Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa ya nge-Klik Iklan nya.....
Terima kasih :)
Pengkajian ini
dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan
pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali
pusat. Bayi ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan
ini adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan
segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan
kelahiran, misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia
berat dan lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi.
Oleh karena itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera
dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan
apakah seorang bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan
pemeriksaan pertama ini juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi
selanjutnya.
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat
dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatan.
Pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah
lahir dan pada waktu akan pulang dari rumah sakit. Tujuan pemeriksaan fisik
secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan
intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi.
Pemeriksan dilakukan sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu
tubuh stabil dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas atau resisutasi,
pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat, dan bayi ditempatkan ditempat
yang hangat. Pemeriksaan fisik pada bayi dan balita dilakukan untuk memperoleh
data status kesehatan anak dan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis dan
untuk menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera ( Observasi K.U
bayi dan cegah terjadinya hipotermi). Cara pemeriksaan bayi dan balita pada
umumnya sama dengan pemeriksaan pada orang dewasa, yaitu inspeksi, palpasi
(periksa raba), perkusi (periksa ketuk), dan auskultasi (periksa dengar dengan
menggunakan stetoskop), observasi (pengamatan secara seksama).
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh
tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, dan tidak harus dengan urutan
tertentu.
1)
Inspeksi
merupakan proses pengamatan atau obserfasi untuk mendeteksi masalah kesehatan
pada bayi dan balita
2)
Palpasi
merupakan pemeriksaan dengan indera peraba, yaitu tangan, untuk menentukan
ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas.
3)
Perkusi
merupakan pemriksaan dengan melakukan pengetukan yang menggunakan ujung-ujung
jari pada bagian tubuh untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi
organ-organ tubuh, dan menentukan energy cairan dalam organ tubuh.
4)
Auskultasi
merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh
melalui stetoskop.
v Tujuan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Ø Untuk mendeteksi kelainan-kelainan.
Pemeriksaan awal
pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan untuk
mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnosa untuk persalinan yang
beresiko tinggi. Pemeriksaan hatrus difokuskan pada anomali kegenital dan
masalah-masalah patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan
metabolik normal pada kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci
dan dilakukan dalam 24 jam setelah bayi lahir.
Ø Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat
menjelaskan pada keluarga.
Apabila ditemukan
kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena
apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak
baik dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada
bayinya.
Petunjuk
Baca dan pelajari lembaran kerja yang tersedia.
Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum
tindakan dimulai.
Ikutilah petunjuk instruktur.
Kerjakan semua langkah secara berurutan.
Tanyakan pada instruktur bila terdapat hal-hal yang
kurang dimengerti.
Keselamatan Kerja
Sebelum melakukan tindakan pastikan semua alat
yang digunakan dalam keadaan siap pakai.
Gunakan
peralatan sesuai dengan fungsinya, letakkan peralatan pada tempat yang mudah
terjangkau.
Pusatkan
perhatian pada pekerjaan serta keselamatan bayi
Lakukan
tindakan dengan tetap memperhatikan prinsip aseptik dan antiseptik
Perhatikan
langkah demi langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir dengan
benar
Selama melakukan tindakan harus memperhatikan
keadaan bayi.
Lakukan semua prosedur tindakan secara
hati-hati.
Sebelum kita
melakukan pemeriksan fisik pada bayi, jelaskan prosedur pada orang tua dan
minta persetujuan tindakan. Apabila
orang tua sudah memberikan izin selanjutnya kita bisa mempersiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam tindakan. Kemudian kita cuci tangan dan keringkan, pakai
sarung tangan dan pastikan pencahayaan baik. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian
yang akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu
pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
Bahan :
Bayi/Phantoom
bayi
Peralatan :
Meja
periksa yang sudah diberi alas (kain/perlak)
Lampu
penghangat
Meja
troli
Timbangan
bayi
Jangka
pengukur panjang badan bayi
Baki
peralatan yang sudah diberi alas
Bak
steril berisi sarung tangan bersih/steril
Stetoscope
Termometer
Pita
ukur
Penunjuk
waktu/jam
Kom
berisi kassa steril
Kom
berisi kapas cebok
Kom
berisi air DTT
Bengkok/neirbekken
Waskom
berisi larutan klorin 0,5%
Tempat
sampah basah
Tempat
sampah kering
Sabun
cuci tangan
Handuk
Tempat
cuci tangan (air mengalir)
Pakaian
bayi lengkap (baju, popok, topi, kain flanel)
Persiapan
Menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan serta lingkungan yang mendukung
Memberikan penjelasan pada ibu mengenai tindakan
yang akan dilakukan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dibawah
air mengalir hingga bersih kemudian dikeringkan.
Menggunakan
sarung tangan (bila diperlukan)
Menempatkan
bayi pada tempat yang bersih dan hangat.
Keadaan Umum
Memperhatikan:
Proporsi ukuran kepala,
badan dan ekstremitas
(simetris/tidak)
Rasionalisasi : untuk menilai apakah
secara keseluruhan badan seimbang atau tidak serta normal atau tidak
Tonus otot (aktif/tidak)
Rasionalisasi : Bayi normal
melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris pada waktu bangun.
Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal,
tetapi bila hal ini pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang
perlu dilakukan pemeriksaan lanjut.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai adanya letargi, yakni
penurunan kesadaran yang dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya layuh seperti
tonus otot lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan tidak
sadar (tidur yang dalam, tidak merespons terhadap rangsangan). Dalam keadaan
normal, pemeriksaan ini dilakukan pada tingkat kesadaran mulai dari diam hingga
sadar penuh dan bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan
diam.
Warna kulit (merah/pucat/kuning/sianosis)
Rasionalisasi : Bayi semestinya memiliki warna kulit yang normal
beberapa jam setelah lahir. Untuk mendeteksi apakah ada kelainan pada bayi
seperti: jika kulit bayi terlihat kekuningan
kurang dari 24 jam setelah lahir bisa jadi dia terkena penyakit kuning
atau infeksi.
Tangisan bayi (normal/merintih/melengking)
Rasionalisasi : tangisan bayi
yang merintih dan melengking merupakan bahwa bayi sedang dalam kesakitan.
Begitu
lahir, bayi harus menangis. Ini merupakan reaksi pertama yang bisa dilakukan.
Dengan menangis, otomatis paru-parunya berfungsi. Paru-paru akan membuka dan
mengisap oksigen. Selain itu, menangis juga sebagai reaksi dari perubahan yang
dialami oleh bayi. Ketika di kandungan, ia merasakan kehangatan dan kenyamanan;
ia merasa terlindungi. Suasana di rahim pun gelap. Sementara begitu lahir, ia
merasakan udara luar yang dingin dan ada cahaya terang. Perubahan ini
disikapinya dengan menangis.
