KASUS
Ny.
P, 26 tahun datang ke bidan F untuk berkonsultasi KB. Ibu mengatakan 2 bulan
yang lalu baru saja melahirkan seorang anak pertama yang lahir secara normal
dan saat ini sedang menyusui. Sementara
ini ibu tidak ingin memiliki anak selama 2 tahun kedepan, karena ingin
menjarangkan kehamilan dan ibu mengatakan akhir-akhir ini sering mengalami
pusing berlebih sampai seperti ingin pinsan Ibu mengatakan belum pernah
menggunakan kontrasepsi dan belum mendapat pengetahuan mengenai alat
kontrasepsi. Kontrasepsi apa yang cocok untuk ibu?
Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa ya nge-Klik Iklan nya.....
Terima kasih :)
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU CALON AKSEPTOR KB
TERHADAP NY. P
DI BPS Bidan F
Tanggal :
19 Mei 2012
Pukul :
10.00 WIB
I.
SUBJEKTIF (S)
a. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. P Tn.
A
Umur : 26 tahun 30
tahun
Suku/bangsa : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : Sarjana Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta
Alamat : Jl. Buah batu no. 55 Bandung
b. Keluhan
Ibu
mengatakan akhir-akhir sering mengalami pusing dan hampir pinsan.
c. Riwayat
kesehatan ibu dahulu dan sekarang
·
Penyakit hati akut (hepatitis) : tidak ada
·
Jantung, stroke :
tidak ada
·
Tekanan darah tinggi :
ada (preeklampsi
saat persalinan)
·
Kencing manis :
tidak ada
·
Kanker payudara :
tidak ada
·
Sakit kepala yang berat :
tidak ada
·
Anemia :
tidak ada
·
TBC :
tidak ada
d. Riwayat
perkawinan
·
Pernikahan ke :
1
·
Usia menikah :
25 tahun (istri) dan 27 tahun (suami)
·
Lama Pernikahan :
1 tahun
e. Riwayat
haid
·
Usia menarche :
12 tahun
·
Siklus menstruasi :
teratur
·
Durasi :
5-7 hari
·
Banyak : 2-3 kali ganti pembalut /
hari
·
Dismenorrhoe : tidak
f. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan Ke
|
Penolong
|
Cara
|
Jenis Kelamin
|
Panjang Badan (cm)
|
Berat Badan
|
Penyulit
|
1
|
Bidan
|
Spontan (pervaginam)
|
Laki-laki
|
50 cm
|
2800 gram
|
Tidak ada
|
g. Riwayat
keluarga berencana
Ibu mengatakan belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi.
h. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Ø Nutrisi
·
Makan
§ Frekuensi : 3 kali sehari
§ Pantangan makanan : tidak ada
·
Minum
§ Jumlah : 8 – 10 gelas sehari
·
Keluhan : tidak ada
Ø Eliminasi
·
BAB
§ Frekuensi : 1 kali sehari
·
BAK
§ Frekuensi : biasa
·
Keluhan : tidak ada
Ø Aktivitas
·
Kegiatan sehari-hari : Bekerja
·
Istirahat dan tidur : 8 jam
Ø Pola hidup
·
Merokok :
tidak
·
Minum alkohol :
tidak
i.
Riwayat psikologis
·
Respon ibu terhadap kontrasepsi : baik
·
Dukungan suami : mendukung
·
Pengambilan keputusan dalam keluarga : bersama- sama
II.
OBJEKTIF (O)
a. Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Suhu : 36,8oC
Nadi : 90 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Tinggi badan : 154 cm
Berat badan : 50 kg
b. Pemeriksaan
fisik
Ø Kepala
Muka : ada edema pada wajah
Rambut : bersih, tidak rontok
Ø Mata
Conjungtiva : merah muda
Sklera : tidak ikterik
Ø Leher
Kelenjar
thyroid : tidak ada pembesaran
Kelenjar
getah bening : tidak ada pembesaran
Ø Dada
Mammae : Bentuk : simetris
Pembesaran :
ada
Puting
susu :
menonjol
Pengeluaran : ASI
Rasa
nyeri :
tidak ada
Benjolan : tidak ada
Hygiene
payudara : bersih
Ø Abdomen
Jaringan
perut / post operasi : tidak ada luka
bekas operasi
Konsistensi : keras
Asites : tidak
ada
Striae : ada
Ø Ektremitas
atas dan bawah
Warna kuku kaki/ tangan : merah muda
Varises : tidak ada
varices
Oedema : ada
Kemerahan : tidak ada
Kekakuan
sendi dan otot : tidak ada
Tanda
homman : tidak ada
Refleks pada kedua kaki : ka/ki (+)/(+)
Ø Anogenitalia
·
Inspeksi
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
Pengeluaran
cairan : tidak ada
·
Palpasi
Pembengkakan kelenjar bartholini : tidak ada
Pembengkakan pembuluh skene : tidak ada
Ø
Inspekulo
Warna
serviks : merah muda
Erosi : tidak ada
Lesi/luka : tidak ada
Ø
Pemeriksaan Bimanual
Posisi
Uterus : antefleksi
Nyeri
goyang : Tidak ada
Massa : Tidak ada
III.
ASSESMENT (A)
Diagnosa : P1A0 calon akseptor KB dengan
hipertensi gravidarum.
Dasar :
·
Ibu mengatakan ingin
menggunakan kontrasepsi karena ingin menjarangkan kehamilan.
·
Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 180/110 mmHg.
Kebutuhan : pengetahuan tentang metode kontrasepsi
IV.
PLANNING (P)
1. Memberikan konseling mengenai macam-macam alat
kontrasepsi secara umum. Ibu mengerti.
2. Melakukan penapisan melalui anamnesa dan pemeriksaan
fisik. Ibu tidak dapat menggunakan alat kontrasepsi hormonal karena ibu
menderita hipertensi dan ibu juga tidak dapat menggunakan AKDR karena ibu masih
berada dalam masa nifas.
3. Menjelaskan tentang metode kontraspsi alamiah, yaitu MAL.
Ibu mengerti dan akan menjalani ASI ekslusif.
a.
Definisi
MAL
Metode
Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode
kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman
lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)
dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural
family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. ASI memiliki mekanisme umpan balik yang dapat mencegah
ovulasi.
Meskipun penelitian telah membuktikan bahwa menyusui
dapat menekan kesuburan, namun banyak wanita yang hamil lagi ketika menyusui.
Oleh karena itu, selain menggunakan Metode Amenorea Laktasi juga harus
menggunakan metode kontrasepsi lain seperti metode barier (diafragma, kondom,
spermisida), kontrasepsi hormonal (suntik, pil menyusui, AKBK) maupun IUD.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat
kontrasepsi, apabila :
·
Menyusui
secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan minimal 8 kali
sehari.
