perubahan ke arah
yang lebih maju atau mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik dari
sebelumnya, sebagaimana perubahan dalam sistem pendidikan kebidanan di
Indonesia yang selalu mengadakan perubahan sejalan dengan perkembangan ilmu
kedokteran dan sistem pelayanan kesehatan pada umumnya.
Pertimbangan
Etik
a. Keputusan
untuk berubah atau tidak adalah hak individu.
b. Profesional
medis tidak mempunyai hak untuk memaksa pasien untuk menentukan perubahan.
c. Keputusan
pasien untuk berubah berdasarkan informasi. Tidak ada ketakutan pada balas
dendam dari perawat atau tenaga profesional kesehatan lain.
d. Perawat
dan tenaga profesional lain mempunyai hak untuk mengendalikan atau menahan
pasien untuk berubah.
2.1.2
Sebab-sebab
Proses Berubah
1)
Menurut
Bennis Benne dan Chin
a.
Kekuatan
Koersif (Paksaan/Tekanan)
Berdasarkan pemanfaatan
kekuatan atau paksaan sebagai suatu legitimasi pribadi.
b.
Empiris
Rasional
Menggunakan basis
perubahan yang mengasumsikan bahwa agen perubahan mempunyai pengetahuan, kekuatan
untuk mempengaruhi pada proses berubah yang diinginkan. Pemikiran manusia yang
rasional.
c.
Normatif
Re-edukatif
Berlandaskan pada
asumsi bahwa kegiatan manusia dibimbing oleh norma-norma sosial yang tinggi dan
berbagai nilai, ditujukan pada perubahan tingkah laku manusia.
2)
Menurut
H. C. Kehman
a.
Terpaksa
-
Karena ingin imbalan
-
Karena menghindari hukuman
-
Karena ingin pengakuan
b.
Meniru
Seseorang berubah
karena ingin dipersamakan.
c.
Perubahan
didasari oleh kesadaran dan penghayatan (Internalization).
2.1.3
Macam-macam
Proses Berubah
Menurut Thomas dan
Bennis (1972) :
a.
Perubahan
terencana (planned change)
Perubahan
terencana (planned change) merupakan
suatu desain yang disengaja dan implementasi sebuah inovasi secara struktural,
kebijakan atau tujuan baru atau sebuah perubahan yang jelas dalam melaksanakan
filosofi, suasana/iklim dan gaya.
Perubahan
terencana adalah suatu yang sistemik dan bertujuan untuk mengubah atau membawa
perubahan melalui intervensi dari change agent. Perubahan terencana terjadi
pada sebuah urutan yang pasti, yang setiap tindakan merupakan persiapan bagi
tindakan selanjutnya, semua usaha diarahkan dan ditargetkan untuk menghasilkan
perubahan.
b.
Perubahan
tidak terencana (unplanned change)
Perubahan
tidak terencana (unplanned change) atau
tidak disengaja hasil dari ketidakseimbangan dalam sistem atau respons adaptif
terhadap stimulus eksternal yang diarahkan menuju kestabilan kembali pada
keseimbangan antara sistem dan lingkungan. Perubahan ini terjadi sebagai respon
terhadap beberapa kejadian atau masalah yang meningkat sehingga tidak ada
kejadian tidak ada perubahan.
Perubahan Peraturan, adalah
:
1. Perubahan-perubahan
yang meliputi kebijakan, hukum, peraturan, dan pernyataan secara formal dan
informal tentang sikap yang benar.
2. Perubahan
tata cara atau kebiasaan ditetapkan oleh individu dari orang-orang yang berada
pada posisi atas atau oleh kesepakatan bersama dari mayoritas individu dalam
sebuah grup.
3. Perubahan
peraturan akan mempengaruhi semua anggota yang lebih efektif jika semua anggota
dilibatkan dalam perencanaan dan peraturan mengimplementasikan perubahan.
Perubahan Lingkungan
adalah perubahan yang meliputi beberapa perubahan dalam bentuk fisik, meliputi
:
1. Perlengkapan
ruang kantor.
2. Jumlah
dan ukuran ruangan.
3. Lokasi
kamar mandi.
4. Panas.
5. Cahaya.
6. Suara.
7. Kualitas
udara.
Perubahan Teknologi
adalah perubahan yang menggabungkan kemajuan dalam komputer, penelitian medis,
ilmu farmasi, dan berbagai bidang lainnya kedalam lingkungan individu.
·
Perubahan
Institusi
Keuntungan
Pembaharu dari Dalam Institusi:
1. Mengetahui
tentang masyarakat, struktur, kekuatan dan garis/jalur komunikasi.
2. Mengerti/memahami
tentang norma dan nilai yang berlaku.
3. Komitmen
pada kelompok, institusi/lembaga.
4. Diterima
oleh masyarakat/orang didalam sistem.
5. Dianggap
sebagai seseornag yang memahami/mengetahui serta menguasai permasalahan.
6. Ada
tindak lanjut dukungan terhadap perubahan sebagai seorang pekerja dalam sistem.
Keuntungan
Pembaharu dari Luar Institusi, meliputi :
1. Mempunyai
dukungan struktur kekuatan yang mandiri.
2. Dasar
pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas.
3. Dapat
memandang masalah dan pemecahan yang mungkin dengan cara baru.
4. Dipandang
sebagai seorang yang anti.
5. Terbiasa
dengan pesan sebagai pembaharu dan mempraktekkan aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan perannya.
Kerugian
Pembaharu dari Dalam Institusi meliputi :
1. Mempunyai
cara pandang dan melihat masalah hanya dengan satu pandangan.
2. Kekuatan
yang tidak adekuat dalam sistem.
3. Pengalaman
sebagai pembaharu yang tidak adekuat, tidak yakin bagaimana menghasilkannya.
4. Tingkah
laku masa lalu yang mungkin dapat berdampak pada penerimaan oleh orang lain
sebagai bagian dari kecakapan pembaharu.
Kerugian
Pembaharu dari Luar Institusi meliputi :
1. Kegagalan
komitmen melebihi waktu.
2. Isu-isu,
keuangan, dan biaya untuk pelayanan.
3. Dipandang
sebagai orang asing yang mungkin tidak memahami.
4. Dibutuhkan
untuk menjadi terbiasa dengan sistem masyarakat dan permasalahan-permasalahan.
5. Dapat
mempunyai keterampilan yang tidak adekuat untuk mengkaji dan membantu
pelaksanaan perubahan didalam suatu area yang sangat khusus.
6. Dapat
mengalami kegagalan atau kurangnya dukungan dari orang dalam.
2.1.4
Teori-teori
Perubahan
1) Tahap-tahap proses berubah
terencana :
a. Identifikasi
gejala yang mungkin bahwa hal tersebut mengindikasi suatu kebutuhan perubahan.
b. Menentukan
masalah dengan melihat gejala dan data yang ada.
c. Mencari
solusi, alternatif dari risiko, keuntungan dan kemampuan (kekuatan yang ada).
d. Pilih
salah satu kegiatan diantara alternatif yang telah diidentifikasi.
e. Rencanakan
tahap-tahap dalam proses berubah :
-
Tulislah objek yang dapat diukur.
-
Kenali waktu secara tepat.
-
Rencanakan anggarannya.
-
Siapkan tenaganya.
-
Lihat kemampuan agen perubahan untuk
bekerja.
-
Nilai berbagai sumber (kendalikan
kekuatan yang ada).
-
Rancang suatu rencana dari hasil
perubahan yang diinginkan.
-
Identifikasi untuk mengembangkan
perubahan.
f. Implementasi.
g. Evaluasi.
h. Bakukan
lagi bahwa perubahan sesuai standar/protap.
2)
Tahap-tahap
proses berubah yang diterima individu :
a. Menjadi
sadar terhadap ide baru (sistem/praktik)
b. Mencari
informasi lebih banyak mengenai perubahan.
c. Menilai
informasi yang sesuai dengan hal tersebut pada situasi saat ini.
d. Mencoba
mental terhadap perubahan yang direncanakan.
e. Mencoba
secara nyata perubahan pada skala kecil jika mungkin
f. Mengadopsi
dan integrasi perubahan nyata.
Perkembangan profesi
kebidanan tidak terlepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh para praktisi,
akademisi, atau seseorang yang masih ingin mengembangkan kebidanan yang
memiliki keyakinan dan teori perubahan yang dimilikinya. Sebagai gambaran dalam
merubah profesi kebidanan ke arah yang lebih profesional, ada beberapa teori
perubahan yang dapat diketahui seperti :
Kurt
Lewin (1951)
Menurut pandangan Kurt
Lewin (1951) seseorang yang akan mengadakan suatu perubahan harus memiliki
konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan agar
proses perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada.
Tahapan tersebut antara
lain :
1.
Tahap
pencairan (unfreezing)
Pencairan adalah motivasi yang kuat
untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan yang ada, merasa
perlu untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk merubah atau melakukan
perubahan.
Pada tahap ini yang
dapat dilakukan bagi seseorang yang mau mengadakan perubahan adalah harus
memiliki motivasi yang kuat untuk berubah dari keadaan semula dengan merubah
terhadap keseimbangan yang ada. Samping itu juga perlu menyiapkan diri dan siap
untuk berubah atau melakukan adanya perubahan. Change agent mencairkan kekuatan yang memelihara statsu quo dengan
cara meningkatkan kekuatan pendorong (driving
forces) dan menurunkan kekuatan penahan (restraining forces). Change
target menyadari suatu kebutuhan untuk berubah.
2.
Tahap
Bergerak (moving)
Pada tahap ini sudah
dimulai adanya suatu pergerakan ke arah sesuatu yang baru atau perkembangan
terbaru. Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah
memiliki informasi yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk berubah, juga
memiliki kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-langkah
dalam menyesuaikan masalah. Change agent mengidentifikasi,
merencanakan, serta mengimplementasikan strategi yang dibutuhkan, memastikan
kekuatan pendorong melebihi kekuatan penahan, dan proses ini membutuhkan waktu
lama.
