2.1 Anestesi
Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa ya nge-Klik Iklan nya.....
Terima kasih :)
Analgesia merupakan modulasi atau hilangnya persepsi nyeri. Hal tersebut dapat bersifat (1) lokal dan meliputi hanya sebagian kecil area tubuh, (2) regional, meliputi area tubuh yang lebih luas, atau (3) sistemik. Analgesia dicapai dengan penggunaan hipnosis (sugesti), medikasi sistemik, agen-agen regional, atau agen-agen inhalasi.
Anesthesia merupakan hilangnya persepsi sensorik secara menyeluruh dan dapat meliputi hilangnya kesadaran. Keadaan tersebut dapat diinduksi oleh berbagai teknik dan agen. Pada obstetrik, anestesia regional dapat dicapai dengan teknik anestesi lokal (epidural, spinal) dan Anestesia umum dengan medikasi sistemik dan intubasi endotrakeal.
Istilah analgesia dan anestesia kadangkala tercampur-baur dalam penggunaan sehari-hari. Analgesia mengacu pada keadaan dimana hanya modulasi persepsi nyeri yang terlibat. Anestesia mengacu pada keadaan dimana kesadaran mental dan persepsi sensasi lainnya juga ikut hilang. Telah terdapat untuk memilah anestesia menjadi berbagai komponen, termasuk, analgesia, amnesia, relaksasi, dan hilangnya respons refleks terhadap nyeri. Analgesia dapat dianggap sebagai bagian dari komponen anestesia apabila ditinjau dari susut pandang ini.1
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.2
2.2 Episiotomi
Penggunaan anastesi lokal untuk pencegahan rasa sakit selama operasi, dimulai lebih dari 100 tahun yang lalu sewaktu Kaller (1884) seorang opthalmologist di Wina, mencatat kegunaan dari kokain suatu ester dari asam para amino benzoat (PABA), dalam menghasilkan anstesi korneal. Penerimaan anastesi lokal sangat cepat dan anastesi lokal yang baru segera muncul mengikuti ditemukannya kokain. Anastesi injeksi yang pertama adalah ester lain dari PABA yaitu Procaine yang disintesa oleh Einhorn pada tahun 1905. Obat ini terbukti tidak bersifat addiksi dan jauh kurang toksik dibanding kokain. Ester-ester lain telah dibuat termasuk Benzocaine, Dibucaine, Tetracaine dan Chloroprocaine, dan semuanya terbukti sedikit toksisitasnya, tetapi kadang-kadang menunjukkan sensitisasi dan reaksi alergi.
Penelitian untuk anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak obat-obat dengan berbagai keuntungan dapat digunakan pada saat ini.
2.2.1 Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan perineum.
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang dilakukan unuk memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu proses kelahiran bayi. Perlebaran ini dapat dilakukan di garis tengah ("midline") atau dari sebuah sudut dari ujung belakang dari vulva, dilakukan di bawah bius lokal ("local anaesthetic") dan dijahit kembali setelah melahirkan. Ini merupakan suatu prosedur umum dalam kedokteran yang dilakukan kepada wanita.
Episiotomi (perineotomi) adalah insisi perineum untuk memperlebar ruang pada lubang- keluar jalan lahir yang pertama kali diperkenalkan oleh dokter ahli kebidanan dari Dublin, Sir Fielding Ould (1710- 1789). Episiotomi, dalam arti sempit adalah insisi pudenda. Perineotomi adalah insisi perineum. Tetapi dalam bahasa biasa episiotomi sering digunakan sama dengan perineotomi. Dalam pengertian lain episiotomi dapat diartikan sebagai insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir. Dengan demikian persalinan dapat lebih cepat dan lancar.Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus mengacu pada pertimbangan klinik yang tepat dan tehnik yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Berdasarkan empiris, banyak kasus-kasus yang dilakukan episiotomi, karena nyeri waktu menjahit luka menyulitkan petugas, sehingga tindakan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu singkat akan memakan waktu yang lebih lama dan kemungkinan kejadian infeksi akan lebih tinggi. Disamping itu aproksimasi anatomi luka akan lebih sulit dilakukan karena pasien dalam keadaan gelisah, hal ini juga akan ikut mengganggu penyembuhan luka.