·
Belum
mendapat haid.
·
Umur
bayi kurang dari 6 bulan.
b.
Cara Kerja :
Cara
kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan terjadinya
ovulasi. Pada saat laktasi atau menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan
oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon
gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan
mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.
c.
Efektifitas :
Efektifitas
MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara benar dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan pertama setelah
melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif
(tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini
juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui.
d.
Manfaat :
1. Manfaat Kontrasepsi
Manfaat kontrasepsi dari MAL antara lain :
·
Efektifitas
tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam bulan pertama setelah
melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.
·
Dapat
segera dimulai setelah melahirkan.
·
Tidak
memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
·
Tidak
memerlukan pengawasan medis.
·
Tidak
mengganggu senggama.
·
Mudah
digunakan.
·
Tidak
perlu biaya.
·
Tidak
menimbulkan efek samping sistemik.
·
Tidak
bertentangan dengan budaya maupun agama.
2. Manfaat Non Kontrasepsi
Manfaat non kontrasepsi dari MAL antara lain :
Ø Untuk bayi
·
Mendapatkan
kekebalan pasif.
·
Peningkatan
gizi.
·
Mengurangi
resiko penyakit menular.
·
Terhindar
dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat minum yang
dipakai.
Ø Untuk ibu
·
Mengurangi
perdarahan post partum/setelah melahirkan.
·
Membantu
proses involusi uteri (uterus kembali normal).
·
Mengurangi
resiko anemia.
·
Meningkatkan
hubungan psikologi antara ibu dan bayi.
e.
Keterbatasan :
Metode
Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai keterbatasan antara lain :
·
Memerlukan
persiapan dimulai sejak kehamilan.
·
Metode
ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum mendapat
haid dan menyusui secara eksklusif.
·
Tidak
melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B ataupun HIV/AIDS.
·
Tidak
menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
·
Kesulitan
dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
f.
Yang Dapat Menggunakan MAL :
Metode
Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghindari
kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut :
·
Wanita
yang menyusui secara eksklusif.
·
Ibu
pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
·
Wanita
yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
·
Wanita
yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), harus menyusui dan
memperhatikan hal-hal di bawah ini:
·
Dilakukan
segera setelah melahirkan.
·
Frekuensi
menyusui sering dan tanpa jadwal.
·
Pemberian
ASI tanpa botol atau dot.
·
Tidak
mengkonsumsi suplemen.
·
Pemberian
ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.
g.
Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL :
Metode
Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh :
·
Wanita
pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
·
Wanita
yang tidak menyusui secara eksklusif.
·
Wanita
yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
·
Wanita
yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
·
Wanita
yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
·
Wanita
yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine,
bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
·
Bayi
sudah berumur lebih dari 6 bulan.
·
Bayi
yang mempunyai gangguan metabolisme.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada
kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian, MAL
boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis medis, tingkat keparahan
kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi lain.
h.
Keadaan yang Memerlukan Perhatian :
Di
bawah ini merupakan keadaan yang memerlukan perhatian dalam penggunaan Metode
Amenorea Laktasi (MAL) :
i.
Hal yang Harus Disampaikan Kepada Klien :
·
Sebelum
menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), klien terlebih dahulu diberikan
konseling sebagai berikut:
·
Bayi
menyusu harus sesering mungkin (on demand).
·
Waktu
pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
·
Bayi
menyusu sampai sepuasnya (bayi akan melepas sendiri hisapannya).
·
ASI
juga diberikan pada malam hari untuk mempertahankan kecukupan ASI.
·
ASI
dapat disimpan dalam lemari pendingin.
·
Waktu
pemberian makanan padat sebagai pendamping ASI (diberikan pada bayi sudah
berumur 6 bulan lebih).
·
Metode
MAL tidak akan efektif, apabila ibu sudah memberikan makanan atau minuman
tambahan lain.
·
Ibu
yang sudah mendapatkan haid setelah melahirkan dianjurkan untuk menggunakan
metode kontrasepsi lain.
·
Apabila
ibu tidak menyusui secara eksklusif atau berhenti menyusui maka perlu
disarankan menggunakan metode kontrasepsi lain yang sesuai.
Hal yang perlu diperhatikan oleh ibu dalam pemakaian
Metode Amenorea Laktasi (MAL) agar aman dan berhasil adalah menyusui secara
eksklusif selama 6 bulan. Untuk mendukung keberhasilan menyusui dan MAL maka
beberapa hal penting yang perlu diketahui yaitu cara menyusui yang benar
meliputi posisi, perlekatan dan menyusui secara efektif.
j.
Langkah-Langkah Penentuan Pemakaian KB MAL :
Di
bawah ini merupakan langkah-langkah menentukan dalam menggunakan kontrasepsi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) :
Gbr. Langkah metode
amenorea laktasi
k. Angka
kegagalan : +
1%
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu bisa kembali 2 minggu
kemudian untuk diberikan konseling mengenai kontrasepsi yang akan digunakan
selanjutnya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan ibu saat itu. Ibu menyetujui.
JURNAL
JARAK ANTAR
ANAK DAN KONTRASEPSI DI KALANGAN ORANG MISKIN DI ZAMBIA
A.
Abstrak
Selama beberapa
dekade, program keluarga berencana telah menargetkan wanita di negara
berkembang. Program-program
ini memberikan banyak otonomi pada wanita sehubungan dengan keputusan
kesuburan. Hal ini juga diketahui bahwa sejumlah kerabat dekat di multigenerasi
dan diperpanjang sistem
keluarga mempengaruhi keputusan kesuburan perempuan sehubungan dengan jarak
anak dan penggunaan kontrasepsi. Salah satu pendekatan terhadap studi
sistematis dari pembuatan keputusan adalah kesuburan secara eksplisit mempertimbangkan
pengaruh suami pada pengambilan
keputusan kesuburan. Penelitian ini menguji efek dipilih dari sejumlah
faktor pada panjang kelahiran/interval
yang diinginkan. Kami mewawancarai suami dan istri terpisah dari
165 rumah tangga dipilih secara acak dari dua lingkungan miskin di kota Kitwe, Zambia. Tiga
kelompok kelahiran ordinal interval yang diperoleh untuk kedua suami dan istri terpisah.