Bagan 1
Tahapan
perubahan menurut Kurt Lewin
Langkah
3 Pembekuan (refreezing)
|
Mempertahankan hasil perubahan
|
Langkah
2 Bergerak (moving)
|
Dari semula ke yang baru
|
Motivasi berubah
Perasaan terhadap perubahan
Peprsiapan berubah
|
Langkah
1 Pencairan (unfreezing)
|
3.
Tahap
Pembekuan (refreezing)
Pembekuan adalah adanya kekuatan pendorong untuk
berubah dan adanya penghambat terjadinya perubahan. Tahap
ini merupakan tahap pembekuan dimana seseorang yang mengadakan perubahan telah
mencapai tingkat atau tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru.
Proses pencapaian yang baru perlu
dipertahankan dan selalu terdapat upaya mendapatkan umpan balik, pembinaan
tersebut dalam upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai. Change agent membantu menstabilkan perubahan sistem
sehingga menjadi bagian yang terintegrasi menuju status quo. Change agent harus mendukung dan mendorong usaha yang
adaptif dari change target. Jika fase ini tidak lengkap, perubahan menjadi
tidak efektif dan tingkah laku sebelum perubahan akan muncul kembali. Jika
dianggap berguna perubahan kemudian diasimilasi menjadi pola tingkah laku yang
permanen.
Menurut Lewin, alasan dan penyebab
terjadi perubahan adalah :
1. Perubahan
hanya boleh dilaksanakan untuk alasan yang baik.
2. Perubahan
harus secara bertahap.
3. Semua
peruabhan harus direncanakan dan tidak secara drastis/mendadak.
4. Semua
individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perencanaan perubahan.
Menurut Sullivan dan
Decker (1998), ada 3 alasan :
1. Perubahan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2. Perubahan
untuk membuat prosedur kerja menjadi lebih efektif.
3. Perubahan
untuk mengurangi kerja yang tidak perlu.
Rogers E (1962)
Menurut Rogers E untuk mengadakan suatu perubahan perlu ada
beberapa langkah yang ditempuh sehingga harapan atau tinjauan akhir dari
perubahan dapat tercapai. Langkah-langkah tersebut antara lain.
1. Tahap
awareness
Tahap ini
memerlukan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan
diperlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk
berubah, maka tidak mungkin tercapai suatu perubahan.
2. Tahap
interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus
timbul perasaan minat terhadap perubahan dan selalu memperhatikan terhadap
sesuatu yang baru dari perubahan yang dikenalkan. Timbulnya minat akan
mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
3. Tahap
evaluation
Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak
terjadi hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini
dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan.
Bagan 2
Tahap berubah menurut Roger E
Awareness (1)
|
Interest (2)
|
Trial (4)
|
Evaluasi (3)
|
Adption (5)
|
4. Tahap
trial
Tahap ini merupakan uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil
perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan
kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.
5.
Tahap edoption
Tahap
ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap
sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari
sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan mersakan adanya manfaat dari
sesuatu yang baru sehingga mempertahankan hasil perubahan.
Lippit (1973)
Lippit
memandang teori perubahan dapat dilaksanakan dari tinjaun sebagai seorang
pembaharu, dengan memperkenalkan terjadinya perubahan, sehingga terdapat
beberapa langkah yang ditempuh untuk dapat mengadakan pembaharuan. Langkah yang
dimaksud adalah :
1.
Menentukan
diagnosis terlebih dahulu masalah yang ada, dan kebutuhan untuk berubah.
2.
Mengadakan
pengkajian terhadap motivasi perubahan serta kemampuan terhadap perubahan.
Bagan 3
Tahapan berubah menurut
Lippit
Langkah 1
Menentukan Diagnosis
|
Langkah 2
Pengkajian motivasi dan kemampuan
|
Langkah 6
Mempertahankan hasil
|
Langkah 4
Penetapan tujuan
|
Langkah 3
Pengkajian hasil
|
Langkah 5
Penetapan peran pembaharu
|
Langkah 7
Penghentian bantuan
|
3.
Melakukan
pengkajian perubahan yang hasil atau manfaat dari suatu perubahan.
4.
Menetapkan
tujuan perubahan yang dilaksanakan berdasarkan langkah yang akan ditempuhnya.
5.
Menetapkan
peran dari perubahan sebagai pendidik, peneliti atau pemimpin dalam
pembaharuan.
6.
Mempertahankan
hasil dari perubahan yang dicapainya.
7.
Melakukan
penghantian bantuan yang diberikan secara bertahap dengan harapan peran dan
tanggung jawab dapat tercapai secara bertahap.
2.1.5
Tipe Berubah
Perubahan merupakan sesuatu yang mungkin sulit
diterima bagi seseorang, kelompok atau masyarakat yang belum memahami makna
dari perubahan. Apabila dipandang dari tipe perubahan, menurut bennis tahun
1965, perubahan itu sendiri memiliki tujuh tipe sosialisasi, tipe emulative dan
tipe alamiah.
a.
Tipe
indoktrinasi
Suatu perubahan yang dilakukan oleh suatu sekelompok
atau masyarakat yang menginginkan pencapaian tujuan yang diharapkan dengan cara
member doktrin atau menggunakan kekuatan sepihak untuk dapat berubah.
b.
Tipe
paksaan atau kekerasan
Merupakan tipe berubah dengan melakukan pemaksaan atau
kekerasan pada anggota atau seseorang dengan harapan tujuan yang hendak dicapai
dapat terlaksana.
c.
Tipe
teknokratik
Merupakan tipe perubahan dengan melibatkan kekuatan
lain dalam mencapai tujuan yang diharapkan terdapat satu pihak merumuskan
tujuan dan pihak lain untuk membantu mencapai tujuannya.
d.
Tipe
interaksional
Merupakan perubahan dengan menggunakan kekuatan
kelompok yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan
yang diharapkan dari perubahan.
e.
Tipe
sosialisasi
Merupakan suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan
menggunakan kerja sama dengan kelompok lain tetapi masih menggunakan kekuatan
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
f.
Tipe
emultif
Merupakan suatu perubahan dengan menggunakan kekuatan
unilateral dengan tidak merumuskan tujuan terlebih dahulu secara
sungguh-sungguh, perubahan ini dapat dilakukan pada sistem di organisasi yang
bawahannya berusaha menyamai pimpinan atau atasannya.
g.
Tipe
alamiah
Perubahan yang terjadi akibat sesuatu yang tidak
disengaja tetapi dalam merumuskan dilakukan secara tidak sungguh-sungguh,
seperti kecelakaan, maka seseorang ingin mengadakan perubahan untuk lebih
berhati-hati dalam berkendara dan lain sebagainya.
2.1.6
Proses Terjadinya Berubah
Dalam proses perubahan akan terjadi sebuah siklus.
Siklus dalam sebuah perubahan tersebut itulah yang dinamakan sebuah proses yang
akan menghasilkan sesuatu dan berdampak pada sesuatu. Dalam sebuah proses
perubahan terdapat komponen yang satu dengan yang lain dapat mempengaruhi
seperti perubahan perilaku social, perubahan struktural dan institusional dan
perubahan teknologi.
Bagan
4
Komponen
dalam Proses Perubahan
Perubahan
teknologikal
|
Perubahan
struktural institusional
|
Perubahan
perilaku sosial
|
Berdasarkan komponen di atas, proses perubahan dapat
saling mempengaruhi komponen yang ada, sebagaimana contoh dengan adanya
penemuan teknologi tepat guna, maka di masyarakat akan terjadi perubahan dalam
perilaku sosial
kemungkinan masyarakat akan menggunakan dari teknologi yang dihasilkan.
Perilaku sosial di masyarakat dapat merubah structural instutisional dari
sistem organisasi yang ada di masyarakat.
2.1.7
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Berubah
1) Faktor-faktor
yang mempercepat/pendukung
a.
Predisposisi
Factor (Faktor pemudah)
Antara lain : ilmu pengetahuan, pengalaman, kepercayaan atau keyakinan,
sistem nilai yang meliputi norma, tradisi dan sebagainya.
b.
Enabling
Factor (Faktor pendukung)
Antara lain : dana, sarana, sumber daya yakni ketrampilan dasar yang
dikuasai oleh petugas kesehatan.
c.
Rein
Forcing Factor (Faktor Penguat)
Antara lain : dorongan dari lingkungan, keluarga, teman dan tokoh
masyarakat.
2) Faktor-faktor
pendukung lainnya
a.
Perubahan
dipandang sebagai perubahan sesuatu yang positif oleh target berubah
b.
Perubahan
sederhana dan konkrit
c.
Target
berubah dilibatkan sejak awal
d.
Perubahan
dilakukan pada skala kecil dulu lalu diantisipasi menuju skala yang besar.
e.
Pemimpin
dan tokoh masyarakat
f.
Komunikasi
terbuka antara klien dengan agen perubahan.
3) Faktor-faktor
penghambat
Menurut bennis benn dan Chin ada beberapa alasan yang
dapat membuat seseorang menolak suatu perubahan yaitu:
a. Takut akan sesuatu yang tak pasti (loss of predictability)
b.
Takut
akan kehilangan pengaruh
c.
Takut
kehilangan keterampilan
d.
Takut
kehilangan dukungan
e.
Takut
gagal
2.1.8
Jenis-Jenis Perubahan
Nadler dan Tushman (1995) telah mengembangkan sebuah kerangka
kerja yang dapat membantu kita untuk dapat memahami dengan lebih baik berbagai
jenis perubahan yang dapat dihadapi oleh organisasi layanan kesehatan.
Jenis perubahan dapat dibagi dua dimensi, antara lain:
a.
Dimensi
pertama terkait dengan kompleksitas dinamik situasi yang dihadapi organisasi
layanan kesehatan, terutama keutnya tekanan lingkungan yang menuntut perubahan.
Dalam beberapa
keadaan, tekanan yang menuntut perubahan ini sangat kuat sehinnga organisasi
layanan kesehatan harus segera menanggapi perubahan di lingkungan tersebut
(misalnya, tekanan pemerintah melalui undang-undang yang mengharuskan statistic
mutu layanan kesehatan dilaporkan kepada kelompok pelanggan, perubahan seperti
itu disebut perubahan reaktif, yaitu perubahan yang dilakukan untuk menanggapi
beberapa peristiwa yang jelas terjadi di lingkungan.