Episiotomi medio-lateral
2.2.2 Tujuan Episiotomi
Ketika masih menjadi prosedur obstetrik lazim, penggunaan episiotomi telah menurun secara luar biasa sejak 20 tahun yang lalu. Selama tahun 70-an, episiotomi lazim dilakukan untuk hampir seluruh wanita nullipara. Praktek ini menjadi kontroversi, dan dengan konsep berdasarkan bukti, sejumlah penelitian besar telah dilakukan mengenai kontroversi ini. Alasan kepopulerannya mencakup penggantian laserasi kasar yang dapat terjadi dengan insisi bedah yang lurus dan rapi. Luka insisi lebih mudah pulih.
Ada 4 tujuan utama pada episiotomi :
1. Mengurangi tekanan terhadap kepala bayi sehingga mengurangi terjadinya asfiksia akibat kekurangan oksigen.
2. Mengurangi hambatan persalinan oleh perineum, jika elastisitasnya tidak mendukung proses persalinan.
3. Dapat mempercepat kala pengeluaran kepala sehingga mengurangi kemungkinan asfiksia
4. Memperluas dan memperpendek jalan lahir lunak sehingga persalinan dapat dipercepat.
2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Episiotomi
1. Keuntungan :
a. Bagian venter otot tidak terpotong
b. Episiotomi mudah dilakukan dan mudah diperbaiki
c. Hasil-hasil strukturalnya baik sekali
d. Perdarahan lebih sedikit dibanding insisi lainnya
e. Nyeri pasca bedah sedikit
f. Penyembuhan baik dan jarang terjadi jahitan terbuka di daerah bekas insisi (dehisensi luka).
2. Kerugian
Mungkin tidak diperlukan karena elastisitas perineum baik. Pada primigravida sebagian besar terjadi robekan spontan yang tidak teratur sehingga melakukan adaptasinya lebih sulit saat menjahitnya.
Salah satu kerugian episiotomi adalah kalau luka insisi melebar ketika kepala bayi lahir, m. sphinkter ani akan robek dan robekan ini mengenai pula daerah rektum.
Pada jenis episiotomi medialis tidak ideal bagi situasi berikut ini :
a. Perineum pendek/sempit
b. Bayinya besar
c. Presentasi dan posisi abnormal
d. Kelahiran sulit dengan tindakan
2.2.4 Indikasi
Episotomi pada primigravida, kejadiannya antara 0-95%, sedangkan pada multigravida lebih kecil karena jaringan perineum sudah semakin elastis. Dalam beberapa kasus, perlu ditetapkan indikasi untuk melakukan episiotomi sebagai berikut :
1. Profilaktik : untuk melindungi integritas dasar panggul
2. Halangan kemajuan persalinan akibat perineum yang kaku.
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi perineum yang kaku, tetapi bila perineum sangat kaku sehingga persalinan berlangsung lama dan proses persalinan menjadi sulit, maka perlu dilakukan tindakan episiotomi.
· Primigravida, khusus pada primigravida, laserasi jalan lahir sulit dihindari sehingga untuk keamanan dan memudahkan menjahit laserasi kembali dilakukan episiotomi. Disamping itu, episiotomi dipertimbangkan pada multigravida dengan introitus vaginae yang sempit.
· Jaringan perineum tebal dan sangat berotot
· Ada jaringan parut bekas operasi
· Ada bekas episiotomi yang sudah diperbaiki.
1. Untuk mengelakkan robekan yang tak teratur, termasuk robekan yang melebar ke dalam rectum, Kalau perineumnya sempit atau perineum pendek, antara bagian belakang, vagina dan bagian depan rectum hanya terdapat sedikit ruangan, hal ini meningkatkan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang melebarke bawah.Pada keadaan laserasi yang lebar tidak akan bisa dihindari
2. Alasan fetal,Bayi yang premature dan lemah, tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala bayi.Bayi-bayi yang besar, jika berat janin diperkirakan 4 kilogram, maka hal ini dapat menjadi indikasi dilakukannya persalinan sesar (seksio sesaria).Alasan yang menjadi buktinya yaitu, resiko komplikasi akan menjadi lebihbesar dan berbahaya jika bayi dilahirkan pervaginam, namun mungkinsaja resiko ini terlampaui jika ternyata rongga panggul ibu cukup besar.Begitu juga jika berat bayi mencapai 3,5 kg atau lebih dan cukup lebaruntuk dilalui, maka diperkirakan ia dapat lahir melalui vagina. Jikaditemukan resiko persalinan macet, misalnya karena bahu bayi yang lebar barulah dilakukan episiotomi. Posisi abnormal: presentasi bokong, presentasi muka. Bayi harus dilahirkan dengan cepat pada keadaan gawat janin dan dilatasi perineum tidak dapat di tunggu.