Pengaruh faktor-faktor yang dipilih pada kemungkinan mempengaruhi tiga kelompok telah diteliti
dengan menggunakan metode regresi logistik ordinal. Data dari suami dan istri dianalisis secara
terpisah. Metode kualitatif seperti wawancara semi terstruktur digunakan untuk mengumpulkan informasi
yang luas pada berbagai faktor yang suami dan istri dianggap mempengaruhi
keputusan jarak Anak mereka. Kami menemukan
perbedaan dalam rekening sehubungan dengan jarak anak antara suami dan istri,
mungkin karena kurangnya komunikasi. Sebuah pendekatan yang sensitif gender perlu untuk mempromosikan
metode jarak antara pasangan miskin di Zambia.
B.
Kata kunci
Jarak
anak, penggunaan kontrasepsi, analisis korespondensi,
membuat keputusan pasangan.
C.
Latar
belakang
Pendidikan
keluarga berencana telah vital untuk meningkatkan jumlah keluarga modern tentang perencanaan akseptor di
negara berkembang. Program keluarga berencana mendorong individu untuk tidak
hanya mencari nasihat keluarga berencana tetapi juga mendorong pasangan untuk
mendiskusikan dan pilih
metode kontrasepsi yang cocok.
Sejumlah
studi telah meneliti proses kesuburan
dan kontrasepsi membuat keputusan untuk mengurangi jumlah anggota keluarga. Karena Pembentukan keluarga biasanya
berlangsung melalui sejumlah tahapan seperti memulai, menjarangkan dan akhirnya
menghentikan kesuburan, hal ini diperlukan untuk memahami proses pengambilan keputusan di
masing-masing tiga tahap. Di
antara tiga, keputusan tahap menjarangkan anak membuat dan mencakup sebagian
besar pasangan kehidupan reproduksi. Namun, beberapa
studi telah meneliti berbagai aspek pengambilan keputusan bersama dengan sangat
hormat untuk
interval jarak atau kelahiran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh yang
dipilih beberapa faktor pada durasi yang lebih disukai untuk jarak anak atau
interval antara kelahiran di keluarga yang
berpendapatan rendah di Zambia.
Pada
tingkat teoritis, kesuburan dipandang sebagai hasil dari beberapa pengaruh sosial dan
struktural. Yang paling penting dari struktur ini di negara berkembang termasuk sistem patriarkal yang
mendorong kesuburan yang
tinggi. Perempuan
dipandang sebagai mitra pasif yang bekerja sama dengan suami dan anggota
laki-laki yang lebih tua dari keluarga
dalam memenuhi tuntutan mereka untuk sejumlah besar anak-anak. Akibatnya, teori
struktural sosial jarang mengenali
sifat berkelanjutan dari pembuatan keputusan kesuburan.
Teori
struktural sosial menyatakan bahwa keputusan dibuat oleh patriark dan hanya
dikenakan pada perempuan. Berbeda sekali dengan sikap teoritis
dari teori struktural, beberapa berpendapat bahwa tidak
ada keputusan eksplisit yang dibuat sehubungan dengan ukuran keluarga. Pasangan
dipandang sebagai melayang ke ukuran keluarga dengan jumlah kelahiran
yang tidak direncanakan. Sebagai contoh, di Selatan Pasangan India jarang
membuat keputusan sadar dengan hormat untuk mencapai paritas berikutnya.
Kritz
dan rekan menunjukkan bahwa
norma bersama pembuatan keputusan reproduksi adalah menjadi luas di
sub-Sahara Afrika. Yang
lainnya berpendapat bahwa
di Afrika, pasangan hidup secara terpisah dan dunia mereka adalah memisahkan emosional,
ekonomi, dan sosial. Karena keterpisahan
ini, jarang ada komunikasi dengan menghormati
untuk mencapai paritas berikutnya. Bahkan ketika masing-masing pasangan
membuat keputusan individu untuk memiliki
atau tidak memiliki anak berikutnya, mungkin tidak mengakibatkan kesepakatan antara
pasangan. Agar satu pasangan setuju
untuk tidak memiliki anak berikutnya kedua pasangan individu harus memutuskan untuk tidak
memiliki anak berikutnya. Jenis komunikasi
biasanya terjadi ketika kesuburan menjadi pilihan sadar.
Seringkali
pasangan masing-masing mencapai perjanjian ini berdasarkan persepsi
permintaan anak pasangan
yang lain. Studi
yang berfokus pada keputusan reproduksi membuat upaya untuk memeriksa
faktor-faktor struktural social terkait
dengan kesepakatan atau ketidaksepakatan sehubungan dengan paritas berikutnya.
Studi
ini telah menghasilkan hasil yang berbeda. Karakteristik istri dan
suami dianggap sebagai factor yang
mempengaruhi kemungkinan perjanjian. Dodoo tidak menemukan signifikan hubungan
antara status relatif dari pasangan dan kemungkinan perjanjian. Ezeh menemukan bahwa sikap kontrasepsi
wanita tidak
hanya tergantung pada karakteristik
individu nya tetapi
juga pada orang-orang dan
suaminya.
Secara
umum, penelitian tentang keputusan reproduksi tampaknya membuatnya menderita dari sejumlah
kekurangan. Pertama, social teori
struktural membayar sedikit perhatian untuk pengambilan keputusan proses yang mencirikan
pembentukan keluarga. Diasumsikan bahwa baik keputusan untuk
keterlambatan atau tidak untuk menunda anak berikutnya adalah tidak dari setiap
pentingnya teoritis yang signifikan dalam masyarakat tradisional,
di mana kesuburan bukanlah hasil dari pilihan sadar. Asumsi ini patut
dipertanyakan. Setiap pasangan dapat menyediakan atau keputusan reproduksi sendiri
meskipun anggota
keluarga lain dapat mempengaruhi
keputusan ini. Ketika pasangan membuat keputusan, keputusan suami cenderung
lebih penting daripada istri'.
Akibatnya,
diasumsikan bahwa keputusan dengan Memperhatikan jarak kelahiran dan
panjang interval kelahiran terutama dipengaruhi oleh suami. Sebagai masyarakat
menjadi lebih modern,
pasangan mulai membahas preferensi mereka untuk anak selanjutnya serta waktu kelahiran. hasil
Diskusi ini dalam
perjanjian serta perbedaan pendapat antara pasangan. Ketika ada kesepakatan
atau ketidaksepakatan itu diasumsikan
bahwa faktor yang menyebabkan perselisihan adalah sama. Maklum, jenis
kelamin mempengaruhi beberapa
keputusan membuat dan membentuk preferensi untuk
panjang interval kelahiran antara
suami dan istri.
D.
Bahan
dan metode
Teori pengaruh
sosial menunjukkan bahwa preferensi terhadap
panjang interval kelahiran mungkin dipengaruhi oleh saran yang di
terima
dari orang lain yang signifikan. Kelompok social yang terlihat untuk
memberikan informasi yang sah juga dapat mempengaruhi panjang interval. Jadi ada perbedaan antara orang yang
menerima saran dan mereka yang tidak
menerima terhadap panjang interval. Mereka yang
menerima saran
lebih cenderung lebih memilih interval kelahiran lebih lama dari mereka yang tidak.