Dalam alam
keadaan lain, tekanan yang menuntut perubahan tidak sekuat di keadaan lainnya
dan tidak teridentifikasi dengan jelas.
Tekanan yang mempercepat terjadinya perubahan mungkin belum berdampak pada mutu
layanan kesehatan, tetapi orang di dalam
organisasi layanan kesehatan mungkin merasakan bahwa dibutuhkan sesuatu yang
lebih untuk tetyap bertahan dalam persaingan atau untuk bersiap menghadapi
ancaman perubahan lingkungan yang ada di
pihak organisasi (misalnya, merasakan ketidakpuasan yang dialami para pengguna
layanan atau para pihak pembayar layanan dari segi biaya bila dibandingkan dengan
mutu layanan yang diberikan). Pada kasus ini, perubahan dilakukan tanpa
tuntutan lingkungan yang jelas terjadi. Tipe perubahan ini disebut sebagai
perubahan antisipatif.
b.
Dimensi
kedua perubahan terkait dengan kontinuitas atau derajat penyimpangan perubahan
dari pola perilaku organisasi dan tingkat mutu layanan kesehatan saat itu.
Dalam beberapa
kasus, di dalam proses perubahan kita menciptakan pekerjaan tambahan yang
sebenarnya telah dilakukan tidak jauh berbeda dari pola kerja yang telah
dibentuk. Dalam hal ini, perubahan meliputi kegiatan mencoba berbagai komponen
untuk memperbaiki fungsi organisasi layanan kesehatan dalam peningkatan yang
relative kecil. Perubahan semacam itu, yang tidak memerlukan pergeseran
mendasar dalam kerangka organisasi layanan kesehatan, disebut sebagai perubahan
bertahap. Perubahan bertahap harus diingat tidak harus selalu kecil. Perubahan
bertahan dapat melibatkan pengalokasian sumber daya yang besar dan berdampak pada
banyak orang.
Perubahan
dilakukan secara bertahap hanya dalam arti bahwa perubahan yang dilakukan
merupakan kelanjutan dari pola hidup organisasi layanan kesehatan yang
dilakukan saat itu. Di pihak, perubahan yang menyimpang jauh dari konteks
organisasi saat itu disebut sebagai perubahan sewaktu. Perubahan sewaktu
meliputi penetapan ulang fungsi organisasi, yaitu visi, identitas, strategi,
dan bahkan prinsip organisasi (Nadler dan Tushman, 1995). Perubahan sewaktu
mengubah konteks utama atau struktur yang dipakai disuatu organisasi layanan
kesehatan. Jenis perubahan ini dapat membentuk atau mengubah struktur,
sedangkan dalam kasus yang lebih ekstrem, perubahan tersebut dapat mengganti
struktur yang dipakai dan mengubah organisasi layanan kesehatan ke bentuk yang
berbeda.
Jenis-jenis Perubahan
:
1)
Perubahan
fisik
2)
Perubahan
perasaan dan sikap
3)
Perubahan
kognitif dan informasi
4)
Perubahan
peraturan
5)
Perubahan
tingkah laku
6)
Perubahan
lingkungan
7)
Perubahan
teknologi
Perubahan fisik,
meliputi :
1.
Susunan
2.
Kesatuan
3.
Bentuk
tubuh
Perubahan fisik yang berhubungan dengan umur :
1.
Kemunduran
dari ketajaman indra perasa
2.
Penglihatan
3.
Pendengaran
4.
Kelahiran
dan kematian
Perubahan akibat perlakuan
medis :
1.
Operasi
plastic pada kecacatan tubuh
2.
Radiasi
dan kemotherapi mengakibatkan
Perubahan fisik akibat luka
pada tubuh :
1.
Kecelakaan
2.
Luka
bakar
Perubahan perasaan dan sikap
:
1.
Adalah
perubahan yang berhubungan dengan perasaan dan emosi pada sesuatu atau
seseorang
2.
Individu
berubah sikap mereka ketika emosi mereka dibawa kedalam sebuah pengalaman
3.
Diperlukan
tingkat empati tertentu untuk terjadinya suatu perubahan sikap
4.
Ketika
professional medis berusaha untuk merubah perilaku pasien berisiko mengabaikan
perasaan pasien dengan perubahan perilaku.
5.
Langkah
awal yang sering dilakukan untuk merubah perilaku pasien dengan menghargai
perubahan yang dibuat untuk memperbaiki kondisi kesehatan mereka.
6.
Perubahan
ini ditetapkan untuk:
a.
Merubah
asisten pekerja
b.
Tim
anggota kesehatan lain
c.
Instruktur
akademik yang bersangkutan
Perubahan
kognitif atau informasi,
adalah
1.
Perubahan
dimana ada kemajuan di ilmu pengetahuan atau pembetulan informasi yang tidak
akurat
2.
Perubahan
kognitif bisa juga mempengaruhi hilangnya kamampuan intelegensia atau
pengetahuan.
3.
Pendidikan
formal banyak memberikan pengaruh dalam membentuk perubahan kognitif pada
siswa.
4.
Perubahan
kognitif dapat dievaluasi dengan meminta orang-orang untuk mengingat informasi
yang baru/ akan menggunakan informasi yang baru dengan menunjukan perubahan
dari pemikiran / pola sikap dari sebelumnya.
5.
Professional
medis dapat membantu pasien untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang
kesehatan dan penyakit yang spesifik dan pengobatan yang tepat untuk kebutuhan
individu mereka.
6.
Perubahan
memori dan ingatan serta proses berfikir ditentukan oleh kerusakan
cerebrovaskuler yang memerlukan pembelajaran kembali yang lebih banyak
tergantung pada bagian otak mana yang berpengaruh.
Perubahan tingkah laku
1.
Perubahan
sikap / tingkah laku tidak hanya perubahan pada kemampuan fisik dan fungsi yang
menuntut beberapa tinghkatan koordinasi otot saraf, tetepi menyngkut
hilang/terkumpulnya kemampuan fisik sebsgai individu yang dewasa secara fisik,
kekutan dan koordinasi yang meningkat.
2.
Perubahan
sikap/ tingkah yang sangat cepat akan terjadi pada kehidupan dua tahun pertama.
3.
Perubahan
sikap menyangkup perubahan sikap yang terdahulu.
Perubahan perilaku dapat
terjadi karena beberapa hal berikut:
1.
Kekuatan
pendorong meningkat. Ini karena adanya rangsangan yang mendorong terjadinya
perubahan perilaku. Rangsangan ini dapat berupa penyuluhan/informasi tentang
perilaku yang bersangkutan. Contoh: seseorang yang belum ikut KB, kekutan
pendorong ditingkatkan dengan penyuluhan dan usaha-usaha lain.
2.
Kekutan
penahan menurun karena adanya rangsangan yang melemah. Contoh: pada kasus
diatas dengan member pengertian bahwa “banyak anak banyak rezeki” adalah
kepercayaan yang salah.
3.
Kekuatan
pendorong meningkat dan kekuatan penahan menurun. Keadaan semacam ini akan terjadi
perubahan perilaku. Contoh: penyuluhan KB yang member pengertian terhadap orang
tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benar kepercayaan “banyak anak
banyak rezeki” akan meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunka
kekuatan penahan.
Motivasi dalam perubahan
Pada dasarnya setiap manusia
mengalami proses perubahan dan memiliki sifat berubah, mengingat berubah
merupakan salah satu bagian dari kebutuhan manusia. Perubahan timbul karena
adanya suatu motivasi yang ada dalam diri manusia. Motivasi itu timbul karena
tuntunan kebutuhan dasar manusia sedangkan kebutuhan dasar manusia yang
dimaksud antara lain :
a.
Kebutuhan
fisiologis seperti makan, minum, tidur, oksigenasi dan lain-lain yang secara
fisiologis dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidupnya, berdasarkan
kebutuhan tersebut, maka manusia akan selalu ingin mempertahankan hidupnya
dengan jalan memenuhinya atau selalu mengadakan perubahan.
b.
Kebutuhan
keamanan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia agar mendapatkan jaminan
keamanan atau perlindungan dari berbagai ancaman bahaya yang ada sehingga
manusia selalu ingin memenuhinya dengan jalan mengadakan perubahan untuk
mempertahankan kebutuhan tersebut, seperti mendapatkan pekerjaan yang tetap,
bertempat tinggal yang aman dan lain-lain.
c.
Kebutuhan
sosial. Kebutuhan ini mutlak diperlukan karena manusia
tidak akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain, sehingga untuk
memenuhi kehidupan sosialnya manusia selalu termotivasi untuk mengadakan
perubahan dalam memenuhi kebutuhan seperti mengadakan kegiatan social
kemasyarakatan.
d.
Kebutuhan
penghargaan dan dihargai. Setiap manusia selalu ingin mendapatkan penghargaan
di mata masyarakat akan prestasi, status dan lain-lain untuk itu manusia akan
termotivasi untuk mengadakan perubahan.
e.
Kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan perwujudan diri agar diakui masyarakat akan
kemampuannya dari potensi yang dimiliki, akan motivasi seseorang untuk memacu
diri dalam memenuhinya melalui suatu perubahan.
f.
Kebutuhan
interpersonal yang meliputi kebutuhan untuk berkumpul bersama, kebutuhan itu
melakukan control dalam mendapatkan pengaruh dari lingkungan atau dalam
menjalankan sesuatu dan kebutuhan untuk dikasih dapat menjadikan motivasi
tersendiri dalam mengadakan perubahan.
Membantu Orang Menghadapi Perubahan
a.
Menyediakan
informasi yang lengkap dan akurat sesuai dengan tingkatan pemahaman yang
dimiliki terhadap masalah dan perubahan yang diusulkan meningkatkan hal
tersebut.
b.
Membantu
mengidentifikasi sumber-sumber di lingkungan mereka untuk membantu memahami perubahan.
c.
Membantu
membuat tujuan-tujuan realistis untuk membuat perubahan-perubahan dengan
kerangka kerja waktu yang realistic.
d.
Mengurangi
pengeluaran energy external ketika memulai merubah perilaku.
e.