Oleh sebab itu, jika setelah lahir bayi
tidak menangis, berarti tidak normal. Biasanya, ia mengalami asfiksia, yaitu
kurang masukan oksigen ke dalam tubuhnya. Bahayanya, otak pun akan kekurangan
oksigen hingga dapat merusak otak. Kejadian ini biasanya berkaitan dengan keadaan
sejak di kandungan. Maka itu, bila ada sesuatu dengan kandungan ibu yang
bermasalah, harus segera mendapat penanganan yang adekuat dan benar dari
ahlinya. Ini untuk menghindari, salah satunya kejadian bayi tidak menangis.
Ketika bayi menangis, anggota geraknya
pun ikut aktif. Tangisan bayi yang sehat bila suaranya keras, bukan merintih
atau melengking. Jika suara tangisannya merintih atau melengking, pertanda ada
sesuatu pada si bayi atau ia sakit.
Menangis pada bayi juga merupakan
ungkapan ekspresinya. Bayi akan menangis lantaran minta perhatian, lapar, basah
popoknya karena BAB/BAK, atau lainnya. Jadi, bayi menangis tidak selalu berarti
lapar.
Ada/tidaknya anomali kongenital mayor
Rasionalisasi : untuk memeriksa
adanya kelainan atau tidak
·
Kajian Postur dan Gerakan
Rasionalisasi : untuk menilai adanya hiperekstensi tubuh yang
berlebihan, dan untuk melihat apakah ada kejang atau tidak.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya opistotonus
atau hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang,
sedangkan tubuh melengkung ke depan, adanya kejang atau spasme dan tremor.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat,
kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semi flexi. Kemudian
pada bayi berat kurang dari 2500 gr atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
ekstremitas dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi yang terletak sungsang
dalam kandungan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul/lutut atau sendi
lutut mengalami ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut. Kemudian
gerakan ekstremitas bayi harusnya spontan dan simetris disertai dengan gerakan
sendi penuh, dan bayi normal dapat sedikit gemetar.
Tanda-tanda vital
bayi
Melakukan perhitungan dan pengukuran:
Laju napas (normal: 40-60 x/menit) periksa apakah ada tarikan dinding dada.
Rasionalisasi : untuk menilai adanya retraksi
dada dan suara merintih saat ekspirasi, serta untuk menilai proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Pemeriksaan pernafasan
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen
dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe
atau pola pernapasan.
Waktu
ideal untuk mendapatkan pengukuran yang paling akurat adalah selama tidur.
Pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan
menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit.
Laju jantung (normal: 120-160 x/menit)
Rasionalisasi : untuk menentukan apakah beyi mengalami gangguan pada
jantung atau tidak.
Pemeriksaan ini dilakukan apakah bayi mengalami gangguan sehingga
jantung dalam keadaan tidak normal. Beberapa gangguan tersebut antara lain, seperti suhu tubuh yang
tidak normal, perdarahan atau gangguan nafas. Denyut jantung dikatakan normal
apabila frekuensi denyut jantungnya antara 100-160 kali per menit. Bayi
dinyatakan masih dalam keadaan normal apabila frekuensi denyut jantungnya di atas 60 kali per menit dalam rangka waktu
yang relatif pendek. Hal ini terjadi beberapa kali per hari selama hari pertama
jika bayi mengalami distress. Berikut ini merupakan macam-macam kelainan
jantung:
⁻
Defek septum
atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri
dan kanan)
⁻
Patent ductus
arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin
ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup
sebagaimana mestinya)
⁻
Stenosis katup
aorta atau pulmonalis
⁻
Koartasio aorta
(penyempitan aorta)
⁻
Transposisi
arteri besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)
⁻
Sindroma
hipoplasia jantung kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh
tidak terbentuk sempurna)
⁻
Tetralogi
Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel,
transposisi arteri besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan
dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin,
talidomid dan obat kemoterapi).
Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama
hamil.
Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan,
infeksi saat kehamilan, dan keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam
gangguan pembentukan jantung. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan
bawaan yang tidak diketahui penyebabnya.
Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
dimulai pada minggu ketiga pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan berkembang
sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim dengan menggunakan
plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi, oksigen, dan pembuangan sisa
metabolisme.
Kelainan jantung bawaan umumnya dapat ditoleransi selama janin
masih berada di dalam rahim. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan aliran darah
(shunting) melalui duktus arteriosus dan foramen ovale yang merupakan bypass
dari aliran darah dan membantu sirkulasi janin. Masalah umumnya baru terjadi
saat bayi dilahirkan karena pada saat lahir, shunt janin tertutup dan
terjadilah gejala klinis dari kelainan jantung bawaan tersebut.
Suhu (normal: 36,5-37,50C)
Rasionalisasi : untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh bayi,
dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah, dan
untuk mengetahui adanya hipotermi atau
hipertermi pada bayi tersebut.
Hipotermia adalah
suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah panas di permukaan
tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam dan organ tubuh.
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar
gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan
kematian. Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga
pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu,
hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya
ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan
observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.
Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang
baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat.
Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan
untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan
selimut dan diberi penutup kepala.
Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme
pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh
panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).
Sengatan panas (heat stroke) per definisi
adalah penyakit berat dengan ciritemperatur inti > 40 derajat celcius
disertai kulit panas dan kering serta abnormalitassistem saraf pusat seperti
delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panaslingkungan
(sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang
terlalupanas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan
dekat dengansumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak
pakaian dan selimut.Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
⁻
Suhu
tubuh bayi > 37,5 °C
⁻
Frekuensi
nafas bayi > 60 x / menit
⁻
Tanda-tanda
dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlahurine berkurang
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam
tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme
darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di
dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus. Pembuangan atau pengeluaran panas
dapat terjadi melalui berbagai proses, diantaranya ;
⁻
Radiasi, yaitu proses
penyebaran panas melalui gelombang elektromagnetik.
⁻
Konveksi, yaitu proses
penyebaran panas karena pergeseran antara daerah yang kepadatannya tidak sama
seperti dari tubuh pada udara dingin yang bergerak atau pada air kolam renang.
⁻
Evaporasi, yaitu proses
perubahan cairan menjadi uap.
⁻
Konduksi, yaitu proses
pemindahan panas pada objek lain dengan kontak langsung tanpa gerakan yang
jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan yang dingin dan lain – lain.
Pemeriksaan antropometri
Melakukan penimbangan dan pengukuran:
Berat badan (normal: 2500 – 3800 gram)
Rasionalisasi : untuk mendeteksi apakah berat badan lahir rendah atau
malah berat badan lahir lebih.