Teori pengaruh sosial juga menegaskan bahwa peningkatan yang
dirasakan dalam legitimasi penasihat kemungkinan untuk meningkatkan
efektivitasnya. Selain
itu, ketika individu dalam
hubungan primer masuk ke dalam diskusi dengan hormat untuk panjang interval
kelahiran serta metode jarak, mereka lebih cenderung untuk membuat pilihan
rasional sehubungan dengan panjang
interval kelahiran.
Sampel
Dua lingkungan
perkotaan dari kota Kitwe di Zambia
Copperbelt daerah yang
dipilih secara acak. Peta-peta untuk lingkungan ini
diperoleh dari kota Kitwe dari kantor perencanaan. Peta-peta
memberikan informasi umum tentang lokasi
setiap rumah tangga di lingkungan
tersebut. Peta ini yang diperbarui
dengan menempatkan rumah tangga baru. Beberapa penukaran kunjungan ke
lingkungan dilakukan untuk merevisi peta untuk mencatat jumlah, jenis, dan
lokasi rumah
tangga. Seratus enam puluh lima rumah tangga adalah dipilih secara acak di
lokasi penelitian. Dalam rangka untuk mengumpulkan data pada pengambilan
keputusan reproduksi, kuesioner adalah
yang dikembangkan. Kuesioner ini direvisi
setelah itu diujicobakan pada 20 pasangan dari rumah tangga, dipilih secara acak dari sebuah lingkungan
di Ndola yang terletak dekat Kitwe. Semua rumah tangga di mana baik suami
atau istri harus Mengisi kuesioner termasuk
dalam penelitian ini. Kuesioner diberikan secara terpisah kepada suami dan istri. Suami dan istri
diwawancarai secara bersamaan untuk
membatasi kesempatan bagi pasangan untuk mempengaruhi satu sama lain perasaan
dan opini yang objektif tentang item dalam kuesioner. Pewawancara wanita
digunakan untuk mewawancarai istri. Semua pewawancara tidak fasih
berbahasa Nyanja, Bemba, dan Inggris.
Variabel
dalam penelitian ini berhubungan dengan empat domain dari keputusan reproduksi:
diskusi yang disukai tentang Interval panjang dengan
pasangan, diskusi tentang metode untuk mencapai interval yang disukai, menerima saran sekitar interval kelahiran yang diinginkan, dan jenis
metode pengendalian kesuburan pernah digunakan. Variabel 'Bestinth' dan
'bestint' ukuran interval
kelahiran yang
panjang disukai yang
dilaporkan oleh masing-masing
suami dan istri. Mereka bertanya, "Apa menurut Anda adalah yang terbaik lamanya waktu untuk
memiliki anak antara kehamilan'.
Tanggapan dicatat
dalam bulan. Interval kelahiran di bulan adalah dikategorikan sebagai
berikut. Kategori 1 terdiri dari pilihan selang waktu 12 bulan
atau kurang; kategori 2 termasuk semua interval lebih dari 12 bulan dan
kurang dari 24 bulan; kategori 3 adalah terdiri dari semua
responden yang lebih suka interval antara 24 bulan dan kurang
dari 35 bulan; kategori 4 mencakup semua interval antara 36 dan
48 bulan dan kategori terakhir terdiri
dari interval lebih besar dari 48 bulan.
Variabel 'Hwintcs' adalah variabel
dikotomis terkait dengan pertanyaan yang diajukan dari semua istri,
"Apakah Anda dan suami
Anda pernah dibahas tentang
panjang terbaik dari waktu ke memiliki anak antara kehamilan".
Mereka yang menanggapi 'ya' adalah kode 1 dan 0 beristirahat. Variabel
boneka sesuai untuk
para suami adalah 'hwintcsh'. Variabel
'advmeth' adalah variabel dikotomis terkait untuk pertanyaan yang
ditanyakan kepada semua istri, "Apakah Anda pernah berbicara atau menerima nasihat
dari siapa pun untuk
metode, bagaimana untuk menjarangkan
kelahiran anak-anak Anda atau mencegah kehamilan".
Mereka yang menanggapi 'Ya'
dikodekan 1 dan 0 beristirahat. Dummy yang sesuai variabel untuk suami
adalah 'advmethh'.
Variabel, 'hwintmd' dan 'hwintmdh' mewakili
tanggapan dari istri dan suami masing-masing untuk pertanyaan, "Apakah
Anda dan suami atau istri pernah berbicara tentang metode yang berbeda atau
cara untuk menjarangkan usia anak-anak Anda". Dua variabel kategoris, 1
kode untuk ya dan 0 untuk sisanya. Variabel 'methused' adalah variabel
kategoris untuk pertanyaan yang diajukan kepada semua istri, 'Bisakah Anda
ceritakan apa metode yang pernah digunakan anda dan suami untuk menjarangkan
usia anak-anak. Respon bervariasi. Semua tanggapan adalah kembali dikategorikan
menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, kode 1, terdiri dari semua mereka yang
menggunakan 'metode tradisional' hanya untuk mengatur jarak anak-anak. Kategori
2 terdiri dari semua orang yang melaporkan bahwa mereka menggunakan kedua
metode modern dan tradisional. Yang terakhir adalah dari semua kategori yang
menggunakan metode modern saja. Variabel yang sesuai untuk suami adalah
'methusedh'.
E. Hasil
Gambar
1 menyajikan interval kelahiran yang paling sering disukai untuk kategori antara suami dan Gambar 2 menyajikan hal yang sama untuk istri. Kategori model jangka
panjang disukai untuk menjarangkan anak lahir yaitu dengan interval satu sampai dua tahun untuk kedua suami dan
istri.
Tabel 1 menyajikan distribusi tanggapan terhadap
empat konsep yang terpilih berhubungan dengan interval panjang yang disukai.
Persentase istri yang mengatakan bahwa mereka membahas jangka waktu terbaik
(lihat Hwintcs variabel) untuk jarak kelahiran sekitar 11 persen lebih kecil
dari persentase untuk suami. Namun sekitar 17% lebih dari suami istri menerima
saran (Lihat Advmeth variabel) tentang bagaimana menjarangkan usia anak-anak.
Meskipun sekitar 82% dari istri menerima saran tentang bagaimana cara mereka
untuk menjarangkan usia anak-anak, persentase yang jauh lebih sedikit dari
istri mengatakan bahwa mereka membahas metode jarak (lihat Hwintmd) dengan
suami mereka. Sekitar 32% dari suami mengatakan bahwa mereka telah membahas
metode jarak dengan istri mereka, sementara hanya setengah persentase istri,
kurang dari 16%, mengatakan bahwa mereka membahas metode jarak dengan suami.
