Klien Dalam Asuhan Kebidanan
Dalam
memberikan bantuan konseling, kita dituntut untuk mengetahui pengaruh berbagai
fase kehidupan ini pada cara seseorang memandang masalah dan kesulitannya.
A. Konseling
Pada Anak
Seorang anak membutuhkan bimbingan
dan dukungan moral fisik dari keluarga yang juga akan mengatur cara pandang
mereka. Karena hubungannya anak dengan anak lainnya didasarkan pada keyakinan,
perspektif, aturan dan nilai keluarga. Memahami kebutuhan anak, sangat memahami
kebutuhan anak, sangat diperlukan dalam membantu menyikapi perilaku emosional
mereka. Anak-anak perlu merasa dihargai dan bangga terhadap diri sendiri.
Ketika ada masalah, dan ada sesuatu yang salah, anak-anak sering percaya bahwa
itu sebagai kesalahan mereka. Satu hal penting yang perlu diingat berkenaan
dengan anak-anak adalah adalah bahwa mereka , meskipun sebenarnya mereka
berkemampuan untuk membuat pilihan dan mengambil keputusan yang sesuai dengan
diri mereka. Misalnya, mereka dapat memilih cara untuk merespon situasi-situasi
sosial yanga berlainan. Akan tetapi, kenyataanya banyak keputusan yang
mempengaruhi keseharian mereka, secara signifikan atau alakadarnya, dibuat oeh
orangtua mereka. Membantu anak-anak menghadapi masalah-masalah serius, yang
menyebabkan mereka sepenuhnya tidak berdaya dan putusasa karena masalah-masalah
tersebut terjadi diluar kendali mereka, melibatkan banyak
keterampilan-keterampilan dan menyita waktu.
B.
Konseling
Pada remaja
Masa remaja adalah fase kehidupan
yang menandai transisi dari anak-anak kedewasa. Seorang remaja diharapkan berubah
dari ketergantungan menjadi independen, mandiri dan dewasa. Remaja mempunyai
kebutuhan untuk mengembangkan identitas mereka sendiri, sehingga fase remaja
adalah masa eksperimentasi dan masa untuk mencoba-coba mengambil resiko.
Konseling pada masa remaja
bertujuan memberikan pemahaman dan upaya penyesuain diri terhadap perubahan
fisik dan emosi yang terjadi pada usia remaja. Sehingga cara yang terbaik untuk
membantu remaja mengubah keyakinan, sikap, dan idenya adalah membantu
bereksplorasi, bukan menentang mereka secara langsung. Membangun hubungan
saling percaya, bersikap tidak menghakimi, memvalidasi sudut pandang remaja,
melakukan refleksi, dan mengajukan-mengajukan pertanyaan terbuka akan membantu
para remaja mersa dihargai dan terdorong mengeksplorasikan
alternative-alternatifnya menyangkut masa depan mereka. Pelaksanaan konseling
pada remaja menggunakan pendekatan kelompok. Pertama, bidan perlu menjalin
hubungan komunikasi secara terbuka menerima remaja secara utuh hingga remaja
bisa secara terbuka mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui. Untuk
memperjelas arah dan tujuan proses konseling yang akan dilaksanakan, bidan
memberikan masukan berupa pengetahuan berupa :
1. Perubahan
fisik atau biologis sesuai dengan usia perkembangan remaja putra dan putri
2. Perubahan
emosi dan perilaku pada usia remaja
3. Proses
kehamilan yang mungkin dapat terjadi pada usia remaja dan dampaknya
4. Penyalahgunan
obat dan bahan yang berbahaya, termasuk dalam kelompok narkoba
5. Kenakalan
remaja
Proses konseling pada dasarnya
tidak cukup dengan satu kali pertemuan, kemungkinan akan berlanjut pada
pertemuan berikutnya. Setiap akhir pertemuan hendaknya diupayakan untuk dapat
membuat kesepakatan pertemuan berikutnya yang berfungsi untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan pilihan jalan keluar klien. Masalah lain yang sering
dialami oleh remaja adalah kehamilan tanpa ikatan pernikahan, yang dapat menimbulkan
masalah bagi remaja itu sendiri, keluarga, ataupun masalah yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksinya.