Melibatkan
support sistem individual (teman-teman, keluarga) sedini mungkin dalam
merencanakan dan mengimplementasikan perubahan.
f.
Menyatakan
bukti-bukti yang membuktikan kesuksesan yang telah diperoleh dalam beberapa
aspek perubahan yang telah dilakukan.
g.
Mensupport
dan mendorong usaha berulang individu untuk membuat perubahan yang diinginkan.
h.
Menginformasikan
dan mengkoordinasikan usaha-usaha diantara orang-orang yang menyediakan bantuan
bagi individu sehingga arah dan tujuan perubahan di support orang lain.
i.
Melibatkan
individual dalam merencanakan perubahan yang diinginkan.
j.
Memberikan
kekuatan pada individu untuk membuat keputusan penuh saat tiba waktunya untuk
menerima atau menolak perubahan.
Bantu
individu tersebut untuk memahami konsekuensi positif dan negative yang akan
timbul setelah menerima atau menolak perubahan.
Bentuk Perubahan
a.
Penembahan
b.
Penggantian
c.
Membangun
kembali
d.
Menghilangkan
pola perilaku lama
e.
Memperkuat
pola perilaku lama
Tingkat Perubahan
a.
Tingkat
Berubah
1)
Pengetahuan
(knowledge)
2)
Sikap
(attitude)
3)
Perilaku
individu (individual behavior)
4)
Perilaku
kelompok (group
behavior)
b.
Dampak
Perubahan
1)
Individu
Bagaimana individu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan dan
mengelola perubahan tersebut.
2)
Organisasi
atau kelompok
Bagaimana kelompok tersebut beradaptasi terhadap perubahan tersebut
dalam hal pandangan dan pengelolahan program-program selanjutnya.
3)
Geopolitik
Bagaimana badan baik dalam lingkungan nasional maupun internasional
menghadapi tuntunan perubahan masalah-masalah yang bersifat global.
2.1.9
Strategi Dalam Perubahan
Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tapat agar tujuan
dalam perubahan dapat tercapai secara tepat, efektif dan efisien. Cara tersebut
membutuhkan strategi khusus dalam perubahan diantaranya :
a. Strategi
Rasional Emperik
Strategi ini dirasakan karena manusia sebagai komponen dalam perubahan
memiliki sifat rasional untuk kepentingan diri dalam berperilaku. Untuk
mengadakan suatu perubahan strategi rasional dan empirik yang dirasakan dari
hasil penemuan atau riset untuk diaplikasikan dalam perubahan manusia yang
memiliki sifat rasional akan menggunakan rasionalnya dalma menerima sebuah
perubahan. Langkah dalam perubahna atau kegiatan yang diinginkan dalam strategi
rasional empirik ini dapat melalui penelitian atau adanya desiminasi melalui
pendidikan secara umum sehingga melalui desiminasi akan diketahui secara
rasional bahwa perubahn yang akan dilakukan benar-benar sesuai dengan rasional.
Strategi ini juga dilakukan pada penempatan sasaran yang sesuai dengan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki sehingga semua perubahan akan menjadi
efektif dan efisien, selain itu juga menggunakan sistem analisis dalam
pemecahan masalah yang ada.
b. Strategi
Reduktatif Normatif
Strategi ini dilaksanakan berdasarkan standar normal yang ada di
masyarakat. Perubahan yang akan dilaksanakan melihat nilai-nilai normative yang
ada di masyarakat sehingga tidak akan menimbulkan permasalahan baru di
masyarakat. Standar normal yang ada di masyarakat ini di dukung dengan sikap
dan sistem nilai individu yang ada di masyarakat. Pendekatan ini dilaksanakan
dengan pendekatan intervensi secara langsung dalam penerapan teori-teori yang
ada. Strategi ini dilaksanakan dengan cara melibatkan indivdu, kelompok atau
masyarakat dan proses penyusunan rancangan untuk perubahan. Perilaku dalam
perubahan harus memiliki kemampuan dalam berkolaborasi dengan masyarakat.
Kemampuan ilmu perilaku harus dimilki dalam perubahan.
c. Strategi
Paksaan-Kekuatan
Dikatakan strategi paksaan kekuatan karena adanya penggunaan, kekuatan,
atau kekuasaan yang dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan moral
dan kekuatan politik. Strategi ini dapat dilaksanakan dalam perubahan sistem
kenegaraan, penerapan sistem pendidikan dan lain-lain.
2.1.10 Model
Dalam Perubahan
Dalam perubahan kita mengenal beberapa model
diantaranya model penelitian pengembangan, model interaksi social, dan model
penyelesaian masalah. Ketiga model tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam
mengenal perubahan.
Research
and Development Model (model
penelitian dan
pengembangan)
Model perubahan ini didasarkan atas penelitian dan
perencanaan dalam pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam
menggunakan model ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan identifikasi atas perubahan yang akan dilakukan,
menjabarkan atau mengembangan komponen yang akan dilakukan dalam perubahan,
menyiapkan perubahan, dan melakukan desiminasi kepada masyarakat tentang
hal-hal yang akan dilakukan dalam perubahan.
Social
Interaction Model (Model Interaksi Sosial)
Model perubahan dengan interaksi social ini dilakukan
berdasarkan atas saling kerja sama dalam sistem social dengan memfokuskan pada
persepsi dan respon dari perubahan yang akan dilakukan. Model ini menggunakan
langkah sebagaimana dalam teori perubahan Roger diantaranya, menyadari akan
perubahan, adanya minat dalam perubahan, melakukan evaluasi tentang hal-hal
yang akan dilakukan perubahan, melakukan uji coba sesuatu hal yang akan
dilakukan perubahan serta menerima perubahan.
Problem
Solving Model (Model Penyelesaian Masalah)
Model ini menekankan pada penyelesaian masalah dengan
menggunakan rangka mengidentifikasi kebutuhan yang menjadi masalah, mendiagnosa
masalah, melakukan uji coba dan melakukan evaluasi dari hasil coba untuk
digunakan dalam perubahan.
2.1.11 Hambatan
Dalam Perubahan
Perubahan tidak selalu mudah untuk dilaksanakan, akan
tetapi banyak hambatan yang akan diterimanya, baik hambatan dari luar maupun
dari dalam diantara hal yang menjadi hambatan dalam perubahan adalah sebagai
berikut:
a.
Ancaman Kepentingan Pribadi
Ancaman kepentingan pribadi ini, merupakan hambatan
dalam perubahan karena adanya kekhawatiran, adanya perubahan segala
kepentingan, dan tujuan diri. Contohnya dalam pelaksanaan standarisasi bidan professional
dimana yang diakui sebagai profesi bidan adalah minimal pendidikan D III
Kebidanan, sehingga bagi lulusan bidan D I yang dahulu dan tidak melanjutkan
pendidikan akan terancam bagi kepentingan dirinya sehingga hal tersebut dapat
menjadikan hambatan dalam perubahan.
b.
Persepsi yang Kurang Tepat
Persepsi yang kurang tepat atau informasi yang belum
jelas ini dapat menjadi kendala dalam proses perubahan. Berbagai informasi yang
akan dilakukan dalam sistem perubahan jika tidak dikomunikasikan dengan jelas
atau informasinya kurang lengkap, maka tempat yang akan dijadikan perubahan
akan sulit menerimanya, sehingga timbul kekhawatiran dari perubahan tersebut.
c.
Reaksi Psikologis
Reaksi psikologis ini merupakan factor yang menjadi
hambatan dalam perubahan karena setiap orang memiliki reaksi psikologis yang
berbeda dalam merespon perbedaan sistem adaptasi, pada setiap orang juga dapat
menimbulkan reaksi psikologis yang berbeda sehingga bisa menjadi hambatan dalam
perubahan. Contohnya apabila akan dilakukan perubahan dalam sistem praktik
kebidanan mandiri bagi bidan. Jika bidan belum menerima secara psikologis, akan
timbul kesulitan karena ada perasaan takut sebagai dampak dari perubahan.
d.
Toleransi terhadap Perubahan Rendah
Toleransi terhadap perubahan ini tergantung dari
individu, kelompok atau masyarakat. Apabila individu, kelompok atau masyarakat
tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan, maka akan
memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi seseorang terhadap
perubahan sangat rendah, maka perubahan tersebut akan sulit dilaksanakan.
e.
Kebiasaan
Pada dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu
yang sudah diketahui sebelumnya atau bahkan dilaksanakan sebelumnya
dibandingkan dengan sesuatu yang baru dikenalnya, karena keyakinan yang
dimiliki sangat kuat. Factor kebiasaan ini yang menjadikan hambatan dalam
perubahan ini.
f.
Ketergantungan
Ketergantungan merupakan hambatan dalam proses
perubahan, karena ketergantungan menyebabkan seseorang tidak dapat hidup secara
mandiri dalam mencapai tujuan tertentu. Suatu perubahan yang akan menjadi
masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan diri sehingga perubahan akan
sulit dilakukan.
g.
Perasaan Tidak Aman
Perasaan tidak aman juga merupakan factor penghambat
dalam perubahan, karena adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang
juga akan menambah ketidakamanan pada diri, kelompok, atau masyarakat.
h.
Norma
Norma merupakan segala aturan yang didukung oleh
anggota masyarakat dan tidak mudah dirubah. Apabila akan mengadakan proses
perubahan namun perubahan tersebut bertentangan dengan norma, maka perubahan
tersebut akan mengalami perubahan, maka akan sangat mudah dalam perubahan.
2.1.12 Perubahan Dalam Kebidanan
Dalam
perkembangannya kebidanan juga mengalami proses berubah seiring dengan kemajuan
dan teknologi. Alasan terjadinya perubahan dalam kebidanan, antara lain :
a.
Kebidanan sebagai profesi yang diakui
oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan kebidanan
tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah kemandirian dalam profesi
kebidanan, sehingga sebagai profesi kebidanan diakui oleh profesi bidang
kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
b.
Kebidanan sebagai bentuk pelayanan
asuhan kebidanan professional yang diberikan kepada masyarakat akan terus
memenuhi tuntunan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan dalam
penerapan model asuhan kebidanan yang tepat, sesuai dengan lingkup praktik
kebidanan.
c.