Jadi ada kesenjangan yang nyata antara istri dan suami sehubungan dengan
pernyataan mereka di diskusi metode untuk menjarangkan usia anak. Proporsi yang
sama dari suami dan istri (lihat variabel Methused) kira-kira 23% dan 25%,
masing-masing mengatakan bahwa mereka telah menggunakan (pernah digunakan) yang
metode pengendalian kelahiran modern. Meskipun sekitar 82% dari istri menerima saran
sehubungan dengan metode jarak anak, hanya 25% dari semua istri mengatakan
bahwa mereka telah menggunakan metode modern. Kira-kira persentase yang sama
dari suami juga mengatakan bahwa mereka telah menggunakan metode modern. Tampaknya istri cenderung seperti suami yang telah
menggunakan metode modern meskipun fakta bahwa persentase yang jauh lebih tinggi daripada suami istri yang diterima saran tentang metode anak.
Secara umum, metode tradisional dari kontrasepsi
adalah jauh lebih banyak digunakan untuk menjarangkan kelahiran anak-anak
daripada metode modern atau campuran dari kedua metode tradisional dan modern. Di
antara suami yang lebih suka interval kelahiran yang pendek, kurang dari satu
tahun, sekitar 70% digunakan hanya metode tradisional. Dibandingkan dengan
suami, proporsi yang sedikit lebih tinggi dari suami yang lebih suka selang
waktu satu sampai dua tahun, preferensi kategori model interval kelahiran
menggunakan metode tradisional kontrasepsi. Sekitar 70% dari para suami mengaku
telah menggunakan kontrasepsi tradisional. Penggunaan metode kontrasepsi modern
untuk mengatur jarak antara anak terbatas pada mereka yang lebih suka interval
kelahiran dua sampai tiga tahun atau lebih tinggi. Metode kontrasepsi
tradisional jauh lebih banyak disukai di antara istri-istri daripada metode
kontrasepsi modern atau metode campuran keduanya antara tradisional dan modern.
Di antara istri-istri yang lebih suka kelahiran selang satu sampai dua tahun,
kategori model, sekitar 57% digunakan hanya metode tradisional. Persentase yang
sedikit lebih tinggi (64%) dari istri yang lebih suka selang waktu sekitar dua
sampai tiga tahun menggunakan metode kontrasepsi tradisional. Penggunaan metode
kontrasepsi modern untuk menjarangkan usia anak antara istri lebih tinggi di
antara mereka yang lebih suka melahirkan dengan interval satu sampai dua tahun
dibandingkan pada kategori lain. Dalam kategori kelahiran interval, satu sampai
dua tahun, sekitar 72% dari suami dan 57% dari istri menyatakan bahwa mereka telah
menggunakan metode kontrasepsi tradisional untuk pengendalian kelahiran.
Kami menggunakan regresi logistik ordinal untuk
mengeksplorasi efek determinan pada kelahiran dengan interval panjang. Analisis
dilakukan secara terpisah untuk istri dan suami. Meskipun data dikumpulkan dari
165 rumah tangga, informasi pada variabel dependen tersedia untuk rumah tangga
yang lebih sedikit. Ukuran sampel untuk kategori dua masing-masing adalah 133
untuk istri dan 147 untuk suami. Variabel independen adalah 'hwintcs',
'advmeth', dan 'hwintmd', dan variabel terikat adalah 'bestint' (untuk istri).
Variabel bebas adalah 'hwintcsh', 'advmethh', dan 'Hwintmdh', dan variabel
terikat adalah 'bestinth' (untuk suami). Interval kelahiran dikategorikan
sebagai berikut.
Kategori 1 terdiri dari interval disukai (12 bulan
atau kurang); kategori 2 termasuk semua interval yang lebih besar dari 12 bulan
dan kurang dari 24 bulan; kategori 3 dibuat dari semua responden yang lebih
suka interval lebih dari 36 bulan.
Dalam regresi logistik ordinal, variabel dependen
dikonseptualisasikan sebagai y dimensi laten * dimanifestasikan sebagai ordinal
variabel. Variabel terikat, dimensi laten, adalah hasil yang diharapkan dari
sejumlah efek variabel yang dipilih didasarkan pada teori tertentu. Hubungan
antara hasil dan variabel bebas (x) dinyatakan sebagai fungsi linier y. Model
ini didasarkan pada kemungkinan asumsi proporsionalyang memiliki pengaruh
variabel independen pada hasil logistik adalah sama. Asumsi ini mudah diuji
dengan menggunakan skor tes. Jika asumsi tidak tepat maka beralih ke metode
analisis yang mengasumsikan kemungkinan tidak proporsional.
Tabel 2 menyajikan hasil regresi logistik ordinal
bagi suami berdasarkan model peluang proporsional. Tabel 3 mengulangi analisis
untuk istri. Variabel 'methh1' dan 'methh2' adalah variabel untuk kelompok yang
menggunakan metode tradisional, dan campuran metode modern dan metode
tradisional. Referensi kelompok adalah kategori keluar kiri, mereka yang telah
menggunakan metode kontrasepsi modern. Faktor penentu dipilih, kecuali 'methh1'
tidak memiliki pengaruh signifikan pada interval jangka panjang. Namun, di
antara istri, Advmeth variabel (Diterima untuk rekomendasi metode menjarangkan
anak) memiliki efek signifikan pada kemungkinan preferensi untuk interval
kelahiran satu sampai dua tahun. Kemungkinan kelompok istri yang lebih memilih
peningkatan interval jangka panjang bagi mereka yang telah menerima saran
sehubungan dengan jarak anak. Yang terjadi adalah 2,8 kali kemungkinan di
antara mereka yang belum menerima saran. Ada perbedaan signifikan antara suami
dan istri sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhipreferensi untuk
interval kelahiran jangka panjang.