Timbanglah berat badan bayi tanpa pakaian secara rutin. Pada pasien
yang variasi berat badannya walaupun kecil, tetapi penting, penggunaan skala
yang sama secara konsisten akan sangat nmembantu terutama pada waktu yang sama
tiap harinya. Caranya letakkan kain atau kertas
pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil
timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi.berat badan, dimana berat badan normal adalah sekitar 2.500-3.500
gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2.500 gram, maka dapat
dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila
ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi
dimasukkan dalam kelompok makrosomia.
Makrosomia
adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000
gram. Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Berat
neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih
dari 4500 gram adalah 0,4%.
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran
bayi besar / giant baby. Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :
1.
Bayi dan ibu
yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes
selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung besar dan montok
akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya organ dalam, mukanya sembab dan
kemerahan (plethonic) seperti bayi yang sedang mendapatkortikosteroid. Bayi
dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan
pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur kehamilan
yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis
antara kortisol dan insulin pola sintesis surfakton.
2.
Terjadinya
obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi giant).
Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran
bayi besar.
Panjang badan (normal: 45 – 50 cm)
Rasionalisasi : untuk menilai panjang badan bayi apakah normal atau
tidak.
Ukuran panjang bayi yang diletakan di atas meja (tempat yang datar). Tahan kepala atau kaki bayi agar sejajar dengan papan yang tidak
bergerak, luruskan kaki bayi, dan sentuhkan papan bergerak ke ujung lain
(kepala atau kaki, bergantung pada bagian yang ditahan). Ukur panjang badan dari kepala
sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari
bahan yang tidak lentur. Panjang
badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm.
Lingkar kepala (33-38 cm)
Pengukuran
dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi. Pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran
lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih
besar dari 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila
diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut
mengalami mikrosefalus.
Melepaskan pakaian bayi dan selimuti dengan kain,
tutupi kepala bayi dengan topi
Kepala
Memeriksa kontur tulang tengkorak dan merasakan
untuk ubun-ubun dan sutura (normal: teraba berdenyut, tidak ada molase)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada trauma akibat jalan lahir
atau tidak.
Pemeriksaan
kepala dilakukan dengan cara inspeksi di sekitar daerah kepala dan wajah,
selanjutnya lakukan penilaian diantaranya :
- Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya Lanugo
terutama pada daerah bahu dan punggung.
- Asimetri atau tidaknya maulage, yaitu tulang tengkorak yang saling
menumpuk pada saat lahir
- Ada tidaknya caput succedanium, yaitu edema pada kulit kepala, lunak atau
tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas sert menyebrangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari.
- Ada tidaknya cephal haematum , yang terjadi sesaat setelah
lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput
succedaneum . Cirinya konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi
sutura dan apabila menyebrangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang
tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
- Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas
sehingga bentuk kepala tampak asimetris, sering diraba terjadi fluktuasi dan edema.
- Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan.
Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan
fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
Memeriksa adanya penonjolan (Ada atau tidaknya Caput Succedaneum /
Cephal Hematoma)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa adanya cedera akibat persalinan atau
tidak .
Caput succedaneum adalah Kelainan ini akibat
sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas
caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya
menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada
gejala sisa yang dilaporkan. (Sarwono, 2002).
Caput succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan
leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu
satu dua hari.
Caput succedaneum terjadi karena
adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga
terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran
cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus
lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi.
Cephalhematoma adalah perdarahan superfisial akibat kerusakan
jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir dan tidak melampaui batas garis
tengah.
Cephalhematoma adalah
pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan
perdarahan sub periosteum.
Cephalhematoma dapat terjadi
karena :
1. Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar,
dapat menyebab kan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala
bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan
vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya
pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan
kepala bayi.
(Menurut : Prawiraharjo, Sarwono.
2002. Ilmu Kebidanan)
Kepala
Janin Dan Ukuran-Ukurannya.
Bagian yang paling keras dan
besar dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan. Kepala juga sering mengalami cedera, sehingga
dapat membahayakan hidup.
Tengkorak bayi mungkin
bertumpangan (molded) terutama bila bayi adalah anak pertama dan kepala telah
berfiksasi beberapa waktu. Tulang parietal cenderung menumpangi tulang
oksipital dan frontal. Garis sutura dan ukuran serta tekanan kontanela anterior
dan posterior harus ditentukan secara digital.
Kepala
janin terdiri dari:
a. Bagian muka
- Tulang hidung (os nasake)
- Tulang pipi (oszygomaticum) ada
dua buah.
- Tulang rahang atas (os
maxilare)
- Tulang rahang bawah (os
mandibularis)
b. Bagian tengkorak
Bagian ini yang terpenting pada
persalinan karena biasanya bagian tengkoraklah yang paling depan.
Yang membentuk bagian tengkorak
adalah:
- Tulang dahi (os frontale) 2
buah.
- Tulang ubun-ubun (os parletal)
2 buah.
- Tulang pelipis (os temporale) 2
buah.
- Tulang belakang kepala (os
occipidale) 1 buah.
Yang penting dalam persalinan
yaitu 7 tulang tersebut di atas. Diantara tulang-tulang tersebut terdapat sela
tengkorak yang disebut sutura, yang mana ini membantu dalam persalinan.
Kalau kepala anak tertekan pada
waktu kepala bergeser/bergerak di bawah kedua tulang ubun-ubun, ini salah satu
tanda untuk mengenal tulang belakang kepala pada pemeriksan dalam.
Sutura dan ubun-ubun penting
diketahui untuk menetukan presentasi/bagian terendah dari kepala anak dalam
jalan lahir.
Macam-macam sutura yang kita
kenal:
1. Sutura Sagitalis (sela panah)
antara kedua ossa parletalis.
2. Sutura Coronaria (sela
mahkota) antara os frontale dan os parletal.
3. Sutura Lambdoldea antara os
occipitale dan kedua ossa parletal.
4. Sutura Frontalis antara os
frontale kiri kanan.
Ubun-ubun besar (fonticulus
mayor) merupakan lubang dalam tulang tengkorak yang berbentuk segi empat dan
hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat pasa pertemuan antara 4
sutura
1. Sutura Sagitalis 1.
2. Sutura Coronaria 2.
3. Sutura Frontale 1.
Bentuknya:
sudut depan yang runcing
menunjukan bagian muka anak.
Susut belakang adalah tumpul.
Ubun-ubun kecil (frontikulus
minor)
Ubun-ubun kecil terdiri dari 3
sutura:
- Sutura Lambdoldea 2 buah.
- Sutura Sagitalis 1 buah.