Bidan
sebagai konselor melaksanakan konseling terhadap remaja yang bermasalah juga
kepada keluarga sebagai orang tua, bertujuan antara lain:
1.
Mencegah upaya abortus
provokatus
2.
Mendorong ibu (remaja
yang hamil) untuk mencari pelayanan kesehatan
3.
Mempersiapkan kelahiran
bayi secara normal
4.
Mempersiapkan ibu dan
keluarga agar menerima kelahiran bayi
5.
Pada orang tua remaja,
mendorong untuk diresmikannya pernikahan putra putrinya.
C.
Konseling
Pada Calon Ibu atau Calon Orang Tua
Konseling pada calon ibu atau calon
orang tua membantu pemahaman diri menjadi orang tua, baik sebagai ayah maupun
sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan perkembangan terjadi
secara alami. Tetapi ketika masuk pada transisi, terjadi gejolak yang dialami oleh
individu walaupun sifatnya hanya sementara. Salah satu peran ketika mengahadapi
klie adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling kebidanan berkaitan
dengan masalah yang dihadapi keluarga.
Masalah yang dihadapi keluarga
meliputi :
1. Kesehatan anggota
keluarga
Meliputi kondisi kesehatan
ayah/suami, ibu/istri, dan anak.
2. Pendidikan
Pendidikan formal dan non formal bagi anggota keluarga. Latar belakang
pendidikan ayah dan ibu sangat berpegaruh terhadap pola pikir keluarga dalam
penentuan pendidikan pada anaknya.
3. Hubungan antar dan
inter keluarga
Sangat berpengaruh terhadap
kehidupan keluarga, terutama hubungan ibu dan ayah yang biasanya menjadi model
bagi anak-anaknya. Hal ini menjadi pola perilaku anak di masyarakat di luar
keluarga. Hubungan keluarga menjadi kurang harmonis karena ketidaksamaan
pandangan.
4. Psikososial
Masalah psikososial biasanya
terjadi akibat belum terciptanya adaptasi di masyarakat, terutama sterhadap
norma dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat.
D. Konseling
Masa Antenatal atau Konseling Pada Ibu Hamil
Konseling yang diberikan oleh bidan
pada tri mester pertama dan kedua adalah pemberian informasi tentang perubahan
yang terjadi pada perkembangan janin sesuai usia kehamilan, serta perubahan
yang terjadi pada ibu sendiri dan pencegahannya. Konseling pada trimester
ketiga berfokus pada intervensi yang diberikan pada klien adalah keadaan janin
dalam rahim, posisi janin yang berkaitan dengan letak janin, persiapan
persalinan baik yang normal maupun abnormal.
Konseling pada masa antenatal
pertama ditujukan pada ibu dengan kehamilan pertama :
1.
Trimester 1
a.
Perubahan fisik
Perubahan fisik yang dialami pada
masa antenatal trimester pertama adalah :
1) Mual yang dapat
disertai muntah
2) Hidung tersumbat dan
epistaksis terjadi disebabkan edema masal akibat kenaikan kadar estrogen
3) Sering berkemih yang
disebabkan uterus yang bertambah besar yang menekan kandung kemih
4) Nyeri tekan pada
payudara
5) Hiperpalisipasi
6) Leukorea
7) Sakit kepala karena
tekanan emosi, ketegangan mata, pembengkakan vaskuler dan kongesti sinus akibat
stimulasi hormonal
b.
Perubahan psikologis
Perubahan pada ibu hamil bukan
merupakan gangguan psikologis atau kejiwaan, tetapi merupakan bentuk perubahan
fisiologis pada ibu hamil. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan fisik.
Kecenderungan ibu hamil pada trimester pertama merasakan ketidaknyamanan,
perasaan ingin marah, tidak menentu yang tidak diketahui penyebabnya.
2.
Trimester II
a.
Perubahan fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada
trimester II antara lain :
1)
Nyeri epigastrium
2)
Edema mata kaki karena
penurunan curah balik pada ektremitas bagian bawah
3)
Varices vena Karena
sirkulasi yang buruk dan melemahnya dinding pembuluh darah
4)
Hemoroid karena tekanan
uterus kehamilan pada spina yang mengganggu sirkulasi vena
5)
Konstipasi
6)
Nyeri punggung dan
seebagainya
b.