Tabel 4 menyajikan hasil tes dari kemungkinan
asumsi. Kami menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa parameter lokasi
(koefisien kemiringan) adalah sama di kategori respon. kuadrat nilai-nilai
untuk kedua suami dan istri tidak signifikan pada tingkat 0,05 memuaskan asumsi
kemungkinan proporsional. Sejak
penggunaan sebelumnya dari metode pengendalian kelahiran memiliki efek
signifikan pada disukai interval kelahiran jangka panjang diantara suami, kita
menjelajahi hubungan antara dua faktor. Untuk lebih menilai hubungan antara
metode pengendalian kelahiran dan preferensi untuk interval kelahiran jangka
panjang, kami mengaanalisis korespondensi. analisis korespondensi adalah metode
untuk menggambarkan pola hubungan yang mungkin ada di antara kategori kolom dan
baris dalam tabel silang. Hal ini sangat mirip dengan analisis faktor dalam hal
tujuannya untuk digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Metrik adalah jarak yang
digunakan untuk mengukur hubungan antara kategori kolom dan baris dan
faktor-faktor yang di ambil untuk mengukur hubungan antara kategori kolom dan
baris. Dalam mengeksplorasi hubungan antara preferensi kelahiran interval dan
metode kontrasepsi yang digunakan, metode analisis korespondensi menyatakan
jarak ke asal dari masing-masing baris dan kolom sebagai sel 'inersia'. Inersia total (diperoleh dengan
menggunakan metode normalisasi baris utama) dijelaskan dengan dua dimensi yang
disajikan pada Tabel 5. Sekitar 57% dari inersia (0.051/0.089) adalah
dijelaskan dengan dimensi pertama. Akar kuadrat dari inersia adalah dinyatakan
sebagai nilai singular dari 0,225 dan merupakan jumlah korelasi antara baris
dan nilai kolom. Korelasi antara metode penggunaan dan panjang mengahasilkan
interval kelahiran antara suami tampaknya lemah.
Kami telah menindaklanjuti
semua pertanyaan terstruktur pada anak yang bervariasi dalam survei Kitwe
dengan pertanyaan semi terstruktur. Tanggapan kualitatif untuk pertanyaan
dianalisis menggunakan analisis isi. Semi-terstruktur difokuskan pada perolehan
data tentang proses pengambilan keputusan serta jarak metode yang digunakan
oleh pasangan. Wawancara dimulai dengan menanyakan tentang pendapat mereka mengenai jarak yang cukup antara
kelahiran yang satu dengan yang lainnya. Mengingat bahwa antara suami dan istri
dapat memilih interval kelahiran yang berbeda, kami bertanya apakah mereka
membicarakan atau merencanakan tentang kelahiran anak mereka mengenai interval
preferensi satu sama lain. Selain itu, informasi pada semua sumber yang berisi
pada pilihan interval kelahiran juga dikumpulkan serta sarannya. Jika informasi
yang dikumpulkan oleh pasangan menyebabkan diskusi tentang metode pemilihan
jarak, maka isi diskusi seperti yang telah dijelaskan oleh suami dan istri
dikumpulkan secara terpisah. Akhirnya, kami bertanya metode apa yang mereka
gunakan jika mereka pernah melakukan metode menjarangkan kehamilan terhadap anak-anak
mereka.
Usia rata-rata dari suami dan
istri adalah masing-masing 44 dan 30 tahun. Seperti yang dinyatakan oleh suami
sebesar 48% adalah setuju dari jumlah
istri dan usia yang dinyatakan oleh istri setuju sekitar 50% dari suami. Rata-rata
lama interval kelahiran disukai oleh suami adalah 26 bulan sedangkan para istri
melaporkan rata-rata sedikit lebih rendah, yaitu 24 bulan atau 2 tahun. Alasan
yang paling penting untuk jarak antara kehamilan yang satu dengan yang lainnya
pada ibu adalah untuk memastikan kesehatan yang baik bagi anak mereka dari anak
pertama sampai anak terakhir. Istilah 'tumbuh' disebutkan sekitar 64 kali
selama wawancara kualitatif. Alasan kedua, yang merupakan alasan yang
terpenting juga adalah bagi kesehatan ibu. Satu responden mengatakan
"Perawat dari klinik keluarga berencana mengatakan kepada saya bahwa jarak
terbaik dari anak pertama dengan anak yang kedua adalah dua tahun sehingga saya
bisa menyusui anak-anak saya selama waktu itu".
Secara umum, suami lebih peduli
tentang kesehatan anak daripada dengan kesehatan ibu. Beberapa istilah-istilah
seperti 'pertumbuhan', 'kesehatan', dan 'menyusui' adalah digunakan lebih dari
100 kali selama wawancara kualitatif dengan para suami. Istilah-istilah seperti
'kekuatan', 'istirahat', mengacu pada kesehatan ibu disebutkan juga di bawah
100 kali. Responden yang menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan ibu dengan
mendukung adanya interval jarak kelahiran yang agak panjang, yaitu 2 tahun juga
lebih menunjukkan bahwa interval kelahiran jarak kelahiran yang agak
panjang, menguntungkan kesehatan anak
juga. Seorang responden mengatakan, "Saya telah berbicara dengan paman
saya tahun ini. Saya bertanya kepada paman saya untuk mengatakan, bahwa untuk
memiliki anak berikutnya perlu ditunggu ketika anak yang lain berusia satu
tahun. Dia menjawab dan mengatakan tidak dianjurkan jika anak yang satu dengan
yang lainnya memiliki jarak yang terlalu pendek, karena hal tersebut akan
mengakibatkan mereka menderita kekurangan gizi sehingga jarak yang terbaik adalah
harus dua tahun".
Sekitar 36% dari istri dan 42%
dari suami mengatakan bahwa mereka membahas jarak kelahiran. Sebagian besar
diskusi antara pasangan dipusatkan pada kesehatan anak dan ibu. Istilah
'tumbuh' disebut-sebut 24 kali. Satu responden mengatakan "ya, ketika saya
memiliki anak sulung, saya mengatakan kepada istri saya bahwa orang tua saya
menyuruh saya untuk menunggu bayi saya berumur dua tahun dulu supaya anak
tersebut dapat tumbuh dengan baik. Ini diterapkan pada istri kedua juga".
Jauh lebih sedikit referensi dibuat yang berhubungan dengan kesehatan ibu.
Istri menyatakan bahwa membahas
jarak kelahiran dengan suami mereka menghasilkan kesepakatan bahwa interval
yang mereka inginkan adalah jarak kehamilan 2 tahun. Istri juga menyebutkan bahwa
'pertumbuhan dan kesejahteraan' anak-anak adalah pusat perhatian dalam membuat
keputusan penjarangan kehamilan. Seorang responden berkata, "saya membahas
dengan suami dan ia mengatakan tiga tahun adalah jarak yang terbaik bagi bayi
untuk tumbuh dan mencegah anak dari penderitaan atau kurangnya perhatian dari
orangtua mereka". Istri merasa bahwa kesehatan mereka sebagai ibu tersebut
tidak terlalu ditekankan dalam diskusi.