Tulang ubun-ubun ini baru akan
tertutup nanti pada anak usia 1,5 – 2 tahun.
Ukuran-ukuran kepala bayi
a. Ukuran muka belakang
1. Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen
magnum ke ubun-ubun besar 29,5 cm.
2. Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum
ke pangkal hidung) 11 cm.
3. Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke
titik yang terjadi pada belakang kepala. 12 cm.
4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh
pada belakang kepala). 13,5 bertugas.
5. Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke
ubun-ubun besar) 9 cm.
b. Ukuran lingkaran
- Circumferentia sub occiput
bregmatika. (lingkaran kecil kepala) 31 cm.
- Circumferentia fronto occipitalis
(lingkaran sedang kepala) 34 cm.
- Circumferentia mento occipitalis
(lingkaran besar kepala). 35 cm.
Mata
Letak
(simetris/tidak)
Rasionalisasi: untuk memeriksa apakah ada kelainan pada letak mata bayi
atau tidak.
Warna
(putih/kuning/perdarahan)
Rasionalisasi : untuk memeriksa konjungtiva, sklera bayi dan apakah ada
perdarahan atau tidak serta memastikan adanya kelainan atau tidak.
Memeriksa
adanya tanda-tanda infeksi (panas, bengkak, merah, nyeri) serta eksudat
(bersihkan bila ada)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada infeksi pada mata bayi atau
tidak.
Inspeksi mata
untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu kooedinasi gerakan mata yang
belum sempurna. Cara memeriksanya adalah dengan menggoyangkan kepala-secara
perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kenudian baru diperiksa.
Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang,
maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan epicantus melebar, maka
kemungkinan anak mengalami sindrom
down. Pada glaukoma kongenital, dapat
terjadi pembesaran dan terjadinya kekeruhan pada korea. Katarak kongenital
dapat di deteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma
pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan konjungtiva, retina dan
lain-lain.
Telinga
Melakukan pemeriksaan:
Hubungan
dalam letak dengan mata dan kepala
Rasionalisasi : untuk memeriksa
apakah ada kelainan pada letak telinga atau tidak. Jika telinga tidak sejajar
dengan mata, maka kemungkinan ini merupakan tanda dari Sindrom Down.
Sindrom Down merupakan sekumpulan kelainan
yang terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan kelebihan kromosom nomor 21
pada sel-selnya.
Mereka mengalami keterbelakangan mental dan
memiliki wajah dan gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai
dengan kelainan jantung.
Ukuran
Rasionalisasi : Untuk memeriksa apakah ada kelainan pada ukuran telinga
bayi atau tidak.
Bentuk
Rasionalisasi: untuk menilai adanya kelainan bentuk pada telinga bayi.
Lubang telinga
Rasionalisasi : untuk memastikan
apakah ada lubang telinganya atau tidak.
Adanya kelainan bawaan
Rasionalisasi : untuk memeriksa
apakah ada makrotia, mikrotia, sintia atau kelainan telinga lainnya.
Hidung dan mulut
Melakukan pemeriksaan:
Hidung
(simetris/tidak), lubang hidung
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah hidungnya simetris atau tidak
ataukah ada kelainan bentuk.
Pemeriksaan
hidung dilakukan
dengan cara melihat pola pernapasan, apabila bayi bernapas malalui mulut, maka
kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana
bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan manunjukkan gangguan pada
paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila sekret mukopuluren dan
berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan
lain.
Bibir
dan langit-langit (simetris/tidak, periksa adanya celah bibir-langit-langit)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada kelainan pada mulut dan bibir
atau tidak, seperti adanya bibir sumbing.
Celah bibir atau langit-langit mulut
(sumbing) Terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau
bibir tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
Bibir sumbing adalah suatu celah diantara
bibir bagian atas dengan hidung.
Langit-langit sumbing adalah suatu celah
diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung.
Gigi
dan gusi
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada kelainan pada gigi, gusi atau
tidak.
Lidah
(normal/macroglossia/oral trush)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa adanya kelainan pada lidah bayi atau
tidak.
Makroglosia adalah
bentuk lidah yang tidak normal.Ini adalah pembesaran lidah yang tidak
normal.Kelainan ini biasanya bersamaan timbulnya dengan kelainan turunan,
sebagai contoh pada kelainan Down's Syndrome.
Makroglosia ini terjadi karena otot ± ototlidah mengalami
pembesaran. Penyebab dari makroglosia karena radang atau infeksi, kebiasaan buruk
yaitu menjulurkan lidah,dan adanya penyakit lain.
Oral Thrush adalah
kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang
palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih
dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang
meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh
jamur candida albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi
selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan
puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush
pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat
saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna
antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan
dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila
penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan
sariawan atau oral thrush yang menetap.
Refleks
rooting (menyentuh pipi/bagian ujung bibir bayi dengan jari tangan)
Rasionalisasi: refleks ini dilakukan untuk menilai refleks bayi dalam
mencari puting ibu.
Refleks sucking dan refleks swallowing (dinilai
dengan mengamati bayi pada saat menyusu)
Rasionalisasi : untuk menilai refleks menelan bayi.
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi
oleh ASI, maka ia akan menelannya. Refleks ini dilihat apabila bayi sedang
menyusu.
Leher
Memeriksa terhadap adanya:
Bentuk
(simetris/pendek)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa
apakah ada kelainan pada leher bayi atau tidak
Pembengkakan/benjolan
Rasionalisasi : Untuk memeriksa dan
melihat adanya cedera akibat persalinan atau tidak
Pemeriksaan leher ini dapat dilakukan dengan
melihat pergerakan, leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik apabila terjadi keterbatasan dalam
pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya
kelainan tyroid, hemangioma, dan lain-lain.
Periksa adanya trauma leher yang dapat
menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang
leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi.
Dada
Melakukan pemeriksaan:
Bentuk dan kesimetrisan dada (normal/pectus excavatum)
Payudara (warna puting, simetris/tidak)
Inspeksi kesimetrisan dari
bentuk dan ukuran dada, cek apakah bayi berwarna kemerahan dan tidak sesak
napas.
Periksa jantung ; Teliti bagian dada dimana apeks
dapat diraba, dan detakan jantung terasa kuat. Mur-mur jantung pada usia ini
sangat sering terjadi dan terkait dengan proses transisi sari pola sirkulasi
janin ke pola sirkulasi dewasa. Ahli kardiologi yang berpengalamanpun akan
merasa kesulitan untuk membedakan mur-mur normal dan abnormal. Namun demikian,
ini sangat penting dan bukan untuk membuat cemas para orang tua. Beberapa hari
kemudian, banyak mur-mur transisional ini akan menghilang. Umumnya, mur-mur
yang lembut, pada pertengahan atau awal sistolik bukan merupakan hal yang
signifikan sedangkan mur-mur pansistolik, diastolik, atau sangat nyaring harus
menjadi perhatian.