Perubahan psikologis
Ibu sudah menerima kehamilannya dan
dapat mulai menggunakan energy dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada
trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya banyak ibu yang merasa
terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama.
3.
Trimester III
Perubahan psikologis
Seorang ibu mulai merasa takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa
khawatir akan keselamatannya.
E.
Konseling Pada Ibu
Melahirkan
Perubahan psikologis ibu melahirkan
1.
Fase laten: pada fase
ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera
berakhir. Namun, pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemasa
dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya dia
ingin berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan dan
menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari bahwa proses ini
wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.
2.
Fase aktif :
Saat kemajuan persalinan sampai
pada fase kecepatan maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi
menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak dapat
mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan menjadi lebih serius. Wanita
tersebut men`ginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut
tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya. Kegiatan konseling pada ibu
melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan konseling
mengatasi ketidaknyamanan berkaitan dengan perubahan fisiologis dan psikologis
selama persalinan, dan kegiatan bimbingan proses melahirka. Tujuan aktifitas
ini untuk kesejahteraan ibu dan proses kelahirannya dapat berjalan dengan
semestinya.
Langkah dalam konseling kebidanan
pada ibu melahirkan:
1.
Menjalin hubungan yang
mengenakkan (rapport) dengan klien bidan menerima klien apa adanya dan
memberikan dorongan verbal yang positif.
2.
Kehadiran
Merupakan bentuk tindakan aktif
keterampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan
perhatian total pada klien. Bidan dalam memberikan pendampingan klien yang
bersalin difokuskan secara fisik dan psikologis.
3.
Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan
memperhatikan keluhan klien.
4.
Sentuhan dalam
pendampingan klien yang bersalin
Sentuhan bidan terhadap klien akan
memberikan rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi. Misalnya : ketika
kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada daerah
pinggang klien. Sehingga pasien akan merasakan nyaman.
5.
Memberikan informasi
tentang kemajuan persalinan
Merupakan upaya untuk memberikan
rasa percaya diri pada klien, bahwa klien dapat menyelesaikan persalinannya.
6.
Memandu persalinan
dengan memandu
Misalnya bidan menganjurkan kepada
klien untuk meneran pada saat his berlangsung.
7.
Mengadakan kontak fisik
dengan klien misalnya : mengelap keringat, mengipasi, memeluk pasien, menggosok
punggung klien.
8.
Memberikan pujian
kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya
Misalnya : bidan mengataakan :
“bagus ibu, pintar sekali menerannya”.
9.
Memberikan ucapan
selamat kepada klien atas skelahiran putranya dan mengatakan ikut berbahagia.
F.
Konseling Pada Ibu
Nifas
Bantuan konseling pada ibu nifas,
meliputi : adaptasi pada masa nifas, teknik menyusui dan perawatan payudara
atau manajemen laktasi. Pemahaman klien terhadap keadaan dirinya perlu
memperoleh bantuan, hal tersebut karena klien masih dalam keadaan lelah akibat
persalinan, adanya perasaan nyeri setelah bersalin, engorgement, proses involusi, proses lochea, laktasi. Pelaksanaan
asuhan kebidanan dengan rawat gabung (rooming in) yang artinya pelaksanaan
rawat gabung ibu dan bayinya. Dalam keadaan tersebut, ibu diajak untuk mulai
memperhatikan bayinya dan mulai melakukan kedekatan antar ibu dan bayinya.
Dalam proses konseling, bidan sebagai konselor harus mampu mendengarkan
klien dan melaksanakan bimbingan dan
pelatihan kepada ibu dalam rangka memandirikan ibu dalam rangka merawat dan
memenuhi kebutuhan bayinya. Bidan memeriksa keadaan fundus uteri dan penuh
kelembutan perabaan serta melakukan komunikasi dengan klien dan menerima segala
keluhan klien. Bidan membimbing klien dalam melaksanakan proses menyusui yang
baik pada proses rawat gabung. Bidan mencotohkan cara memegang bayi dengan
kasih sayang penuh.
G.