Kebidanan sebagai ilmu pengetahuan harus
selalu berubah dan berkembang sejalan dengan tuntunan jaman dan perubahan
teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan melalui penelitian
kebidanan, sehingga ilmu kebidanan diakui secara bersama oleh disiplin ilmu
lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.
d.
Kebidanan sebagai komunitas masyarakat
ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa professional dalam tugas dan tanggung
jawabnya dan selalu mengadakan perubahan sehingga citra sebagai profesi tetap
bertahan dan berkembang.
2.1.13 Faktor Penentu Keberhasilan Berubah
a. Perubahan Terencana :
1)
Adanya keuntungan relative
Perubahan
akan lebih mudah terjadi jika bersama dengan proses pendidikan, adanya
nuturalisasi sosial budaya dan pengalaman yang menjadikan seseorang berubah.
2)
Adanya kesesuaian
Perubahan
akan terjadi sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, nilai-nilai hidup.
3)
Adanya kerumitan
Perubahan
akan lebih sulit terjadi apabila hal yang akan dirubah adalah sesuatu yang
rumit, atau dengan kata lain semakin rumit perubahan itu akan semakin sulit
berhasil dan sebaliknya.
4)
Adanya uji coba
Perubahan
akan lebih mudah dilaksanakan apabila telah ada bukti nyata.
5)
Dapat dikomunikasikan
Perubahan
akan lebih mudah dilakukan apabila hal tersebut dapat dikomunikasikan dengan
orang lain sehingga cara-cara atau langkah-langkah berubah tersebut akan lebih
mudah dimengerti.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan,
antara lain :
1)
Faktor pendukung :
-
Perubahan yang terlihat baik, sesuai
dengan norma
-
Change
agent, terlihat percaya diri.
-
Perubahan mudah dan nyata.
-
Terdapat contoh perubahan ditampat lain
dan berhasil.
-
Perubahan dimulai dari skala kecil.
-
Pimpinan terlibat.
-
Individu dilibatkan dalam perencanaan.
-
Perubahan dapat menyelesaikan masalah.
2)
Faktor penghambat :
-
Kurangnya fasilitas.
-
Kurangnya material/peralatan.
-
Kurangnya dukungan sosial.
-
Kurangnya pengetahuan.
-
Kurangnya motivasi.
-
Kurangnya keterampilan.
-
Tidak menetapkan tujuan.
Strategi dalam membuat
perubahan adalah change agent harus memiliki visi yang jelas, menciptakan iklim
atau budaya organisasi yang kondusif, sistem komunikasi yang jelas, singkat,
dan berkesinambungan, serta ada keterlibatan orang yang tepat.
Keberhasilan perubahan
bergantung pada strategi yang diterapkan oleh agent pembaharu. Hal yang paling
penting adalah harus “mulai” (mulai dari sendiri, mulai dari hal-hal kecil, dan
mulai dari sekarang, jangan menunggu-nunggu).
2.2 Pemasaran Sosial Jasa Asuhan
Kebidanan
2.2.1 Pengertian Pemasaran Sosial
Istilah pemasaran sosial (social
marketing) merupakan pengalihan istilah
pemasaran
(marketing) dalam ilmu ekonomi bisnis,
yakni strategi bisnis dari
produsen untuk menyebarluaskan informasi tentang barang dan jasa atau menyebarluaskan barang dan jasa itu sendiri
kepada sasaran. Secara umum pemasaran sosial dapat diartikan sebagai suatu rancangan dan
implementasi program yang bertujuan untuk memperkenalkan atau mempromosikan
suatu gagasan sosial atau suatu kasus kepada masyarakat.
Ada dua
konsep penting yang ada dalam istilah pemasaran informasi tentang barang dan
jasa. Jadi, dalam aktivitas pemasaran sosial, produsen tidak hanya berfikir tentang strategi
menyerbarkan barang dan jasa kepada para konsumen melainkan berfikir juga
tentang bagaimana mengemas informasi
tentang barang dan jasa agar bisa sampai ke konsumen, ada dua kelompok
orang: satu kelompok berhubungan langsung dengan barang dan jasa, dan kelompok
lain berhubungan langsung dengan informasi tentang barang dan jasa.
Adapun
jenis hubungan konsumen dengan produsen yang jelas pemasaran sosial juga dapat diartikan sebagai proses penyebaran
inovasi, informasi
komunikasi dan advokasi
media yang berkaitan dengan tema tertentu, yang dalam komunikasi kesehatan
dengan isu-isu kesehatan, terutama pemasaran tentang beragam cara yang
aplikatif untuk mencegah penyakit tertentu.
Oleh karena
itu, pemasaran sosial dapat dilakukan melalui kampanye media, kampanye
tentang pesan-pesan
kesehatan yang sudah dikemas dalam paket informasi yang lengkap yang
diperuntukan bagi semua level masyarakat (individu, kelompok, atau masyarakat)
melalui pendekatan multi strategis bagi penyegahan penyakit tertentu. (National Cancer Institute, 1989; Roger,
1983)
Definisi
pemasaran menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Stanton (1997), pengertian pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang bertujuan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
2. Kotler (2000), pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran
merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka
butuhkan atau inginkan melaluin tahap menciptakan, menawarkan, dan pertukaran.
3. Teguh Budiarto (1993), pemasaran adalah kegiatan
pemasaran untuk menjalankan usaha (profit dan non profit) guna memenuhi
kebutuhan pasar dengan barang dan jasa, mendistribusikan, mempromosikan melalui
proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan pemasaran.
4. Kotler dan Roberto, pemasaran sosial dapat merubah perilaku seseorang sehingga orang
yang semula kurang atau bahkan tidak peduli terhadap perilakunya yang buruk,
dapat menjadi seseorang yang peduli terhadap perilakunya dan mau mencoba
memperbaikinya karena ia tahu bahwa perilakunya yang buruk dapat mengakibatkan
efek yang negatif terhadap proses pendidikan.
5. Trioso Purnawarman (2001),
pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhkan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan
bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
6. Pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhkan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar
sesuatu yang bernilai satu sama lain.
Dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran sosial
jasa asuhan kebidanan
merupakan strategi pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang bertujuan
merubah pola pengetahuan, sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Konsep pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip
inti yang meliputi; kebutuhan (need),
produk (good, services and idea),
permintaan (demands), nilai, biaya,
kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dam jaringan, pasar, pemasar, serta
prospek.
a. Kebutuhan, keinginan, dan Permintaan
Ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan, dan
permintaan. Kebutuhan manusia (human
needs) adalah keadaan di mana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar
atau kepuasan yang dimiliki seseorang tersebut tidak terbatas. Misalnya ketika
seseorang telah mendapatkan pelayanan kesehatan yang paripurna, pasti pada saat
tertentu ia juga ingin mendapatkan pelayanan yang sama di tempat lain.
Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau penyedia barang/jasa, namun
sudah ada dalam hati setiap individu.
Keinginan (wants)
adalah hasrat akan suatu hal sesuai dengan kebutuhannya tersebut. Keinginan
manusia dibentuk oleh kekuatan atau institusi social. Sehingga kadang kala
seseorang yang sebenarnya hanya tidak terkendali sehingga kebutuhan mereka
menjadi banyak.
Permintaan (demands)
adalah keinginan akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan
membelinya. Keinginan menjadi permintaan bila didukung dengan daya beli.
Perbedaan ini bisa menjelaskan bahwa penyedia barang/jasa tidak menciptakan
kebutuhan : kebutuhan sudah ada sebelumnya. penyedia barang/jasa mempengaruhi
keinginan dan permintaan dengan membuat suatu produk yang cocok dan menarik,
terjangkau dan mudah didapatkan oleh pelanggan yang dituju.
b. Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan untuk
memuaskan suatu kebutuhan/ keinginan masyarakat.
c. Transaksi
Transaksi merupakan proses seseorang mendapatkan
produk baik dengan memproduksi sendiri , pemaksaan , meminta maupun pertukaran.
d. Pertukaran merupakan tindakan memperoleh barang yang
dibutuhkan atau dikehendaki seseorang dengan menawarkan suatu imbalan.
Pertukaran baru akan terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui syarat
pertukaran dan masing-masing mendapatkan keuntungan dari pertukaran tersebut.
e. Pasar
Pasar terdiri dari semua pelanggan yang potensial
memiliki kebutuhan yang sama dan bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran
untuk memenuhi kbutuhan tersebut.
Pemasaran sosial merupakan strategi yang bertujuan merubah pola
pengetahuan, sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dengan pendekapan
penerapan yang sama dengan pemasaran bisnis (commercial marketing)
Contoh :
1) Kekurangan gizi atau malnutrisi
2) Busung lapar atau marasmus
3) Program Keluarga Berencana/KB
Pemasaran sosial adalah penerapan teknik pemasaran niaga untuk
mencapai suatu tujuan social yang bermanfaat (HIV/AIDS Prevention Project
(HAPP), 1999). Tujuan sosial itu bisa meliputi kampanye keluarga berencana,
penurunan pemakaian rokok, pemakaian sabuk pengaman, pencegahan HIV/AIDS, dan
sebagainya.
Teknik pemasaran sosial ini jka diaplikasikan dengan baik, maka
profesi bidan akan menjadi
peluang wirausaha yang menjanjikan. Seorang wirausaha sosial juga harus mengabdikan kemampuannya ini untuk
memperkenalkan solusi baru pada masalah-masalah sosial. Individu-individu unik yang ditemui di segala lingkup budaya
ini, adalah mereka yang dapat melihat jauh ke depan langkah apa yang harus
diambil dalam bidangnya : baik itu lingkungan, pendidikan, pengembangan
masyarakat, kesehatan, atau bidang-bidang lain yang berhubungan dengan kebutuhan manusia.
Mereka ini tanpa berhenti mengejar visi mereka hingga menjadi kenyataan baru
dalam masyarakat tempat mereka tinggal dan juga di wilayah yang lebih luas.