Bahu, lengan dan
tangan
Memeriksa:
Gerakan (normal/tidak)
Rasionalisasi : Bayi normal
melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris pada waktu bangun.
Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal,
tetapi bila hal ini pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang
perlu dilakukan pemeriksaan lanjut.
Jari
(jumlah, ruas jari, normal/polidaktil/sindaktil)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa
apakah ada kelainan pada jari bayi atau tidak
Adanya
kelainan bawaan (simean crease)
Refleks palmar grasp (dinilai dengan meletakkan
jari telunjuk pemeriksa ke telapak tangan bayi)
Sistem saraf
Refleks moro (dinilai dengan mengubah posisi secara
tiba-tiba atau memukul meja / tempat tidur).
Refleks tonic neck ( dinilai dengan memutar kepala
dengan cepat kesatu sisi).
Abdomen
Melakukan pemeriksaan:
Bentuk (normal/scaphoid/cembung)
Rasionalisasi: untuk memeriksa apakah ada kelainan pada bentuk abdomen
bayi atau tidak.
Apabila abdomen cekung kemunginan hernia
diafragmatika, abdomen yang kembung mungkin disebabkan perforasi usus biasanya
oleh mekonium illeus.
Umbilikus
(tiga pembuluh darah, ada perdarahan/tidak)
Rasionalisasi : untuk memastikan apakah pada umbilikus bayi terdiri dari
tiga pembuluh darah. Dan memastikan tidak ada perdarahan atau infeksi pada
umbilikus.
Penonjolan tali pusat pada saat menangis (hernia umbilikalis)
Pada bayi laki-laki dan perempuan hernia
umbilikus terjadi bila penutupan umbilikus (bekas tali pusar) tidak sempurna.
Seharusnya, bila penutupan membuat umbilikalis tetap terbuka. Bila hal ini
terjadi, tentu akan menyisakan lubang sehingga usus bisa keluar masuk ke daerah
tersebut.
Tonjolan (omphalocele/gastroschisis)
Pemeriksaan abdomen
meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari
abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit dapat di duga kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan,
hati biasanya teraba 2-3 cm dibawah arkus kosta kanan, limpa teraba 1cm di
bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan
posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam
keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di
antarara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar
2-3cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan
bawaan atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang
belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakan bayi dalam posisi
tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya
kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung,
sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol).
Alat genital
laki-laki
Periksa apakah
organ genitalia menunjukan dengan jelas laki-laki atau perempuan. Jika
meragukan, jangan menuliskan jenis kelaminnya. Jika laki-laki periksa apakah
kedua testis berada di dalam skrotum dan meatus uretra berada pada tempat yang
seharusnya.
Memeriksa:
Testis berada dalam skrotum/tidak (undescensus testis)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah testis sudah berada dalam skrotum
atau belum.
Panjang
penis
Lubang
penis (normal/hipospadia/epispadia)
Adanya
kelainan bawaan (hidrokele/phimosis)
Alat genital
perempuan
Memeriksa:
Labia mayora dan labia minora
Klitoris
Lubang vagina
Selaput
dara
Sekret
(bersihkan bila ada)
Kaki
Memeriksa:
Gerakan (normal/tidak)
Jari
(jumlah, normal/polidaktil/sindaktil)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa
apakah ada kelainan pada jari bayi atau tidak
Polidaktili
merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki
lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila jumlah jarinya
enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili. Polidaktili
terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran.
Penyebabnya bisa karena kelainan genetika
atau faktor keturunan, sehingga kelainan ini tidak dapat dilakukan pencegahan.
Bentuknya bisa berupa gumpalan daging, jaringan lunak, atau sebuah jari lengkap
dengan kuku dan ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi, umumnya hanya berupa
tonjolan daging kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar
ibu jari atau jari kelingking. Kelebihan jari pada sisi ibu jari lebih banyak
daripada sisi jari kelingking.
Sindaktili yakni kelainan jari berupa
pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti
kaki bebek atau angsa. Inilah yang harus dilakukan
Sindaktili merupakan
kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan
menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers). Dalam keadaan
normal, ada sejumlah gen yang membawa “perintah” kepada deretan sel di antara
dua jari untuk mati, sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah sempurna.
Pada kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari tetap
menyatu dan tidak terpisah menjadi lima jari.
Jari yang sering mengalami pelekatan adalah
jari telunjuk dengan jari tengah, jari tengah dengan jari manis, atau
ketiganya. Sindaktili terjadi pada 1 dari 2.500 kelahiran. Lebih banyak terjadi
pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan.
Penyebabnya kebanyakan akibat kelainan
genetika atau keadaan di dalam rahim yang menyebabkan posisi janin tidak
normal, cairan amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu
selama masa kehamilan. Apabila penyebabnya akibat kelainan genetika, maka tidak
dapat dilakukan pencegahan. Kemungkinannya dapat diperkecil bila penyebabnya
adalah obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama hamil.
Adanya
kelainan bawaan (talipes equinovarus)
Rasionalisasi : untuk memeriksa adanya kelainan bawaan
Refleks plantar (dinilai dengan meletakkan
jempol pemeriksa di bagian dampal kaki bayi)
Refleks babinski (dinilai dengan menggores
secara lembut bagian terluar telapak kaki bayi dari arah atas ke arah bawah)
Punggung dan anus
Memeriksa adanya:
Pembengkakan atau cekungan (skoliosis)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada kelainan bentuk tulang
belakang atau tidak.
Adanya
kelainan bawaan (meningokel, mielokel)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa adanya kelainan bawaan pada bagian
punggung bayi.
Meningokel adalah
penonjolan meninges (selaput otak) melalui defek tulang ( spina bifida).
Meningokel membentuk sebuah kista yang diisi oleh cairan serebrospinal. penyebab
terjadinya meningokel dan ensephalokel adalah karena adanya defek pada
penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal
dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya terletak di garis tengah.
Risiko melahirkan anak dengan spina bifida
berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal
kehamilan.
Penonjolan dari korda spinalis dan meningens
menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi
penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf
tersebut atau dibagian bawahnya.
Mielokel adalah kondisi yang menyertai spina
bifida saat perkembangan medula spinalis telah berhenti, dan saluran pusat
medula terbuka ke permukaan kulit dan mengeluarkan CSS.
Anus (lubang, ukuran, posisi)
Rasionalisasi : untuk melihat adanya
anus atau tidak, menelusuru saluran anus yang normal atau tidak. Adakah saluran
anus yang rutenya menuju genitalia.
