2.1 Pengertian
Luka
adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh
lain (Kozier, 1995).
Ketika
luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1.
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2.
Respon stres simpatis
3.
Perdarahan dan pembekuan darah
4.
Kontaminasi bakteri
5.
Kematian sel
2.2 Jenis-Jenis Luka
Luka
sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara
mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1.
Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean
Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson –
Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined
Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran
respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3%
-11%.
c. Contamined
Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% -17%.
d. Dirty
or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme
pada luka.
2.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium
I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.
b. Stadium
II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya
tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium
III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau
tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium
IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3.
Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka
akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang
telah disepakati.
b. Luka
kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat
karena faktor eksogen dan endogen.
4. Berdasarkan proses
penyembuhan
a. Healing
by primary intention
Tepi luka
bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,
tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian
internal ke ekseternal.
b. Healing
by secondary intention
Terdapat
sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed
primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan
luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
2.3. Mekanisme terjadinya luka :
1. Luka
insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).
2. Luka
memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan
oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka
lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka
tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka
gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka
yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya
kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka
Bakar (Combustio)
2.4 Penyembuhan Luka
Tubuh
yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan
aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan
awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal
tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung
proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari
kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan
(Taylor, 1997).
1.
Prinsip Penyembuhan Luka
Ada
beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu: (1)
Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) Respon tubuh pada luka
lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) Respon tubuh secara
sistemik pada trauma, (4) Aliran darah
ke dan dari jaringan yang luka, (5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan
sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan (6)
Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh
termasuk bakteri.
2.
Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan
luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan
dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang
terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier, 1995
a.
Fase Inflamatori
Fase
ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian
perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka,
retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan
pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet
yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab
(keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab
membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah
scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai
barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Fase
inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk
mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke
jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi
yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel
berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat
ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam
setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui
proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis
(AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag
dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini
sangat penting bagi proses penyembuhan
b.
Fase Proliferatif
Fase
kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis
kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan
dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga
kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan
nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan
aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh
darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan
perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan
mudah pecah.
c.
Fase Maturasi
Fase
maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan.
Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya , menyatukan
dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas
dan meninggalkan garis putih.
Menurut Taylor (1997):
a.
Fase Inflamatory
Fase
inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3 – 4 pasca
operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai tekanan
yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya suatu
konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti
vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi
oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris.
Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag) masuk
ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang pembentukan
anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat
terjadi.
b.
Fase Proliferative
Dimulai
pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast secara cepat
mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua substansi ini membentuk lapislapis
perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka
dan aliran darah ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka
(kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya
pembuluh darah, kemerahan dan mudah berdarah.
c.
Fase Maturasi
Fase
akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut selama 1 – 2
tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan
luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu, menekan
pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis
dan garis putih.
Menurut Potter (1998):
a.
Devensive / Tahap Inflamatory
Dimulai
ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut hingga 4-6 hari.
Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon inflamatori, Tibanya sel darah putih
di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi pembuluh darah, membawa
platelet menghentikan perdarahan. Bekuan membentuk sebuah matriks fibrin yang
mencegah masuknya organisme infeksius. Respon inflammatory adalah saat terjadi
peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma menyebabkan
kemerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih di luka
melalui suatu proses, neutrophils membunuh
bakteri dan debris yang kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang menyerang bakteri dan membantu
perbaikan jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya makrofag membersihkan
sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan perbaikan luka dengan
mengembalikan asam amino normal dan glukose . Epitelial sel bergerak dari dalam
ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.
b.
Reconstruksion / Tahap Prolifrasi
Penutupan
dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut selama 2 – 3
minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C, dan asam amino
pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas
luka. Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.
c.
Tahap Maturasi
Tahap
akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka
merekat kuat.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Luka
1.
Usia
Anak
dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis
dari faktor pembekuan darah.
2.
Nutrisi
Penyembuhan
menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diet kaya
protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,
dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang
gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat.
3.
Infeksi
Infeksi
luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4.
Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah
kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak
subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada
orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih
sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama
untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada
orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes
millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau
gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan
mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi
untuk penyembuhan luka.
5.
Hematoma
Hematoma
merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi
oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
6.
Benda asing
Benda
asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses
ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah
merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(“Pus”).
7.
Iskemia
Iskemia
merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal
yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8.
Diabetes
Hambatan
terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh.
9.
Keadaan Luka
Keadaan
khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka.
Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10.
Obat
Obat
anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin),
heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan
antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid
: akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan
: mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik
: efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi
yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular.
2.6 Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi
penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1.
Infeksi
Invasi
bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,
kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah
sel darah putih.
2.
Perdarahan
Perdarahan
dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan,
infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia
mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan)
jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan
tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan
balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan
mungkin diperlukan.
3.
Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence
dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh
melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple
trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5
hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence
dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang
lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
2.7 Perkembangan Perawatan Luka
Profesional
perawat percaya bahwa penyembuhan luka
yang terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering
(Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun
1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya menunjukkan
bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering. Winter (1962)
mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih
cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab
daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter.
P, 1998). Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya
tingkat infeksi pada semua jenis balutan lembab adalah 2,5 %, lebih baik
dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson. J, 2000). Rowel (1970) menunjukkan
bahwa lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan
melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan
teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan
balutan lembab ( Potter. P, 1998). Penggantian balutan dilakukan sesuai
kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih
dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya untuk yang
memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan
luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine
iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk
membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah
reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan
dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak
manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996) . Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan
dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan
sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga
normal dan tepi luka menyatu.
Perawat
dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi :
1. Tidak
ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
2. Tepi
luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau beberapa
jam setelah pembedahan ditutup.
3. Inflamasi
(kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 – 3 hari.
4. Penurunan
inflamasi ketika bekuan mengecil.
5. Jaringan
granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup selama 7 –
10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase
mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.
6. Pembentukan
bekas luka.
7. Pembentukan
kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau lebih.
8. Pengecilan
ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas luka
menunjukkan pembentukan kelloid.
2.8 Tujuan Perawatan Luka
1.
Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2.
Absorbsi drainase
3.
Menekan dan imobilisasi luka
4.
Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5.
Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6.
Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7.
Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
2.9 Pengkajian Luka
A. Kondisi luka
1.
Warna dasar luka
Dasar
pengkajian berdasarkan warna yang meliputi : slough (yellow), necrotic tissue
(black), infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising
(pink)
2.
Lokasi ukuran dan kedalaman luka
3.
Eksudat dan bau
4.
Tanda-tanda infeksi
5.
Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
6.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
B. Status nutrisi klien : BMI,
kadar albumin
C. Status vascular : Hb, TcO2
D. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau
obat-obatan immunosupresan yang lain
E. Penyakit yang mendasari :
diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
2.10. Perencanaan
1. Pemilihan Balutan
Luka
Balutan luka
(wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan
adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun
1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang
optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari
teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat
oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksiapada perawatan luka tertutup akan merangsang
lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan growth factor
GF berperan dalam proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum
corneum dan angiogenesis dimana produksi komponen tersebut lebih cepat
terbentuk dalam keadaan lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif
Pada keadaan lembab infasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit
dan limposit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya
prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus
memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
- Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan
yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
- Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan
nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non
viable tissue removal)
- Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound
rehydration)
- Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat
penguapan
- Kemampuan atau potensi sebagai sarana
pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka
(Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
Dasar pemilihan terapi harus
berdasarkan pada :
- Apakah suplai telah tersedia?
- Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
- Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk
memilih?
- Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
- Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
- Bagaimana cara mengevaluasi?
2. Jenis-jenis balutan
dan terapi alternative lainnya
1. Film Dressing
- Semi-permeable primary atau secondary dressings
- Clear polyurethane yang disertai perekat
adhesive
- Conformable, anti robek atau tergores
- Tidak menyerap eksudat
- Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate,
luka insisi
- Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat
banyak
- Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2. Hydrocolloid
- Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan
elastomers
- Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik
atau slough
- Occlusive –> hypoxic environment untuk
mensupport angiogenesis
- Waterproof
- Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat
minimal
- Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka
grade III-IV
- Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3. Alginate
- Terbuat dari rumput laut
- Membentuk gel diatas permukaan luka
- Mudah diangkat dan dibersihkan
- Bisa menyebabkan nyeri
- Membantu untuk mengangkat jaringan mati
- Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
- Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
- Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik
dan kering
- Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4. Foam Dressings
- Polyurethane
- Non-adherent wound contact layer
- Highly absorptive
- Semi-permeable
- Jenis bervariasi
- Adhesive dan non-adhesive
- Indikasi : eksudat sedang s.d berat
- Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal,
jaringan nekrotik hitam
- Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn,
Versiva
5. Terapi alternatif
- Zinc Oxide (ZnO cream)
- Madu (Honey)
- Sugar paste (gula)
- Larvae therapy/Maggot Therapy
- Vacuum Assisted Closure
- Hyperbaric Oxygen
2.11 Jenis
Pembalut/Perban
- Perban segi tiga (Mitella)
- Perban pita (Zwachtel)
- Plester
2.12 Tujuan
Membalut/Perban
- Menutupi
bagian yang cedera dari udara, cahaya, debu dan kuman
- Menopang
yang cedera
- Menahan
dalam suatu sikap tertentu
- Menekan
- Menarik
2.13 Bahan
Untuk Perban
- Salep
- bubuk
luka
- plester
- bahan
penyerap (kasa atau kapas)
- kertas
tissue
- bahan
tidak mudah menyerap (kertas khusus, kain taf, sutera)
- bahan
elastis (spons, kapas).