Seorang wirausaha harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut :
1. Ide baru yaitu apakah orang tersebut betul-betul memiliki ide baru untuk menyelesaikan kebutuhan
sosial. Sebagai contoh pembangunan klinik baru. Apakah
klinik tersebut mempunyai visi dari sebuah pola baru dari pelayanan kesehatan
yang menjanjikan perubahan pada klinik di seluruh wilayah sebuah Negara atau di
daerah yang lebih luas lagi.
2. Kreatif, Seorang wirausaha sosial yang sukses haruslah kreatif dalam menentukan
tujuan dan dalam memecahkan masalah-masalah yang tidak terelakkan muncul saat ia mengejar
visinya tersebut. Mereka harus menggunakan daya kreativitasnya dari hari ke
hari, dari tahun ke tahun, agar mencapai sukses. Untuk mengevaluasi apakah
seseorang memiliki daya kreativitas esensial tersebut atau tidak.
3. Kemampuan berwirausaha, wirausaha sosial bersifat praktis dan pragmatis: mereka mengetahui bagaimana
mengatasi rintangan, dan mereka dikendalikan oleh ide dan niat mereka untuk membuat ide tersebut
menjadi kenyataan.
4. Dampak sosial, Seorang wirausahawan haruslah beride baru,
praktis, dan cukup berguna, sehingga akan digunakan oleh orang lain begitu ide
tersebut diaplikasikan. Sebagai contoh sebuah klinik kesehatan di pedesaan,
harus berpotensi secara fundamental mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan di
pedesaan. Oleh karena itu konsep wirausaha sosial tidak hanya memerlukan orang yang luar biasa untuk
mengembangkan sebuah ide tetapi juga memiliki kekuatan, ide praktis yang akan
layak berkembang dengan benar.
5. Karakter etis, adalah seseorang yang dapat menjalankan
fungsi-fungsi layanan publik. Atau orang yang dapat dipercaya dan menjaga
kehormatannya. Mereka harus kenal perubahan structural yang besar dalam
masyarakat atau individu yang memiliki penilaian yang tepat akan sesuatu hal
dan berkarakter dapat dipercaya untuk menuntun proses perubahan dalam arah yang
positif.
2.2.2 Proses
Pemasaran
Proses pemasaran
terdiri dari analisis peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran,
merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan
mengorganisasikan, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran.
Proses
pemasaran dapat dijelaskan lebih rinci dalam langkah-langkah sebagai berikut :
·
Langkah
ke-1 adalah analisis yaitu dengan membuat inventarisasi kelompok sasaran dan mencari
institusi-institusi/stakeholder
yang dapat membantu dan bekerjasama.
·
Langkah
ke-2 yaitu melakukan riset untuk mengetahui tanggapan masyarakat terutama
kelompok sasaran terhadap produk dan jasa pelayanan yang akan diberikan.
·
Langkah
ke-3 adalah menyusunan strategi pemasaran. Strategi yang digunakan disini
merupakan serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah :
1. Faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing
dan masyarakat.
2. Faktor makro, yaitu demografi
atau ekonomi, politik
atau hukum, teknologi
atau fisik dan sosial atau budaya.
·
Lankah
ke-4 adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring adalah proses untuk
menemukan kekurangan atau kesalahan pada strategi yang telah ditetapkan.
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari strategi
pemasaran telah tercapai atau belum.
·
Langkah
ke-5 adalah pelaksanaan proses pemasaran. Kegiatan ini menggunakan media yang
telah dipersiapkan untuk menunjang program melalui pesan-pesan sehingga akan mudah diingat oleh masyarakat luas
ataupun khususnya bagi konsumen.
2.2.3
Tujuan Pemasaran
Sosial
Mengenal
dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan
dapat terjual dengan sendirinya.
Pemasaran
sosial mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan yang bermutu yang dibutuhkan
masyarakat.
b. Memberikan pelayanan sesuai dengan standar praktik,
keterampilan yang mantap (dalam memberikan pelayanan kepada klien).
Tujuan
pemasaran sosial
:
a. Menurunkan sensitivitas klien pada tarif.
b. Rekomendasi (pemasaran) gratis dari mulut ke mulut.
c. Menghemat biaya pemasaran.
d. Penurunan biaya melayani klien yang sudah mengenal
baik sistem pelayanan.
e. Peningkatan pendapatan (pembelian silang antara jasa
dan produk, peningkatan frekuensi pembelian)
Manfaat pemasaran sosial adalah meningkatkan kepuasan kelompok sasaran, meningkatkan
daya tarik program berbagai kemungkinan sumber daya baru, dan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi program.
2.2.4
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan.
Strategi
pemasaran dapat dibedakan dari dua sudut pandang yaitu dari penjual dan
pembeli. Strategi dan kiat pemasaran dari sudut pandang penjual dapat disingkat
dalam (4P), yaitu :
a. Tempat yang strategi (place).
b. Produk yang bermutu (product).
c. Harga yang kompetitif (price).
d. Promosi yang gencar (promotion).
Sedang dari
sudut pandang pembeli/customer, yaitu (4C) :
a. Kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer needs and wants)
b. Biaya pembeli (cost
to the customer)
c. Kenyamanan ( convenience)
d. Komunikasi (communication)
Pemasaran dilaksanakan berdasarkan lima
komponen yang terkenal dengan istilah 4P 1C, yaitu :
1. Product
adalah produk
atau pelayanan yang disediakan, didefinisikan sebagai objek fisik, pelayanan
organisasi, dan ide. Produk juga dapat diartikan sebagai paket keseluruhan
berupa barang dan jasa yang menjadi focus transaksi antara pemasar dan target
pasar.
2. Price
adalah harga yang ditetapkan
yang berhubungan dengan penjualannya. Dalam pemasaran sosial, harga dapat dihitung dari respons perilaku yang
diharapkan, harga psikologis, harga social, dan harga yang dibutuhkan karena
waktu dan usaha yang dilakukan.
3. Place adalah tempat jasa ditawarkan atau tempat untuk
mendistribusikan produk.
4. Promotion adalah alat utama untuk melakukan komunikasi
persuatif dalam member kesadaran konsumen tentang kebutuhannya. Promosi dapat
melibatkan iklan, keluarga, kelompok masyarakat, atau lembaga.
5. Consumer adalah pembeli produk atau penerima jasa dapat berupa
individu, keluarga, kelompok mesyarakat, atau lembaga.
Selain
4P, Adrian Payne menambahkan perlunya orang (people), yaitu elemen esensial
yang penting dalam produksi dan penyelenggaraan pelayanan yang dapat menjadi
nilai tambah dan lebih kompetitif, dan proses yaitu prosedur, mekanisme rutin
ketika pelayanan diselenggarakan bagi pelanggaran.
Suksesnya
program pemasaran terutama bergantung pada derajat perpaduan antara lingkungan
eksternal dan kemampuan internal organisasi. Dengan demikian, pemasaran sebagai
suatu proses memadukan dan khususnya penting dalam konteks pelayanan.
Tujuan
akhir dan konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya (total customer satisfaction).
Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti sepenuhnya bukan berarti memberikan
kepada apa yang menurut kita inginkan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya
mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Atau secara singkat
adalah pemenuhan kebutuhan pelanggan.
Ada
hubungan erat antara mutu suatu produk dengan kepuasan pelanggan serta
keuntungan industry. Mutu yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan
yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga
biaya lebih rendah. Eksekutif puncak masa kini melihat tugas meningkatkan dan
mengendalikan mutu produk sebagai prioritas utama, sehingga setiap industry
tidak punya pilihan lain kecuali menjalankan manajeman mutu total (Total Quality Management).
2.2.5
Langkah-langkah Pemasaran Jasa Kebidanan
a. Memahami konsumen serta kebutuhan dan keinginannya
1) Mengumpulkan informasi
·
Jumlah
populasi keseluruhan
·
Jumlah
perempuan belum nikah
·
Jumlah
perempuan nikah
·
Jumlah
bayi dan balita
·
Kondisi
ekonomi
·
Kebiasaan
mempergunakan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi
2) Analisa atau menyimpulkan informasi
·
Menentukan
prioritas target konsumen yang dituju
·
Prioritas
1 : target konsumen utama
·
Prioritas
2 : target konsumen utama
3) Menentukan desain pelayanan
·
Menerjemahkan
kebutuhan target konsumen utama dan pendukung jenis pelayanan apa yang
ditawarkan, buat secara rinci
·
Mengidentifikasikan
kebutuhan sumber uatama
·
Persiapan
oprasional pelayanan termasuk pemilihan lokasi
b. Mempromosikan jasa
Jasa
yang sudah didesain, dipromosikan dengan menggunakan media.
1. Media promosi sederhana dan praktis
2. Peran word of
mouth sebagai sarana promosi
c. Menetapkan tarif pelayanan
Tarif pelayanan/harga secara sederhana dapat diartikan
sebagai sejumlah uang yang ditagihkan terhadap suatu produk/jasa. Jumlah
tersebut merupakan nilai yang diperlukan konsumen untuk manfaat karena memiliki
barang/menikmati, menggunakan jasa pelayanan yang diberikan. Harga merupakan
satu-satunya elemen produk yang menghasilkan pendapatan. Elemen lain mewakili
biaya.
d. Membangun masyarakat kemitraan dan kepercayaan
konsumen dan masyarakat
Mitra pelayanan adalah semua pihak baik
institut/lembaga formal dan non formal maupun perorangan/individu yang ada
dalam masyarakat yang memiliki potensi dan kemampuan untuk mendukung bidan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada konsumen dan masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Mitra pelayanan tersebut meliputi :
1. Institusi/lembaga pelayanan kesehatan : Puskesmas,
Rumah Sakit, Klinik Dokter dan lain-lain.
2. Muspida : Camat, Lurah, PKK, dan lain-lain.
3. Institusi atau lembaga keuangan : Koperasi, Bank,
Perusahaan pemasok, dan lain-lain.
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
5. Institusi keagamaan dan institusi Pendidikan.
e. Membina hubungan dan mendayaguna potensi pelayanan
Mitra pelayanan bisa sangat berperan penting untuk
mendukung keberhasilan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan mandiri.