Konseling Keluarga
Berencana (KB)
Konseling merupakan aspek yang
sangat penting dalam peelayanan KB. Dengan melakukan konseling, berarti petugas
membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan sesuai dengan pilihannya. Disampng itu dapat membuat klien merasa
lebih puas. Konseling yang baik juga akan membantu klien dlam menggunakan
kontrasepsi yang lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga
dapat mempengaruhi interaksi antara petugas dank lien dengan cara meningkatkan
hubungan dan kepercayaan yang sudah ada. Namun sering kali konseling diabaikan
dan tidak dilaksanakan dengan baik, karena petugas tidak mempunyai waktu dan
mereka tidak mengetahui bahwa dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti
nasihat. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan KB dan bukan hanya informasi yang dibicarakan dan diberikan pada satu
kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan
informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif
sepanjang kunjungan klien dengan cara sesuai dengan budaya yang ada. Pelayanan
KB mencakup pelayanan alat kontasepsi, penanggulangan efek samping, dan
komplikasi alat kontrasepsi. Pada pelayanan tersebut terjadi keterlibatan
secara utuh, baik dari tenaga pelayanan maupun klien yang menjadi sasaran.
Pendekatan pelayanan yang digunakan adalah pendekatan secara medik dan
konseling.
Informasi awal pada saat konseling
KB adalah manfaat KB terhadap kesehatan dan kesejahteraan keluarga, jenis,
metode dan alat kontrasepsi, efek samping dan cara penanggulangannya,
komplikasi dan cara penanggulangannya.
1.
Hal-hal yang dibutuhkan
untuk melakukan konseling KB yang baik terutama bagi calon klien KB baru :
a.
Perlakukan klien yang
baik
Petugas bersikap sabar,
memperlihatkan sikap menghargai setiap klien, dan menciptakan suasana asa
percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal
termasuk dalam masalah pribadi sekalipun.
b.
Interaksi antar petugas
dan klien
c.
Memberikan informasi
yang baik terhadap klien
d.
Hindari pemberian
informasi yang berlebihan
e.
Tersedianya metode yang
diinginkan klien
f.
Membantu klien untuk
mengerti dan mengngat
2.
Langkah-langkah
konseling KB (SATU TUJU)
Dalam memberikan konseling
khususnya bagi calon klien baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tidak perl dilakukan
secara beurutan karena petugas harus meyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.
Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah yang lainnya.
Kata kunci SATU TUJU adalah :
SA : berikan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
T : Tanyakan
kepada klien informasi tentang dirinya.
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
TU : bantulah klien menentukan pilihannya.
J : jelaskan secara lengkap bagaimana
menggnakan kontrasepsi pilihannya.
U : perlunya dilakukan kunjungan ulang.
Gallen dan Leitenmaier (1987)
memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB
untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan
singkatan dari :
G – Greet
Memberikan salam, memperkenalkan
diri dan membuka komunikasi.
A – Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau keluhan
atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan
memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T – Tell
Beritahu bahwa persoalan pokok yang
dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi
dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
H – Help
Bantu pasien untuk memahami masalah
utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang
dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari
masing-masing cara tersebut.
E – Explain
Jelaskan bahwa cara yang terpilih
telah diberikan/dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin bisa segera
terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang
diharapkan.
R – Refer atau Return visit
Rujuk atau fasilitas ini tidak
dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau atau buat jadwal kunjungan ulang
apabila pelayanan terpilih telah memberikan perhatian
3.
Faktor Pelaksanaan
Konseling
a.
Faktor utama
1)
Menyampaikan informasi
yang jelas, tepat dan benar.
Maka dalam membekali berbagai
pengetahuan tentang kontrasepsi, bidan harus memperhatikan hal berikut :
a)
Singkat, memilih
informasi yang paling penting dan menekankan hal-hal yang perlu diingat
b)
Terorganisasi,
informasi dikelompokkan dengan kategori tertentu agar mudah diingat oleh pasien
c)
Yang pertama adalah
yang utama
d)
Sederhana, menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami
e)
Spesifik dan konkret
2)
Menunjukkan bahwa bidan
memberikan perhatian dan respect.