Sementara sekitar 28% dari
suami melaporkan bahwa mereka menerima beberapa bentuk saran tentang metode
jarak, hanya, sekitar setengah nya, yaitu 16% para istri mengatakan bahwa
mereka menerima saran tentang metode jarak. Suami pada umumnya menyarankan menggunakan
obat untuk mencapai interval kelahiran yang diinginkan. 'Obat' Istilah itu
disebutkan sekitar 18 kali. Namun, tujuh contoh ini mengacu pada penggunaan
kedokteran Afrika. Metode lain suami lebih suka dengan metode 'berhenti
hubungan 'dan 'menyusui selama 6 bulan bahkan 2 tahun'. Seorang responden
mengatakan, " Nenek saya menyuruh saya untuk menggunakan obat Afrika
karena ketika istri saya menggunakannya ia tidak hamil lagi dan tidak
berpengaruh buruk pada anak. Bahkan jika saya tidur dengan istri saya, obat itu
tetap bekerja dengan efektif”.
Pada saat pembahasan metode
tradisional antara suami dan istri, ibu tidak terlalu didominasikan. Kebanyakan
mengatakan diskusi yang berfokus pada modern yang metode. Penggunaan metode
modern, mengunjungi keluarga perencanaan klinik, dan kontak dengan perawat dan
dokter dibahas. Seorang responden mengatakan, "para dokter dari keluarga
klinik perencanaan menyarankan pada metode yang berbeda. Seorang dokter
mengatakan mereka dapat menggunakan pil dan diafragma jika dia ingin memberikan
jarak terhadap anak-anak mereka. Mereka mengatakan kepada saya untuk mengambil
pil sebelum kawin dengan suami saya".
Hampir 90% dari suami lebih
suka mencari nasihat dari fasilitas medis sementara sisanya menyebutkan
'sesepuh' sebagai sumber informasi. Sementara sekitar 90% dari istri disebutkan
'fasilitas medis' sebagai sumber pilihan informasi, sisanya menyebutkan bahwa
mereka ingin belajar tentang penggunaan 'inanga' (benda diikatkan di pinggang
untuk mencegah kehamilan) dari perempuan tua. Kebanyakan suami mengatakan bahwa
diskusi mereka mengenai metode jarak bersangkutan dengan tersedianya klinik
keluarga berencana, rumah sakit, dan dokter. Beberapa dari mereka mengatakan
bahwa mereka juga membahas penggunaan metode tradisional seperti pantang
berkala. Satu suami berkata, "Orang tua atau sesepuh mengatakan kepada
saya ketika saya belum menikah. Mereka mengatakan kepada saya bahwa tidak
dianjurkan bagi seorang pria untuk
melakukan hubungan intim dengan istri ketika dia menyusui karena kemungkinan
dapat terjadi kehamilan bagi ibu tersebut
dan ini bisa membuat anak menderita kekurangan gizi. Anak dapat
menderita karena tidak bisa mengkonsumsi
semua jenis makanan dan tidak dapat menerima ASI eksklusif ketika ibu
hamil".
Istri mengatakan bahwa saat
mereka membahas tentang metode modern dengan suami mereka banyak suami
menginginkan untuk melakukan metode tersebut. Namun, yang mengejutkan, sejumlah
wanita yang lain menunjukkan bahwa suami mereka tidak setuju dengan istri
mereka tentang penggunaan metode modern untuk jarak anak mereka. Salah satu
istri mengatakan, "Suami saya hanya menyarankan untuk pergi ke klinik
keluarga berencana dan mempelajari metode yang lain yang berbeda dan saya
diajarkan untuk memilih metode terbaik, yang baik untuk saya dan metode ini
adalah loop, diafragma, pil, suntikan, dan tabung. Saya memilih pil dan suami
saya setuju dengan itu ".
Sekitar 40% dari suami
mengatakan bahwa mereka menggunakan pantang berkala. Dari presentasi yang
hampir sama, dari istri, yaitu sekitar 36%, mengatakan mereka juga menggunakan
pantang berkala. Jadi ada beberapa kesepakatan antara istri dan suami tentang
metode unggul yang digunakan untuk jarak anak yang satu dengan yang lainnya.
F. Diskusi
Perempuan jauh lebih sedikit mendiskusikan tentang metode
penjarakan kehamilan, dibandingkan dengan laki-laki, laki-laki lebih banyak
membahas interval yang baik yang diinginkan untuk jarak kelahiran antara yang
satu dengan yang lainnya. Namun, sebagian besar perempuan juga lebih memikirkan
interval kelahiran yang diinginkan, dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
meningkatkan kemungkinan bahwa ada kesenjangan komunikasi antara pria dan
wanita. Mungkin, pria menganggap bahwa
diskusi yang mereka lakukan mengenai interval jarak kehamilan dapat dijadikan
sebagai nasihat kepada perempuan. Tanpa memperhatikan sifat dari persepsi
diskusi, perempuan dapat menerima metode tentang jarak kelahiran yang cenderung
lebih menginginkan interval kelahiran yang lebih lama dibandingkan dengan yang
lainnya. Metode jarak anak yang digunakan para wanita tidak secara signifikan
berkorelasi dengan panjang yang diinginkan dari interval kelahiran. Di antara
beberapa suami, mereka yang menggunakan metode tradisional kemungkinan besar
akan lebih mengasilkan interval kelahiran yang pendek daripada yang lain.
Ada kesepakatan yang kuat
antara suami dan istri sehubungan dengan yang diinginkan lahir selang panjang
antara suami dan istri. Kedua suami dan istri yang dengan diinginkannya interval
kelahiran rata-rata sekitar 25 bulan. Namun, mereka menawarkan set berbeda dari
alasan untuk interval kelahiran yang diinginkan. Secara umum, suami
memperhatikan kesehatan istri yaitu dengan menyukai interval kelahiran dengan
jarak panjang dengan yang lainnya. Diskusi tentang interval kelahiran yang
diinginkan adalah lebih dimotivasi oleh kekhawatiran tentang kesehatan
anak-anak daripada istri. Sangat sedikit alasan mengenai perekonomian seperti
kesempatan biaya dan pengeluaran rumah tangga.
Secara umum, suami lebih
menerima saran tentang kelahiran metode jarak panjang. Ini mungkin karena
keyakinan bahwa suami memainkan peran yang lebih kuat daripada istri dalam
keputusan reproduksi. Diskusi tentang metode jarak anak ini meliputi metode
modern. Metode tradisional juga terkenal dan tersedia. Saran yang berhubungan
dengan jarak metode yang diberikan kepada suami mungkin telah memotivasi
beberapa diskusi penggunaan metode modern di antara pasangan. Namun, hasil dari
analisis multivariat tidak menemukan bahwa rekomendasi kelahiran metode jarak
anak merupakan sumber signifikan dari pengaruh pada interval yang diinginkan
laki-laki.