Bidan dapat memanfaatkan potensi mitra pelayanan kebidanan yang diberikan
bidan.
f. Membangun kepercayaan konsumen dan masyarakat
Titik awal keberhasilan pelayanan kebidanan sangat
ditentukan oleh besarnya kepercayaan yang diberikan konsumen dan masyarakat
terhadap individu bidan sebagai penyedia jasa. Kepercayaan konsumen
terbangun melalui proses pembentukan persepsi konsumen yang memakan waktu
panjang.
g. Manajemen pelayanan yang berfokus pada pelanggan
Inti dari manajemen pelayanan kebidanan adalah
mendayagunakan input yang telah terstandar (Kajian Mandiri Bidan Delima)
melalui alur dan kiat manajemen oprasional (yang menunjang asuhan) dan
manajemen asuhan kebidanan. Manajemen yang handal
(terstandar) akan menghasilkan
kesejahteraan ibu, bayi dan kepuasan pelanggan serta kepuasan bidan sebagai
pemberi pelayanan.
2.2.6
Karakteristik
Pemasaran Jasa Kebidanan
Pelayanan atau asuhan
kebidanan termasuk dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan memiliki
karakteristik yang spesifik karena berhadapan langsung dengan individu.
Karakteristik pemasaran
jasa dalam palayanan kesehatan antara lain :
1.
Besifat sukarela.
Tidak
memaksa klien untuk menggunakan layanan yang ditawarkan. Klien bebas menentukan
pilihan pelayanan.
2.
Kontak secara personal.
Dalam
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan harus melakukan kontak langsung secara
personal dengan klien melalui pendekatan sosial budaya.
3.
Berpacu dengan waktu.
Pelayanan
kesehatan harus diberikan dengan segera dengan mempertimbangkan keadaan klien.
4.
Sensitif (terutama kesehatan
repsoduksi).
Kesehatan
reproduksi merupakan hal yang sangat pribadi dan sensitif sehingga seringkali
klien enggan berkunjung ke pelayanan kesehatan dan membicarakan masalah
tersebut. Sikap yang menghormati privasi klien dan tidak menghakimi dari
seorang bidan akan membuat klien bersikap positif terhadap layanan kesehatan
yang kita berikan.
2.2.7 Pemasaran Jasa dalam
Pelayanan Kebidanan
Pemasaran
jasa dalam pelayanan
kebidanan memiliki empat komponen utama, yaitu :
1.
Klien/pelanggan
Klien
atau pelanggan merupakan konsumen dari pelayanan kesehatan yang memiliki
kedudukan sangat penting. Tipe pelanggan terdiri dari pelanggan perantara,
pelanggan konsumen, pelanggan interna, dan pelanggan prospek.
2.
Kompetisi
Melalui
keberadaan profesi lain akan tercipta iklim kompetisi yang apabila dikelola
dengan baik maka akan memotivasi bidan untuk mengevaluasi dan mengembangkan
diri.
3.
Jaringan
Jaringan
diperlukan untuk memperluas cakupan pemasaran pelayanan kesehatan yang akan
membantu kelancaran kegiatan pemasaran. Jaringan tersebut dapat berbentuk
klinik, pelayanan di rumah, rujukan, dan perusahaan atau asuransi.
4.
Klinik
Dalam
mengelola klinik diperlukan beberapa pertimbangan yang mencakup kekuatan merek,
proses pelayanan, keunggulan kompetitif, dan tarif pelayanan.
Proses
pemasaran pelayanan terbagi menjadi 3 kelompok :
1.
Internal
Melalui
promosi internal, penawaran kemudahan, dan role
model.
2.
Interaktif
Melalui
rujukan, interaksi individual, dan komunikasi verbal.
3.
Eksternal
Melalui
iklan di media massa, materi promosi, dan program khusus.
Setiap
usaha pada dasarnya menawarkan produk tertentu kepada masyarakat sebagai target
konsumennya. Konsep pemasaran modern terdiri dari 3 tingkat, yaitu :
a. Mengetahui keinginan calon pembeli.
b. Melakukan kegiatan pemasaran terpadu.
c. Memperoleh laba dan konsumen puas.
Bagan
Marketing Identification
(product, price, promotion)
|
Customer
|
Profit through
Customer satisfaction
|
1.
Produk Pelayanan Kebidanan
Produk utama yang ditawarkan dalam profesi bidan adalah jasa pelayanan
kesehatan khususnya bagi perempuan dan anaknya (bayi yang baru lahir). Dalam
member jasa pelayanan diperlukan produk pendukung barupa barang, obat-obatan,
alat kesehatan, perlengkapan persalinan dan sebagainya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa produk yang ditawarkan merupakan kombinasi barang dan jasa,
dengan jasa sebagai produk utama dan barang sebagai produk pendukung.
Keberhasilan bidan dalam mengelola usahanya sangat ditentukan oleh
kemampuan “maramu” dan mengelolah kedua jenis produk tersebut secara efektif.
Ragam pelayanan bervariasi sejalan dengan perkembangan kebutuhan perempuan dan
anaknya.
2.
Pelayanan Kebidanan
Ruang lingkup pelayanan kebidanan sangat erat
hubungannya dengan wewenang profesi bidan (Kepmenkes RI No.900/SK/VII/2002),
mencakup :
a. Pelayanan kebidanan
b.Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
3.
Desain jasa pelayanan BPS
Desain jasa
pelayanan yang akan ditawarkan perlu ditentukan karena beberapa pertimbangan
untuk menentukan focus pada persiapan :
a. Persiapan sumber daya
b.Meletakkan harapan konsumen secara tepet
c. Memudahkan mengembangkan jasa
Difusi
inovasi dan Pemasaran Sosial
Proses
penyebarluasan informasi ataumaterial baru dan satu sumber kepada para penerima
yang ada dalam suatu sistem social, dalam konsep sosiologi-antropologi, disebut
dengan difusi inovasi. Divusi inovasi merupakan model penyebarluasan gagasan
atau material (teknologi) yang diperkenalkan oleh Everet M. Rogers. Rogers
mengetengahkan cara penyebarluasan inovasi (misalnya, gagasan baru, pendekatan
baru, dan strategi baru) melalui saluran
tertentu (umumnya sistem sosial tradisional-modern), dalam suatu tertentu
kepada sejumlah anggota masyarakat atau komunitas dalam suatu sistem social.
Asumsi dari
suatu inovasi adalah ada jenis-jenis gagasan tertentu yang perlu diadopsikan
kepada anggota-anggota dari suatu sistem social karena mereka sangat
membutuhkan informasi tersebut dari para pemuka pendapat dalam sistem social.
Sedangkan karakteristik sukses inovasi terjadi kalau para anggota sistem social
itu menerima inovasi tersebut.
Schinke dan
Orlandi (1991) mengemukakan bahwa inovasi itu selalu menghasilkan suatu
perubahan melalui 5 tahap :
a. Mobilisasi
Aktivitas dari pemrakarsa inovasi untuk menggerakkan
seluruh unsure yang berkepentingan dalam proses komunikasi kesehatan. Misalnya,
aktivitas untuk menggerakkan para komunikator kesehatan (penyuluh, pelatih,
guru, mentor, dan lain-lain), merancang informasi, memilih media, mempersiapkan
audiens atau kelompok sasaran agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.
b. Adopsi
Aktivitas dari pemrakarsa inovasi untuk merancang
informasi, kemudian dikirimkan melalui pilihan media tertentu, lalu
mengupayakan metode dan strategi penyampaian dan aktivitas reaksi atau respons
dari audiens terhadap informasi dalam bentuk menjadikan informasi itu sebagai
sumber untuk mengubah keadaan audiens.
c. Implementasi
Aktivitas bersama antara inovasi dengan audiens untuk
menerapkan gagasan, informasi, teknologi baru ditengah-tengah audiens.
d. Pemeliharaan
Aktivitas bersama antara inovasi dengan audiens untuk
memelihara kelangsungan penerimaan dan pelaksanaan gagasan, informasi dan
teknologi yang telah diterima (adopsi).berkesinambungan.
e. Evolusi
Aktivitas bersama antara innovator dan audiens untuk
mengimplementasikan dan memelihara seluruh inovasi baru agar inovasi itu tetap
berkesinambungan.
2.2.8 Peran Pemasaran dalam Pelayanan
Kebidanan
Peran pemasaran dalam pelayanan
kebidanan adalah untuk :
1.
Menciptakan diferensiasi
Agar
dapat bersaing dengan profesi lain, bidan dituntut mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang beragam (tanpa menyimpang dari kewenangan yang diberikan).
Divertifikasi jenis layanan yang disertai dengan peningkatan kemampuan akan
memperluas cakupan klien.
2.
Manajemen kualitas pelayanan
Melalui
proses pemasaran, bidan akan mampu mengevaluasi diri mengenai kelebihan dan
kekurangan layanan kesehatan yang ia tawarkan kepada klien sehingga ia dapat
terus meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
3.
Meningkatkan produktivitas
Tenaga
kesehatan dituntut untuk memperluas wawasan keilmuannya serta keterampilan
teknisnya sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada
klien.
Pemasaran
Sosial dan Publikasi Kesehatan
Komunikasi
kesehatan dapat dilakukan melalui beragam kegiatan : kampanye, propaganda,
iklan, anjang sana, dan lain-lain. Setiap kegiatan semacam itu merupakan
strategi yang dipilih sedemikian rupa sehingga dapat memuaskan audiens karena
audiens merasa
kebutuhan mereka atas informasi telah terpenuhi. Kebanyakan publikasi kesehatan
dilaksanakan melalui difusi-inovasi. Pilihan ini sebenarnya merupakan pilihan
model atau strategi yang dipinjam dari teori belajar sosial ((social
learning)-Albert Bandura) dan pemasaran sosial (sosial marketing-Philip Kotler) (Backer and Rogers, 1992).