Pemeriksaan anus
ini dilakukan untuk melihat adanya anus
atau tidak, menelusuru saluran anus yang normal atau tidak. Adakah saluran anus
yang rutenya menuju genitalia.
Fistula rectovaginal
Refleks galant’s (dinilai dengan menggores
punggung bayi sepanjang sisi tulang belakang dari bahu sampai bokong).
Kulit
Melakukan pemeriksaan:
⁻
Vernix
caseosa : pasta seperti keju yang terdapat di kepala bayi
Rasionalisasi : untuk memeriksa
adanya vernix caseosea pada kulit kepala bayi atau tidak, dan untuk memastikan
bahwa vernix caseosa itu tetap terjaga dan jangan dibersihkan, karena bisa
mencegah bayi dari hipotermia.
⁻
Lanugo
: rambut halus di seluruh tubuh
⁻
Warna
kulit (normal/pucat/kuning/sianosis)
Rasionalisasi : untuk memeriksa adanya kelainan pada bayi dengan melihat
dari warna kulitnya.
·
Normal : kulit kemerahan dilapisi oleh
verniks kaseosa yang melindungi kulit bayi terdiri dari campuran air dan
minyak,terdapat lanugo
·
Pucat : anemia, renjatan
Anemia adalah
salah satu gangguan darah yang sering terjadi yang muncul saat jumlah sel darah
merah dalam tubuh terlalu sedikit. Hal ini dapat menjadi masalah karena sel
darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke jaringan
tubuh. Anemia dapat menyebabkan beragam komplikasi termasuk gangguan organ
tubuh. Penyebab anemia pada bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
Kehilangan
darah
Penghancuran
sel darah merah yang berlebihan
Gangguan
pembentukan sel darah merah
Hilangnya sejumlah besar darah selama proses
persalinan bisa terjadi jika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum
waktunya (abrupsio plasenta) atau jika plasenta terdapat robekan pada tali
pusar. Bayi tampak sangat pucat, tekanan darahnya rendah dan sesak nafas.
Anemia pada bayi prematur biasanya disebabkan
oleh hilangnya darah (karena pemeriksaan darah berulang untuk keperluan tes
laboratorium) dan berkurangnya pembentukan sel darah merah
·
Kuning : inkombtabilitas antara darah ibu
dan bayi,sepsis
Ikterus yang
menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi saluran empedu,
atau infeksi berat yang dapat dilihat pada sklera, membran mukosa, dan abdomen.
Bila terdapat pada telapak tangan, kaki, dan muka serta bukan pada sklera
kemungkinan akibat memakan wortel dan kentang.
Bila pada area kulit terbuka tidak pada sklera dan membran mukosa
menunjukan adanya penyakit ginjal kronis.
Penyakit kuning
di kalangan bayi yang baru lahir merupakan warna kuning pada kulit dan sklera.
Penyakit kuning yang kelihatan dialami oleh sepertiga sampai separuh dari bayi
normal yang baru lahir. Hal ini biasanya tidak menimbulkan masalah dan pada umumnya
semakin pudar menjelang akhir minggu pertama setelah lahir. Jika penyakit kuning
tidak pudar setelah seminggu, atau masih ada setelah dua minggu, maka segeralah
periksakan ke petugas kesehatan.
·
Biru : asfiksia, kelainan jantung
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah
keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah
lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).
Beberapa kondisi tertentu
pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter
sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam
rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi
baru lahir.
Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
⁻
Preeklampsia
dan eklampsia
⁻
Pendarahan
abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
⁻
Partus
lama atau partus macet
⁻
Demam
selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
⁻
Kehamilan
Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
⁻
Lilitan
tali pusat
⁻
Tali
pusat pendek
⁻
Simpul
tali pusat
⁻
Prolapsus
tali pusat
3. Faktor Bayi
⁻
Bayi
prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
⁻
Persalinan
dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
⁻
Kelainan
bawaan (kongenital)
⁻
Air
ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus
mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia.
Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan
dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.
Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh
karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap
pertolongan persalinan.
·
Perdarahan : purpura,petechie,ekimosis
·
Edema :edema pada kulit kepala karena
tekanan saat kelahiran
⁻
Adanya
kelainan bawaan (hemangioma, mongolian spot)
Rasionalisasi : untuk memeriksa
adanya kelainan bawaan pada kulit bayi
Hemangiomas adalah
kumpulan pembuluh darah yang kecil. Strawberry hemangiomas mucul pada permukaan
kulit, biasanya pada muka, kulit kepala, punggung, atau dada. Tanda ini bisa
berwarna merah atau ungu, bisa datar atau berbentuk tajam.
Tanda ini biasanya muncul beberapa minggu
setelah kelahiran. Tanda ini bisa tumbuh dengan cepat pada tahun pertama
sebelum surut sekitar umur 9 tahun. Tidak diperlukan penanganan khusus, tetapi
apabila diinginkan, obat dan terapi laser terbukti efektif.
Mongolian spots adalah
tanda datar yang warnanya tidak terlalu terang dan muncul pada saat lahir.
Biasanya ditemukan pada pantat dan punggung bagian bawah, biasanya berwarna
biru, tetapi bisa juga hitam kebiru-biruan, atau coklat.
Tanda ini mungkin menyerupai goresan. Mongolian
spots lebih sering dijumpai pada bayi berkulit gelap. Tanda ini biasanya hilang
setelah usia sekolah tetapi mungkin juga tidak pernah hilang seluruhnya. Tanda
ini juga tidak memerlukan penanganan kesehatan.
⁻
Tanda
lahir
Rasionalisasi : Untuk memeriksa
apakah ada tanda lahir atau tidak.
Tanda bawaan lahir adalah tanda berwarna di
atas atau di bawah kulit yang terlihat pada saat lahir atau beberapa waktu
setelah lahir. Beberapa tanda lahir hilang seiring waktu, tetapi ada juga yang
bertambah jelas.
Tanda lahir bisa disebabkan oleh kelibihan
pigmen di kulit atau pembuluh darah yang tidak tumbuh secara normal. Sebagian
besar tanda lahir ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak merugikan. Tetapi
pada kasus tertentu, tanda lahir ini bisa menyebabkan komplikasi.