Dinyatakan, keputusan jarak
kelahiran antara pasangan Zambia tampaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor
non-ekonomi, seperti kesehatan. Selain itu, perempuan Zambia tampaknya jauh
kurang mampu dibandingkan pria untuk berpartisipasi dalam diskusi mengenai
perolehan metode interval kelahiran yang diinginkan. Kekhawatiran suami tentang
kesehatan istrinya meningkatkan metode interval kelahiran yang diinginkan.
Program pengendalian kelahiran harus mempertimbangkan dan mengintegrasikan
tentang masalah kesehatan keluarga dengan pelayanan kontrasepsi yang
memberdayakan kemampuan wanita untuk membuat keputusan reproduksi.
G. Pengungkapan
Para penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan
dalam pekerjaan ini.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menguji efek dipilih dari sejumlah faktor
pada panjang kelahiran/interval yang diinginkan. Kami mewawancarai suami dan
istri terpisah dari 165 rumah tangga dipilih secara acak dari dua lingkungan
miskin di kota Kitwe, Zambia. Pada tingkat teoritis, kesuburan dipandang
sebagai hasil dari beberapa pengaruh sosial dan struktural.
Perempuan dipandang sebagai mitra pasif yang bekerja sama
dengan suami dan anggota laki-laki yang lebih tua dari keluarga dalam memenuhi
tuntutan mereka untuk sejumlah besar anak-anak. Akibatnya, teori struktural
sosial jarang mengenali sifat berkelanjutan dari pembuatan keputusan kesuburan.
Ezeh menemukan bahwa sikap kontrasepsi wanita tidak hanya tergantung pada
karakteristik individu nya tetapi juga pada orang-orang dan suaminya.
Diasumsikan bahwa
baik keputusan untuk keterlambatan atau tidak untuk menunda anak
berikutnya adalah tidak dari setiap pentingnya teoritis yang signifikan dalam
masyarakat tradisional, di mana kesuburan bukanlah hasil dari pilihan sadar.
Asumsi ini patut dipertanyakan. Setiap pasangan dapat menyediakan atau
keputusan reproduksi sendiri meskipun anggota keluarga lain dapat mempengaruhi
keputusan ini. Ketika pasangan membuat keputusan, keputusan suami cenderung
lebih penting daripada istri. Teori pengaruh sosial menunjukkan bahwa
preferensi terhadap panjang interval
kelahiran mungkin dipengaruhi oleh saran
yang di terima dari orang lain
yang signifikan. Kelompok social yang terlihat untuk memberikan informasi yang
sah juga dapat mempengaruhi panjang interval.
Jadi ada perbedaan antara orang yang menerima saran dan
mereka yang tidak menerima terhadap panjang interval. Mereka yang menerima
saran lebih cenderung lebih memilih interval kelahiran lebih lama dari mereka
yang tidak. Teori pengaruh sosial juga menegaskan bahwa peningkatan yang
dirasakan dalam legitimasi penasihat kemungkinan untuk meningkatkan
efektivitasnya.
Rata-rata lama interval kelahiran disukai oleh suami
adalah 26 bulan sedangkan para istri melaporkan rata-rata sedikit lebih rendah,
yaitu 24 bulan atau 2 tahun. Alasan yang paling penting untuk jarak antara
kehamilan yang satu dengan yang lainnya pada ibu adalah untuk memastikan
kesehatan yang baik bagi anak mereka dari anak pertama sampai anak terakhir.
Alasan kedua, yang merupakan alasan yang terpenting juga adalah bagi kesehatan
ibu. Secara umum, suami lebih peduli tentang kesehatan anak daripada dengan
kesehatan ibu.
Secara umum, metode
tradisional dari kontrasepsi adalah jauh lebih banyak digunakan untuk menjarangkan
kelahiran anak-anak daripada metode modern atau campuran dari kedua metode
tradisional dan modern. Di antara suami yang lebih suka interval kelahiran
yang pendek, kurang dari satu tahun, sekitar 70% digunakan hanya metode
tradisional. Metode kontrasepsi tradisional jauh
lebih banyak disukai di antara istri-istri daripada metode kontrasepsi modern
atau metode campuran keduanya antara tradisional dan modern. Di antara
istri-istri yang lebih suka kelahiran selang satu sampai dua tahun, kategori
model, sekitar 57% digunakan hanya metode tradisional.
Suami pada umumnya menyarankan menggunakan obat untuk
mencapai interval kelahiran yang diinginkan. 'Obat' Istilah itu disebutkan
sekitar 18 kali. Namun, tujuh contoh ini mengacu pada penggunaan kedokteran Afrika.
Metode lain suami lebih suka dengan metode 'berhenti hubungan 'dan 'menyusui
selama 6 bulan bahkan 2 tahun'.
Perempuan jauh lebih sedikit mendiskusikan tentang metode
penjarakan kehamilan, dibandingkan dengan laki-laki, laki-laki lebih banyak
membahas interval yang baik yang diinginkan untuk jarak kelahiran antara yang
satu dengan yang lainnya. Namun, sebagian besar perempuan juga lebih memikirkan
interval kelahiran yang diinginkan, dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
meningkatkan kemungkinan bahwa ada kesenjangan komunikasi antara pria dan
wanita. Mungkin, pria menganggap bahwa
diskusi yang mereka lakukan mengenai interval jarak kehamilan dapat dijadikan
sebagai nasihat kepada perempuan. Tanpa memperhatikan sifat dari persepsi
diskusi, perempuan dapat menerima metode tentang jarak kelahiran yang cenderung
lebih menginginkan interval kelahiran yang lebih lama dibandingkan dengan yang
lainnya.
Secara umum, suami memperhatikan kesehatan istri yaitu
dengan menyukai interval kelahiran dengan jarak panjang dengan yang lainnya.
Diskusi tentang interval kelahiran yang diinginkan adalah lebih dimotivasi oleh
kekhawatiran tentang kesehatan anak-anak daripada istri. Sangat sedikit alasan
mengenai perekonomian seperti kesempatan biaya dan pengeluaran rumah tangga.
Jadi, berdasarkan jurnal diatas bahwa metode kontrasepsi
yang paling banyak disukai untuk dipakai
dalam menjarangkang kehamilan di kota Kitwe, Zambia adalah metode
kontrasepsi sederhana yaitu berupa koitus interuptus dan MAL (metode amenore
laktasi). Di indonesia pun metode tersebut masih digunakan, contohnya untuk
ibu-ibu pasca persalinan yang normal ataupun kontraindikasi terhadap alat
kontrasepsi modern.
DAFTAR PUSTAKA
Pillai, Vijayan K. 2010. Child Spacing And Contraception Among The Poor In Zambia. Open
Access Journal of Contraception
No comments:
Post a Comment