2.2.5 Kontra indikasi episiotomi
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.
2.2.6 Jenis Episiotomi
Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan dilakukan dengan pisau. Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu:
a. Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.
Keuntungan dari episiotomi medialis
· Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
· Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugian dari Episiotomi Medialis adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).
b. Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
c. Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
d. Insisi Schuchardt.
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.
2.3 Indikasi Tindakan Anestesi pada Saat Melakukan Episiotomi
Episiotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus-kasus:
a. Gawat janin
b. Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu, ekstraksi forseps, ekstraksi vakum)
c. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan
Indikasi episiotomi :
1. Perineum kaku
2. Memerlukan peregangan yang berlebihan dari perineum (forsep & vakum)
3. Mengurangi tekanan pada kepala bayi (prematur).
Indikasi episiotomi dapat berasal dari faktor ibu maupun faktor janin. Indikasi ibu antara lain adalah:
a. Primigravida umumnya
b. Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
c. Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
d. Arkus pubis yang sempit
Indikasi janin antara lain adalah:
a. Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
c. Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.
Indikasi anestesi intravena :
- Gawat janin.
- Ada kontraindikasi atau keberatan terhadap anestesia regional.
- Diperlukan keadaan relaksasi uterus.
Keuntungan :
- Induksi cepat.
- Pengendalian jalan napas dan pernapasan optimal.
- Risiko hipotensi dan instabilitas kardiovaskular lebih rendah.
Kerugian :
- Risiko aspirasi pada ibu lebih besar.
- Dapat terjadi depresi janin akibat pengaruh obat.
- Hiperventilasi pada ibu dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan asidosis pada janin.
- Kesulitan melakukan intubasi tetap merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas maternal.
Cara episiotomi:
Berikan anestesia lokal pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi atau episiotomi. Penjahitan sangat menyakitkan dan menggunakan anestesia lokal merupakan asuhan sayang ibu. Jika ibu dilakukan tindakan episiotomi dengan anestesia lokal, lakukan pengujian pada luka untuk mengetahui bahwa bahan anestesia masih bekerja. Sentuh luka dengan jarum yang tajam atau cubit dengan forseps atau cunam. Jika ibu merasa tidak nyaman, ulangi pemberian anestesia lokal.
Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4 cm. Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bisa digunakan, tapi, jarum harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang memerlukan anestesia. Obat standar untuk anestesia lokal adalah 1% lidokain tanpa epinefrin (silokain). Jika lidokain 1% tidak tersedia, gunakan lidokain 2% yang dilarutkan dengan air steril atau normal salin dengan perbandingan 1:1 (sebagai contoh, larutkan 5 ml lidokain 2% dengan 5 ml air steril atau normal salin untuk membuat larutan lidokain 1%).
1) Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai.
2) Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml (tabung suntik yang lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokain 1 % tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian normal salin atau air steril yang sudah disuling.
3) Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut.
4) Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lain tarik jarum sepanjang tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum).
5) Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik, jangan suntikkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali.
Alasan: Ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
Suntikkan anestesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik perlahan-lahan.
1) Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat di mana jarum tersebut disuntikkan.
2) Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4. Tusukkan jarum untuk ketiga kalinya seperti yang ditunjukkan di Gambar L-4.1 dan sekali lagi ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan anestesia lokal (lihat garis putus-putus pada Gambar L-4.1). Ulangi proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan anestesia yang cukup.
3) Tunggu selama dua menit dan biarkan anestesia tersebut bekerja dan kemudian uji daerah yang dianestesia dengan cara dicubit dengan forseps atau disentuh dengan jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua menit lagi dan kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka.
2.4 Tujuan Tindakan Anestesi pada saat melakukan Episiotomi
Tindakan anastesi episiotomy dilakukan di daerah yang telah mengalami mati rasa (jika sebelumnya telah diberikan suntikan epidural). Pemberian anastesi pada episiotomy ini bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit saat episiotomy dilakukan, dan juga memeberikan rasa tenang saat tindakan episiotomy ini juga dilakukan. Anastesi ini juga bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada sang ibu.
2.5 Efek Samping Anestesi pada saat melakukan Episiotomi
Berikut ini merupakan efek samping yang ditimbulkan dari beberapa macam analgesia:
1. Anelgesia lokal
Obat disuntikkan di otot sekitar vagina.