Tanda lahir atau naevus adalah tanda berwarna
yang ditemukan pada kulit bayi yang baru lahir. Tanda ini bisa terjadi dalam
berbagai warna seperti biru, biru-abu-abu, cokelat, cokelat, hitam, pink,
putih, merah dan ungu. Defenisi medis menyebutkan bahwa tanda lahir merupakan
kelainan kulit pada anak baru lahir (neonatus) dimana satu atau lebih komponen
normal kulit dijumpai dalam jumlah berlebih per unit area ; dapat berupa
pembuluh darah, pembuluh limfa, sel pigmen, folikel rambut, kelenjar keringat,
epidermis, kolagen, elastin atau komponen kulit lainnya. Disamping itu, istilah
nevus yang sering disamakan dengan tahi lalat juga sering digolongkan sebagai
tanda lahir.
Penyebab Tanda Lahir
Penyebab tanda lahir belum terbukti oleh ilmu
pengetahuan. Banyak ahli berpendapat bahwa tanda lahir diwarisi dari orang tua
atau anggota keluarga lainnya. Alasan lain yang diberikan adalah karena
pertumbuhan pembuluh darah yang berlebihan. Tetapi ada juga tentang cerita
rakyat dan mitos yang terkait dengan tanda lahir tetapi tidak satupun dari
mereka telah terbukti untuk menjelaskan penyebab tanda lahir. Beberapa mitos
yang tanda lahir disebabkan ketika wanita hamil melihat sesuatu yang aneh atau
dia mengalami banyak ketakutan. Terjadinya tanda lahir lebih banyak terjadi
pada wanita dibandingkan pada laki-laki.
Jenis-jenis tanda lahir
1. Hemangioma
Hemangioma adalah sekelompok pembuluh darah
yang tidak ikut aktif dalam peredaran darah umum dan ia muncul di permukaan
kulit. Meski bisa tumbuh membesar, hemangioma bukanlah tumor. Tanda lahir ini
dapat membesar dua kali ukuran semula, tetapi setelah itu ukurannya akan
stabil, lalu warnanya menipis (tampak lebih muda), akhirnya menghilang dengan
sendirinya. Tanda lahir ini lebih sering muncul pada anak perempuan dibanding
dengan anak laki-laki dan umumnya muncul pada ras kaukasia. Kelainan pembuluh
darah yang tidak berbahaya ini umumnya hanya timbul di satu tempat, seperti di
wilayah leher atau kepala. Namun pada beberapa kasus (yang jarang terjadi)
dapat pula timbul di beberapa bagian tubuh sekaligus.
Hemangioma sendiri dikenal dalam berbagai
bentuk:
Strawberry Hemangioma
Tanda lahir yang tampak di permukaan kulit
ini memiliki aneka bentuk. Ada yang berukuran kecil mirip buah ceri atau
stroberi sehingga akrab disebut cherry angioma, ada juga yang berukuran lebih
kecil sekecil titik dan lebih besar hingga seukuran alas gelas. Warnanya merah
cerah, menonjol serta lunak dan umumnya muncul di minggu pertama pascalahir.
Tanda stroberi ini awalnya memang akan membesar, tapi akhirnya akan memudar
menjadi keabu-abuan hingga hilang sama sekali ketika anak memasuki usia
sekolah.
Tanda lahir yang begitu umum ini (kemungkinan
1 dari 10 bayi memilikinya) biasanya akan dibiarkan saja oleh dokter. Tindakan
koreksi hanya diperlukan bila hemangioma sudah mengganggu—seperti mengganggu
fungsi mulut dan pencernaan atau mengganggu keindahan penampilan—yakni dengan
obat-obatan yang disuntikkan atau dengan laser bahkan bila diperlukan lewat
bedah plastik jika meninggalkan jaringan parut. Mengenai kapan tindakan itu
bisa dilakukan amat tergantung pada kasus karena perkembangan hemangioma pada
setiap bayi tidak sama. Ada yang setahun sudah membesar, tapi ada juga yang
malah tidak membesar. Hal lain yang perlu diketahui, tanda lahir ini dapat mengalami
perdarahan bila tergores atau terbentur. Namun ini tak perlu dikhawatirkan.
Untuk menghentikannya, tekanlah dengan kasa steril bagian yang berdarah
tersebut.
Cavernous Hemangioma
Tanda lahir yang kerap muncul bersama strawberry hemangioma ini terbentuk dari pembuluh darah yang lebih besar dan lebih matang, serta menyangkut lapisan kulit yang lebih dalam. Ada yang tampak rata, ada juga yang menonjol, berwarna kebiruan atau merah kebiruan, dengan pinggiran yang kurang nyata dibandingkan jenis stroberi. Tanda lahir jenis ini bisa tampak sejak lahir dan akan menghilang ketika memasuki masa pubertas, tanpa meninggalkan bekas. Bila dirasa mengganggu, cara pengobatan dan terapinya sama dengan strawberry hemangioma.
Salmon Patches
Bentuknya berupa bercak berwarna merah muda yang tidak menonjol pada permukaan kulit (biasanya terdapat di wajah di antara mata atau di leher). Ketika menangis, tanda lahir ini akan terlihat lebih jelas dan merah. Hemangioma ini tidak berbahaya dan akan menghilang dalam hitungan bulan meski ada yang tahunan. Khusus di bagian leher umumnya bertahan lebih lama.
2.
Mongolian Spots
Tanda lahir yang tergolong normal dan tidak berbahaya ini dialami hampir semua bayi, terutama anak Asia Timur dan turunan kulit hitam (Afrika). Bercak mongol adalah terperangkapnya sel melanosit (pigmen) di bagian belakang tubuh bayi pada saat pembentukan sistem saraf.Bercak ini ada yang berwarna biru, biru hitam, atau abu-abu dengan batas tegas, mirip tanda lebam. Ukurannya bervariasi dari kecil atau dapat pula sangat besar. Umumnya terdapat pada sisi punggung bawah, juga paha belakang, kaki, punggung atas dan bahu. Bercak ini biasanya memudar pada tahun pertama walaupun sering juga menetap hingga dewasa.
3.
Bercak café au lait
Bintik berwarna cokelat muda atau tua seperti
kopi susu. Bentuknya tidak teratur, mendatar pada kulit dengan ukuran sekitar
3-5 mm. Lokasinya bisa terdapat di seluruh tubuh. Bila hanya satu bercak,
umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Yang patut diwaspadai jika terdapat
5 atau lebih tanda lahir ini dengan diameter lebih dari 5 mm. Segera
konsultasikan pada dokter karena kehadirannya bisa menjadi pertanda suatu
penyakit genetik.
4.
Nevus congenital
Berupa tahi lalat di kepala atau di bagian
badan yang muncul semenjak lahir. Ukurannya paling kecil sekitar 1 cm hingga
lebih dari 20 cm. Berwarna kecokelatan sampai hitam dan sebagian ada yang
berambut. Bila semakin membesar patut diwaspadai sebagai pertanda awal
keganasan. Untuk itu segera konsultasikan pada dokter.