Bidan memperlihatkan perhatian
kepada kliennya cara memberikan perhatian berupa memahami dan menerim pendapat,
perasaan dan kebutuhan klien.
b.
Faktor penunjang
konseling
1)
Ruang konseling
2)
Alat kounikasi,
informasi dan edukasi (KIE)
3)
Suasana konseling
4)
Hubungan rapport
5)
Sikap konselor
6)
Penampilan konselor
H.
Konseling Pada
Menopause
Wanita yang mengalami menopause
dini memiliki gejala yang sama dengan menopause pada umumnya seperti hotflashes perasaan hangat diseluruh
tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala), gangguan emosi, kekeringan
pada vagina, dan menurunya keinginan berhubungan seksual.
Gejala menopause dan perimenopause
1.
Gejala jangka pendek :
vaso motorik: hotflashes, gangguan
tidur, palpitasi, sakit kepala. Perubahan psikis atau gejala psikologis steroid
seks sangat berperan terhadap fungsi susunan syaraf pusat, suasana hati, fungsi
kognitif dan sensorik seseorang. Peruba han ini berdampak pada perubahan psikis
yang berat dan fungsi kognitif. Kurangnya aliran darah ke otak, menyebabkan
sulit berkonsentrasi, dan mudah lupa. Akibat kekurangan estrogen pada wanita
menopause mudah timbul keluhan tersinggung dan merasa ertekan. Kejadian depresi
ini juga dijumpai pada laki-laki. Stress social juga dapat mempengaruhi
perasaan sejahtera seorang wanita disekitar masa menopause dan mungkin
berhubungan dengan kejadian-kejadian:
a.
Kematian atau sakitnya
orang tua
b.
Perpisahan atau ketidak
harmonisan perkawinan
c.
Kurangnya kepuasan pada
pekerjaan
d.
Penambahan berat badan
dan kegemukan
e.
Anak reaja yang ‘sulit
‘ emptiness Syndrom’ sering dikutip
dalam kontek ini, tetapi anak beranjak dewasa yang tetap berada dilingkungan
keluarga lebih sering menimbulkan masalah.
Kepribadian,
faktor budaya dan sikap terhadap menopause jelas mempengaruhi insiden gejala
psikologis pada masa klimakterik.
2.
Gejala menengah berupa
: penurunan keinginan berhubugan seksual, kekeringan pada vagina urogenital,
ovarium, uterus, servik, vulva, organ lain : rambut, kulit, mulut dan hidung,
mata, otot dan sendi, saluran pernafasan, payudara.
3.
Gejala jangka panjang:
osteoporosis, penyakit cardiovascular.
Pelaksanaan konseling:
Jika kita membantu seorang lansia
untuk mengeksplorasikan sikap dan keyakinannya menyangkut proses penuaan, dia tidak
akan merasa terkekang oleh sikap dan keyakinan yang negatif. Respon
masing-masing orang dalam menghadapi masa lansia berkaitan dengan keluhan dan
perubahan yang dialaminya berbeda-beda antara orang yang satu dan yang lainnya.
Sehingga perbedaan itulah yang harus mendapatka perhatian :
a.
Mendiskusikan tentang
perubahan-perubahan dan gejala-gejala yang umum terjadi pada masa menopause
dengan teknik konseling dan pendekatan yang bisa diterima mereka, sehingga akan
muncul sikap positif dan menerima perubahannya sebagai proses fisiologis.
b.
Kita perlu mengetahui
bahwa banyak lansia merasa sedih dan kecewa tatkala mereka mersa tidak mampu
lagi melakukan aktifitas-aktifitas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah
dan cepat. Untuk membantunya, kta perlu memberikan kesempatan berbicara tentang
penurunan kemampuan, menvalidasi apa yangmereka sampaikan, dan bersama-sama
menemukan solusi untuk mengurangi kecemasannya.
c.
Membantu agar lansia
merasa nyaman terhadap dirinya sendiri dan apa yang masih dapat mereka lakukan.
Kita perlu memberikan dukungan ketika mereka mempelajari hal-hal baru untuk
berhasil mensikap fase kehidupan baru.
d.
Mengenang masa lalu
membantu lansia memelihara perasaan kontinuitas antara masa lampau dan masa
kini.