Cara kerja:
- Mengurangi rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, misalnya ketika akan dilakukan penjahitan luka setelah episiotomi (pengguntingan dekat vagina).
- Tidak efektif untuk menghilangkan nyeri kontraksi persalinan.
Efek samping:
Anestesi lokal jarang berpengaruh terhadap bayi atau ibu.
2. Anelgesia blok pudenda.
Obat disuntikkan dengan jarum khusus melalui vagina, sesaat sebelum persalinan.
Cara kerja:
- Mengurangi nyeri yang mungkin akan dirasakan ibu di sekitar vagina dan anus ketika bayi bergerak di sepanjang jalan lahir.
- Hanya efektif mengurangi rasa sakit pada kala 2 persalinan (saat ibu mengejan).
Efek samping:
Dapat menyebabkan denyut jantung janin melemah.
3. Anesthesia sistemik.
Obat suntik di pembuluh darah.
Cara kerja: bekerja pada seluruh sistem saraf untuk meredakan nyeri.
Efek samping:
- Pusing dan konsentrasi menurun, serta mual dan muntah pada ibu.
- Menyebakna refleks isap dan pernapasan bayi setelah lahir menjadi lambat.
4. Blok Epidural.
Obat dimasukkan melalui selang khusus yang dipasang dari punggung (tulang belakang) ibu. Bila nyeri timbul lagi, obat dapat disuntikkan kembali melalui selang tersebut.
Cara kerja:
- Memblok langsung saraf nyeri dari sumber tulang belakang.
- Teknik ini sangat efektif untuk menghilangkan nyeri saat persalinan. Jika persalinan normal gagal dan harus dioperasi Caesar, obat bisa langsung disuntikkan melalui selang dan pasien siap dioperasi.
Efek samping (pada ibu):
- Hipotensi (tekanan darah rendah), sakit kepala, sesak napas, atau kejang bila obat masuk ke pmbuluh darah.
- Persalinan lama, kadang refleks mengejan menurun sehingga harus dibantu dengan vakum/forcep.
5. Blok spinalis atau ILA (Intra Labours Analgesia).
Menyerupai blok epidural, yaitu obat bius disuntikkan pada ruas tulang belakang bagian bawah.
Cara kerja:
mirip dengan blok epidural. Efektif untuk menghilangkan nyeri persalinan selama 6-8 jam.
Efek samping:
Serupa dengan blok epidural.
6. Pembiusan Total.
Obat disuntikkan di pembuluh darah.
Cara kerja:
Digunakan untuk operasi Caesar, karena menyebabkan calon ibu yang akan melahirkan tidak sadarkan diri dan tidak merasa nyeri. Pada saat ini, teknik blok spinal lebih banyak dipakai disbanding bius total untuk operasi Caesar, karena lebih mudah, murah dan aman.
Efek samping:
- Menyebabkan bai tertidur dan memperlambat refleks dan pernapasan bayi.
- Jika makanan atau asam lambung masuk ke trakesa (saluran udara) dan paru-paru ibu akan menyebabkan cedera. Untuk menghindarinya, biasanya sebelum menjalani pembiusan total, ibu tidak boleh makan dan diberi obat antasida, agar asam lambung tidak sampai masuk ke paru-paru.
2.6 Daftar Tilik
Catatan : Episiotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus-kasus :
- Gawat janin
- Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu, ekstraksi forceps, ekstraksi vakum)
- Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan.
Ø Persiapan sebelum melakukan anestesi dan episiotomi:
- Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan kenyamanan klien dan atau bayinya.
- Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
- Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
- Jelaskan pada klien mengapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan klien. Berikan alasan rasional pada klien.
Ø Memberikan Anestesi Lokal (menurut buku panduan APN, Revisi 2007) :
Berikan anestesi lokal secara dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi adalah tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anestesi lokal adalah bagian dari sayang klien.
No.
|
Langkah
|
Rasionalisasi
|
1
|
Informed consent dan bantu klien untuk merasa rileks.
|
Supaya klien tidak terkejut atas tindakan tenaga kesehatan dan klien mau bekerja sama dengan baik pada saat tindakan dilakukan.
|
2
|
Hisap 10 ml larutan lidokain 1 % tanpa epinefrin ke dalam tabung suntik steril ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2 % dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air steril.
Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4cm (jarum yang lebih panjang boleh digunakan jika diperlukan)
|
Epinefrin tidak boleh diotambahkan karena akan mengganggu absorpsi obat anestesi (menyebabkan vasokonstriksi)
|
3
|
Letakkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum
|
Untuk memudahkan dalam pemberian lidokain melalui injeksi
|
4
|
Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan diepisiotomi
| |
5
|
Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik jangan suntikkan lidokain, tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.
|
Ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian, jika lidokain disuntikan kedalam pembuluh darah
|
6
|
Tarik jarum perlahan sambil menyuntikan maksimal 10ml lidokain
| |
7
|
Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan kulit melembung karena anestesi bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi
|
Ø Prosedur dalam episiotomi (menurut buku panduan APN Revisi 2007) sebagai berikut:
No.
|
Langkah
|
Rasionalisai / gambar
|
1.
|
Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, serta
3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi
|
Melakukan episiotomi akan menyebabkan perdarahan , jangan melakukannya terlalu dini
|
2.
|
Masukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum, kedua jari agak diregangkan dan diberikan sedikit tekanan lembut kearah luar pada perineum.
|
hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi
|
3.
|
Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Tempatkan gunting di tengah-tengah fourchette posterior dan gunting mengarah kesudut yang diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral (jika bukan kidal, episiotomi mediolateral yang dilakukan disisi kiri lebih mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan palpasi atau mengidentifikasi sfinter ani eksterna dan mengarahkan gunting cukup jauh kearah samping untuk menghindari sfingter
| |
4.
|
Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari mengunting jaringan sedikit-sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhan lebih lama.
| |
5.
|
Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina
| |
6.
|
Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan dilapisi kain atau kasa steril diantara kontraksi untuk membantu mengurangi pendarahan
| |
7.
|
Kendalikan kepala, bahu dan bahan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi
| |
8.
|
Setelah bayi dan plasenta lahir,periksa dengan hati-hati apakah episiotomi,perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomiatau laserasi tambahan
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anesthesia merupakan hilangnya persepsi sensorik secara menyeluruh dan dapat meliputi hilangnya kesadaran. Keadaan tersebut dapat diinduksi oleh berbagai teknik dan agen. Pada obstetrik, anestesia regional dapat dicapai dengan teknik anestesi lokal (epidural, spinal) dan Anestesia umum dengan medikasi sistemik dan intubasi endotrakeal.
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang dilakukan unuk memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu proses kelahiran bayi.
Ada 4 tujuan utama pada episiotomi :
1. Mengurangi tekanan terhadap kepala bayi sehingga mengurangi terjadinya asfiksia akibat kekurangan oksigen.
2. Mengurangi hambatan persalinan oleh perineum, jika elastisitasnya tidak mendukung proses persalinan.
3. Dapat mempercepat kala pengeluaran kepala sehingga mengurangi kemungkinan asfiksia
4. Memperluas dan memperpendek jalan lahir lunak sehingga persalinan dapat dipercepat.
Episiotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus-kasus:
a. Gawat janin
b. Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu, ekstraksi forseps, ekstraksi vakum)
c. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan
Indikasi episiotomi :
1. Perineum kaku
2. Memerlukan peregangan yang berlebihan dari perineum (forsep & vakum)
3. Mengurangi tekanan pada kepala bayi (prematur).
Indikasi episiotomi dapat berasal dari faktor ibu maupun faktor janin. Indikasi ibu antara lain adalah:
a. Primigravida umumnya
b. Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
c. Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
d. Arkus pubis yang sempit
Indikasi janin antara lain adalah:
a. Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
c. Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.
3.2 Saran
Sebagai bidan kita harus bisa melakukan tindakan anestesi ini dengan tepat dan efisien sesuai dengan indikasi dan tidak melakukan tindakan anestesi kepada klien kontraindikasi. Jika bidan dapat melakukan tindakan ini dengan tepat dan efisien maka angka kematian ibu dan anak dalam proses persalinan dapat menurun.
DAFTAR PUSTAKA
5. Muh. Rifal. (2011). INDIKASI EPISIOTOMI. (Diakses dari: http://www.e-infomu.com/berita-109-indikasi-episiotomi.html)
6. http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/10/24/anestesi-pada-obstetri-dan-ginekologi/
8. POGI, IBI, IDAI, Bakti Husada.Revisi 2007. Asuhan Persalinan Normal.
9. Buku “Penuntun Praktis Anestesi” Oleh Michael Dobson
No comments:
Post a Comment