5.
Port wine stain
Ini adalah bentuk umum tanda lahir. Noda
biasanya berwarna merah atau warna ungu. Hal ini dapat muncul di wajah,
punggung atau dada. Tanda lahir jenis ini disebabkan oleh kekurangan atau tidak
adanya pasokan saraf dalam pembuluh darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah
melebar dan darah berkumpul di salah satu area yang tidak rata oleh penyebaran
pembuluh darah dalam tubuh. Tanda jenis ini bisa menjadi tebal atau sedikit
menonjol dan tidak memudar dengan usia. Tanda ini bersifat permanen.
6.
Pigmented Nevi (Moles)
Moles bisa muncul ketika sel dalam kulit
tumbuh secara berkelompok dan bukannya menyebar di seluruh kulit. Moles dapat
muncul di mana saja dalam tubuh, satu atau berkelompok. Moles biasanya berwarna
seperti kulit, coklat, atau hitam. Tanda ini bisa bertambah gelap apabila
terkena sinar matahari dan selama masa kehamilan. Warnanya bisa bertambah pudar
saat dewasa dan mungkin hilang di usia tua. Sebagian besar moles tidak
berbahaya. Tetapi, moles bisa berisiko berubah menjadi kanker kulit. Moles
seharusnya diperiksa ke dokter jika:
⁻
Berubah ukuran atau
bentuk
⁻
Terlihat berbeda dari
moles lainnya.
⁻
Setelah berusia 20
tahun
Yang
Perlu Diperhatikan
Bila pada anak terdapat dalam jumlah 5 atau
lebih dan berdiameter lebih dari 5 mm bercak ini biasanya berhubungan dengan
suatu kelainan sistemik yang dikenal dengan neurofibromatosis
Von-Recklinghausen. Pada usia yang lebih besar, bercak multipel berukuran 1-4
cm pada ketiak merupakan tanda diagnostik untuk kelainan ini. Bila dicurigai
berhubungan dengan kelainan ini, bercak ini perlu dibuang dengan menggunakan
laser dengan teknik Q-switched selama satu hingga beberapa kali terapi.
Dari sebagian jenis-jenis tanda lahir yang
disebutkan diatas, memang tak semuanya berpotensi menjadi ganas. Karena itu
tetap perlu adanya observasi pada kelainan bentuk yang terjadi meskipun pada
kenyataannya tak banyak tanda lahir yang atau terlambat mendapat penanganan
tepat. Dengan mencermati kelainan yang muncul sejak pemeriksaan rutin bayi,
maka beberapa bentuk tanda lahir yang berbahaya tadi diharapkan bisa dicegah
dengan penanganan yang benar.
Konseling
Setelah selesai
melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus, selanjutnya seorang bidan membahas
dan menginformasikan hasil pemeriksaannya terhadap bayi serta membahas berbagai
kekhawatiran orang tua, dan untuk mendapatkan riwayat medis, genetik, dan
sosial secara singkat, mencari informasi yang mungkin berhubungan dengan
kesehatan dan perkembangan bayi.
Selanjutnya bidan
memberikan nasehat yang berkaitan dengan hal-hal seperti bagaimana memberi ASI
yang baik, cara menghangatkan bayi, perawatan tali pusat (dengan prinsip
pencegahan infeksi), kunjungan ke klinik, untuk melakukan imunisasi, serta
awasi tanda-tanda bahaya pada bayi (contohnya berkaitan dengan sulit
mengkonsumsi ASI, suhu, nafas, muntah, feses hijau/berlendir, mata
bengkak/bereksudat, tangisan, dan konstipasi selama 24 jam).
Memberikan nasehat
berkaitan dengan abnormalitas minor yang dapat menimbulkan kekhawatiran orang
tua.
Memberikan konseling kepada ibu yang meliputi:
Senantiasa
menjaga kehangatan bayi
⁻
Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC
⁻
Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
⁻
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur
(misalnya botol berisi air panas)
Memberikan
ASI secara eksklusif
⁻
Berikan asi sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu
(jika payudara ibu penuh)
⁻
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
⁻
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam.
Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran
mekonium.
⁻
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
Merawat
tali pusat dengan memperhatikan prinsip pencegahan infeksi
⁻
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan
toilet untuk BAK/BAB.
⁻
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan
letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air
bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan,
pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
⁻
Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara
dengan mandi setiap hari.
⁻
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air
bersih , hangat, dan sabun setiap hari.
⁻
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu
Mengawasi adanya tanda-tanda bahaya pada bayi
⁻
Pernafasan
sulit/ > 60x/menit
⁻
Suhu > 38 °C
atau < 36,5 °C
⁻
Warna kulit
biru/pucat
⁻
Hisapan lemah,
mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna hijau
tua, ada lendir darah
⁻
Tali pusat
merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
⁻
Tidak berkemih
dalam 3 hari, 24 jam
⁻
Mengigil,
tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang
Tanda-tanda bahaya
Pemberian ASI sulit (sulit menghisap atau hisapan
lemah)
Kesulitan bernapas, yaitu pernapasan cepat >
60 x/menit atau < 40 x/menit, dan atau terdapat tarikan dinding dada
Letargi-bayi
terus menerus tidur tanpa bangun
Warna
abnormal kulit/bibir biru (sianosis) atau bayi sangat kuning
Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin
(hipotermia)
Tangis atau perilaku abnormal atau tidak biasa
Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak BAB
selama 24 jam pertama estela lahir, muntah terus-menerus, perut bengkak dan
feses hijau tua atau berdarah/berlendir
Mata
bengkak dan mengeluarkan cairan
Post pemeriksaan
fisik
Setelah pemberian asuhan berupa pemeriksaan fisik pada bayi baru
lahir, selanjutnya kita memakaikan kembali baju bayi supaya bayi terhindar dari
hipotermia, kemudian kita menginformasikan kepada orang tua dari bayi tersebut
bahwa asuhan telah selesai dilakukan dan kita mendokumentasikan asuhan yang
kita lakukan.
Memakaikan kembali pakaian bayi dan memberikan bayi kepada ibunya atau
menempatkannya didalam box bayi
Mencelupkan
sarung tangan ke klorin dan melepaskannya secara terbalik
Membereskan
peralatan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dibawah
air mengalir hingga bersih
kemudian dikeringkan
Menginformasikan kepada ibu tentang hasil
pemeriksaan
Mencatat hasil pemeriksaan di buku pemeriksaan
DAFTAR
PUSTAKA
- Varney’s Midwifery, Ilmu Kebidanan, 2004
- Bobak, L. Jensen, 2005,Buku Ajar Perawatan Maternitas,EGC,Jakarta hal 387-388
No comments:
Post a Comment