Contoh,
kita ingin mempromosikan gagasan tentang pencegahan merokok dan pencegahan
minum jamu. Untuk itu kita harus terlibat dalam proses komunikasi yang
menghubungkan kita dengan audiens yang ada dalam sistem sosial. Hal ini karena para perokok dan peminum jamu ada
dalam sistem tersebut, atau mereka “bukan” dalam sistem kita. Dari para perokok
dan peminum jamu itulah kita akan mengetahui nilai apa yang menjadi rujukan
mereka, norma apa yang mereka ikuti, dan siapa yang mereka ikuti sebagai orang
yang berpengaruh. Dari sinilah kita akan merumuskan informasi kesehatan untuk
menyentuh mereka, mengadakan perubahan atas pikiran dan pandangan mereka, dan
merubah sikap mereka untuk tidak merokok atau minum jamu. Itulah target
kampanye kita, target agar audiens sasaran tidak minum jamu.
Kadang-kadang
kita harus berfikir bahwa kita tidak bisa mempengaruhi audiens hanya dengan
menggunakan satu cara saja karena hasilnya akan sangat terbatas. Oleh karena
itu, kita harus mengadakan penelitian awal untuk memilih salah satu dari banyak
cara mempengaruhi audiens. William Mc Guire (1991) menyusun beberapa tahap yang
harus dilakukan audiens ketika mereka menerima pesan (dan ini perlu
diperhatikan ketika kita menyebarluaskan pesan kepada mereka).
Ada beberapa
masalah yang sering ada pada audiens, antara lain :
a. Berhadapan dengan pesan yang menerpa mereka.
b. Memperhatikan pesan.
c. Berminat terhadap pesan yang relevan dengan kehidupan
mereka sehari-hari.
d. Memahami pesan.
e. Menerima pesan demi pembentukan perilaku dia.
f. Menerima perubahan.
g. Mengingat pesan dan meneruskan pesan itu kepada orang
yang setuju dengan dia.
h. Berfikir lebih sebagai pendamping bagi perubahan
audien.maju.
i.
Membuat
keputusan sebagai reaksi atas pesan yang audiens terima.
j.
Memutuskan
perilaku tertentu.
k. Menerima pesan sebagai sesuatu yang positif mendukung
perilaku audiens yang sudah ada.
Pemasaran
Sosial dan Advokasi Media
Perkembangan pemasaran kini hampir tidak mungkin tanpa menggunakan media, karena itu
peranan media hamper tidak mungkin diabaikan begitu saja yang disebut sebagai jasa advokasi media. Advokasi media
meliputi kesepahaman dan kerjasama dengan media untuk membangkitkan perhatian
public terhadap isu atau perilaku yang akan diadopsikan. Kita akan meminta
bantuan media untuk menggambarkan segala sesuatu mengenai produk yang mau
diadopsikan itu secara rinci, misalnya, jenis produk itu, apa keuntungan dan
kerugian, bagaimna cara mendapatkan produk itu, dan lain-lain. Pada tahap
inilah pemasaran sosial berfungsi mempengaruhi perilaku audiens, dan
advokasi media sangat bermanfaat mengirimkan informasi secara berulang kali
sebagai pendamping bagi perubahan audiens.
Proses
Kerja Pemasaran Sosial
Pemasaran sosial merupakan konsep yang dipinjam dari pemasaran
komersial yang sering digunakan untuk menjual produk atau gagasan demi memenuhi
kebutuhan publik. Kunci sukses pemasaran sosial misalnya metode kampanye, terletak pada pelajaran
tentang apa yang harus dikerjakan bersama “dengan” populasi sasaran, berarti
pula tidak sekedar pelajaran tentang apa yang harus dikerjakan kepada populasi
sasaran. Kata “dengan” menunjukkan bahwa ada kecenderungan populasi sasaran lebih
suka pada perubahan yang dirancang bersama-sama dengan mereka.
Pemasaran
Sosial dan Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan keterlibatan seseorang
untuk melakukan komunikasi informasi tentang kesehatan secara sadar dengan
tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan
yang benar (Van dan Ban dan Hawkins, 1999). Kita dapat memanfaatkan metode dan
teknik penyuluhan dalam menyebarluaskan informasi mengenai kesehatan agar
kelompok sasaran dapat memutuskan sikap mereka
pendapat, perasaan, perilaku
tindakan tertentu).
Umumnya,
para peminat penyuluhan (pakar dan praktisi penyuluhan) selalu menerapkan
prinsip-prinsip penyuluhan melalui difusi-inovasi dengan membagi kategori
audiens yang menjadi para penyuluhan sebagai berikut :
a. Innovators
atau kira-kira
2,5% dari penduduk
b. Orang yang cenderung mendapatkan pelayanan kesehatan
yang terbaru dapat diketahui sebagai “early
adopters” yang jumlahnya kira-kira 13,5% dari pasar. Mereka adalah konsumen
baru yang ingin memiliki inovasi pada tingkat rendah terhadap pelayanan
kesehatan baru dengan nilai yang tinggi.
c. “Early
majority” dan “late majority” jumlahnya adalah pasar
potensial kira-kira 64% dari semua, dan banyak orang ada dalam kategori ini.
d. “Aggard”
adalah orang
yang baru tertarik dengan pelayanan kesehatan yang baru, jumlahnya kira-kira
20%.
2.3
Program Menjaga Mutu
2.3.1 Pengertian
Program
menjaga mutu
adalah proses yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif, dan terpadu dalam menetapkan msalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan, standar yang ditetapkan, menetapkan
dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki serta menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut
untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Jika
dilaksanakan dengan baik, maka : Perofesi Mandiri Bidan menjadi suatu bentuk
kewirausahaan yang menjanjikan. Demikian juga dalam pelayanan kesehatan, untuk
dapat menyelenggarakan pelayanan kebidanan yang bermutu, Program menjadi mutu (Quality Asurance Program).
2.3.2 Sasaran
Program Menjaga Mutu
Sasaran
program menjaga mutu adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Jika
diketahui bahwa pada setiap pelayanan kesehatan terdapat 4 unsur yang bersifat
pokok yakni unsure masukan (input),
proses (process), lingkungan (environtment), dan keluaran (output).
a. Unsur masukkan
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu
pelayanan kesehatan. Unsur masukkan yang terpenting adalah tenaga, dana, dan
sasaran.
b. Unsur kesehatan
Keadaan di sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan disekitar yang terpenting
adalah : kebijakkan, organisasi, dan manajemen.
c. Unsur proses
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut dapat dibedakan atas 2
macam yakni tindakan medis dan tindakan non medis.
d. Unsur keluaran
Menunjuk pada penampilan (performence) pelayanan kesehatan. Penampilan dibedakan atas 2
macam : penampilan aspek medis pelayanan kesehatan dan aspek non medis
pelayanan asuhan kebidanan.
2.3.3 Standar
Pelayanan Minimal
Dalam
melaksanakan pelayanan kebidanan, standar persyaratan minimal yang harus
dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan bermutu adalah :
a. Sumber daya manusia (Standar of person)
b. Manajemen (Standar
of Organization and Manajemen)
c. Sarana (Standart
of Facility)
2.3.4 Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah memberikan apa yang
sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan atau
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan menjalankan Manajemen Mutu Total (total quality manajemen).
Konsumen
1.
Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut
(Swastha, dkk, 1997).
Perilaku
konsumen mempelajari dimana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan
seseorang membeli produk tertentu dengan merek tertentu. Kesemuanya ini sangat
membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijakkan pemasaran
sebuah instesi. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa
akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing. Peran yang
dilakukan tersebut adalah :
a. Iniator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian
barang tertentu.
b. Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik
secara disengaja atau tidak.
c. Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau
tidak. Apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya.
d. Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian
sesungguhnya.
e. User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa
yang dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian
terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat
lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologi, sosial, dan antropologi.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi instansi dalam menentukan
desain produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta
beberapa aspek lain dari program pemasaran instansi.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut :
1. Teori Ekonomi Mikro
Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan
berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan
pembeliannya terhadap suatu produk yang telah dikonsumsinya, dimana kepuasan
ini sebanding atau lebih besar dengan marginal
utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk
lain.
2. Teori Psikologi
Teori ini mendasarkan diri pada factor-faktor
psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang
psikologis ini sangat kompleks dalam manganalisa perilaku konsumen, karena
proses mental tidak dapat diamati secara langsung.
3. Teori Antropologis
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari
suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti
kebudayaan, kelas-kelas social dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap manusia akan menunjukkan reaksi
yang berbeda terhadap suatu perubahan, bergantung pada latar belakang mereka.
Pada umumnya, proses reaksi terhadap perubahan terdiri atas takut, menyangkal,
merana, menawar, kehilangan kemampuan memprediksi, dan kehilangan kontrol diri.
Proses berubah ini juga merupakan bagian
integral dari kebidanan. Bidan harus mengerti tentang perubahan praktik
kerjanya baik dipemerintah, organisasi profesi maupun dilingkungan masyarakat.
Ini semua untuk mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat karena adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelayanan kebidanan dan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Dalam proses pemasaran, yang harus
diperhatikan adalah ada tidaknya ancaman, tidak melakukan promosi yang terlalu
berlebihan, dan tidak mempromosikan sesuatu yang tidak bisa diandalkan. Dalam
penyediaan jasa asuhan kebidanan tentunya bidan perlu memiliki pengetahuan
tentang pemasaran sosial jasa asuhan kebidanan secara lebih mendalam.
3.2 Saran
Sebagai bidan sebaiknya dapat mengerti tentang
perubahan dalam melaksanakan praktik kerjanya. Proses berubah adalah suatu
proses ke arah yang baru. Dalam proses
berubah untuk bidan memiliki tujuan agar dapat mengantisipasi dalam memenuhi
tingkat kebutuhan masyarakat karena sesuai dengan kemajuan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam memberikan pelayanan kebidanannya yang sesuai
dengan perubahan dalam masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Soepardan,Suryani,Dra, Dipl.M,MM.
2007. Konsep Kebidanan. Jakarta :
EGC.
Sujianti, SST dan
Susanti, SST. 2009. Buku Ajar Konsep
Kebidanan “Teori & Aplikasi”. Yogyakarta : Nusa Medika.
Asri Hidayat,
S.SiT.M.Keb dan Mufdlilah, S.Pd.,S,SiT.,M.Sc. 2008. Catatan Kuliah Konsep kebidanan plus Materi Bidan Delima.
Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Asrinah, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
No comments:
Post a Comment