2.14 Jenis –
jenis Pembalutan
- Perban segi tiga
(Mitella)Perban segi tiga dibuat dari kain belacu atau kain muslin,
perbannya dibuat segitiga sama kaki yang puncaknya bersudut 900 . Panjang
dasar segitiga kira-kira 125 cm dan kedua kakinya masing-masing 90 cm.
Buatlah terlebih dahulu kain segi empat dengan sisi 90 cm lalu lipat dua
atau digunting pada garis diagnonalnya.
- Balut segi tiga untuk
kepalaUntuk luka kepala dapat dipakai perban segi tiga. Dasar segi tiga
dilipat selebar 5 cm 2 kali. Letakkan bagian tengah lipatan itu diatas
dahi. Bagian yang mengandung lipatan diletakkan sebelah luar. Ujung puncak
segi tiga ditarik ke belakang kepala sehingga puncak kepala tertutup kain
segi tiga. Kedua ujung lipatan tadi dililitkan ke belakang kepala lalu
kembali ke dahi dan dibuat simpul di dahi.
- Balut segi tiga untuk
bahuGuntingan ujung puncak segitiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25
cm. Kedua ujung yang baru dibuat dililitkan secara longgar ke leher, lalu
diikat ke belakang. Dasar segi tiga ditarik sehingga bagian bahu yang
cedera tertutup. Lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan ke lengan dan
diikat.
- Balut segi tiga untuk
dadaGunting puncak segitiga tegak lurus pada dasarnya sepanjang 25 cm.
Ikatlah kedua ujung puncak itu secara longgar dibelakang leher, sehingga
dasar segi tiga berada di depan dada. Lipatlah dasar segi tiga beberapa
kali sesuai dengan kebutuhan lalu ujung dasar tadi diikat di punggung.
- Balut segi tiga untuk
pantatGunting puncak segi tiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm.
Ikatlah kedua ujung puncak itu melingkari paha yang cedera. Buatlah
beberapa lipatan pada dasar segi tiga, lalu kedua ujungnya diikatkan
melingkar di pinggang.
- Balut segi tiga untuk
tanganBila seluruh telapak tangan akan dibalut, dapat dipakai perban segi
tiga. Letakkan dasar segitiga pada telapak tangan. Ujung puncak segitiga
di lilitkan ke punggung tangan, sehingga seluruh jari – jari tertutup,
lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan beberapa kali pada pergelangan
tangan dan diikat. Bila segi tiga terlalu besar, buatlah beberapa lipatan
pada dasar segi tiga.
2. Cara
Membuka Pembalut/Perban
Buka simpul perban, bila sulit,
gunting saja. Tangan kanan memegang ujung perban. Bukalah gulungan dengan
memindahkan perban itu ke kiri, lalu kembali lagi ke kanan dan ke kiri lagi.
Begitu seterusnya sampai seluruh pembalut terlepas. Untuk membuka perban kotor
pergunakan 2 buah pinset. Bila perban itu telah kotor atau tidak ingin dipakai
lagi, lebih baik digunting dengan memakai gunting perban. Dengan demikian,
perban lebih cepat terlepas.
2.15 Jenis –
Jenis Perban Menurut Bahannya
- Perban kasa ibuat dari benang
yang dianyam jarang – jarang, sering dipakai untuk membalut pada anggota
badan.
- Perban planel :Kain berbulu
dipakai sebagai perban penekan pada pertolongan pertama.
- Perban kambrik:Terbuat dari
benang kasar pemakaian-nya sama dengan kasa.
- Perban trikot :Sering dipakai
untuk membuat perban ransel.
- Perban katun dan linen:Dipakai
dalam keadaan darurat, sebagai pembalut, penekan dan penarik
- Perban elastis:Dipakai untuk
balutan penekan pada keseleo atau salah urat (luksasio dan sprain) atau
untuk membalut anggota gerak yang telah diamputasi.
- Perban cepat:Dipakai untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan, dalam peperangan pada luka tembak
atau patah terbuka.
- Perban gips
2.16 Cara –
cara Membalut
1. Cara – cara khusus membalut perban kepalaa.Verban kepala fasela galenika
Cara memakainya adalah sebagai berikut :
- Letakkan
kain persegi itu diatas kepala dengan kedua ujung mengarah ke masing –
masing telinga.Ikatkanlah dengan peniti atau plester pita tengah dibawah dagu.
Pita depan diikat ke belakang kepala, sedangkan pita belakang diikat ke
dahi.
- Perban
pita untuk membalut kepala dengan cara mempersatukan (FasciaUnion). Perban
yang dipakai dapat yang berkepala satu maupun yang berkepala dua. Dipakai
untuk luka disamping kepala. Cara fascia union ini sangat merosot sehingga
sekarang tidak dipakai lagi.
- Perban
kepala cara Fascia sagitalis
Perban
kepala cara sagitalis memakai pembalut berkepala tiga atau disebut juga perban.
posting yg sangat bermanfaaat....
ReplyDeletehttp://perbanelastis.blogspot.co.id/