Wednesday, May 16, 2012

PEMERIKSAAN FISIK BBL (Neonatal Physical Examination)



Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa ya nge-Klik Iklan nya.....
Terima kasih :)

Pengkajian ini dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran, misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia berat dan lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan apakah seorang bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatan. Pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir dan pada waktu akan pulang dari rumah sakit. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi. Pemeriksan dilakukan sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh stabil dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas atau resisutasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat, dan bayi ditempatkan ditempat yang hangat. Pemeriksaan fisik pada bayi dan balita dilakukan untuk memperoleh data status kesehatan anak dan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis dan untuk menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera ( Observasi K.U bayi dan cegah terjadinya hipotermi). Cara pemeriksaan bayi dan balita pada umumnya sama dengan pemeriksaan pada orang dewasa, yaitu inspeksi, palpasi (periksa raba), perkusi (periksa ketuk), dan auskultasi (periksa dengar dengan menggunakan stetoskop), observasi (pengamatan secara seksama).
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, dan tidak harus dengan urutan tertentu.
1)             Inspeksi merupakan proses pengamatan atau obserfasi untuk mendeteksi masalah kesehatan pada bayi dan balita
2)             Palpasi merupakan pemeriksaan dengan indera peraba, yaitu tangan, untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas.
3)             Perkusi merupakan pemriksaan dengan melakukan pengetukan yang menggunakan ujung-ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh, dan menentukan energy cairan dalam organ tubuh.
4)             Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh melalui stetoskop.


v  Tujuan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Ø  Untuk mendeteksi kelainan-kelainan.
Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan dan menegakkan diagnosa untuk persalinan yang beresiko tinggi. Pemeriksaan hatrus difokuskan pada anomali kegenital dan masalah-masalah patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan metabolik normal pada kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci dan dilakukan dalam 24 jam setelah bayi lahir.

Ø  Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan pada keluarga.
Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada bayinya.
Petunjuk
  Baca dan pelajari lembaran kerja yang tersedia.
  Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum tindakan dimulai.
  Ikutilah petunjuk instruktur.
  Kerjakan semua langkah secara berurutan.
  Tanyakan pada instruktur bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti.

Keselamatan Kerja
  Sebelum melakukan tindakan pastikan semua alat yang digunakan dalam keadaan siap pakai.
  Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya, letakkan peralatan pada tempat yang mudah terjangkau.
  Pusatkan perhatian pada pekerjaan serta keselamatan bayi
  Lakukan tindakan dengan tetap memperhatikan prinsip aseptik dan antiseptik
  Perhatikan langkah demi langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir dengan benar
  Selama melakukan tindakan harus memperhatikan keadaan bayi.
  Lakukan semua prosedur tindakan secara hati-hati.

Sebelum kita melakukan pemeriksan fisik pada bayi, jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan. Apabila orang tua sudah memberikan izin selanjutnya kita bisa mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam tindakan. Kemudian kita cuci tangan dan keringkan, pakai sarung tangan dan pastikan pencahayaan baik. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.

Bahan :
  Bayi/Phantoom bayi

Peralatan :
  Meja periksa yang sudah diberi alas (kain/perlak)
  Lampu penghangat
  Meja troli
  Timbangan bayi
  Jangka pengukur panjang badan bayi
  Baki peralatan yang sudah diberi alas
  Bak steril berisi sarung tangan bersih/steril
  Stetoscope
  Termometer
  Pita ukur
  Penunjuk waktu/jam
  Kom berisi kassa steril
  Kom berisi kapas cebok
  Kom berisi air DTT
  Bengkok/neirbekken
  Waskom berisi larutan klorin 0,5%
  Tempat sampah basah
  Tempat sampah kering
  Sabun cuci tangan
  Handuk
  Tempat cuci tangan (air mengalir)
  Pakaian bayi lengkap (baju, popok, topi, kain flanel)

Persiapan
  Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan serta lingkungan yang mendukung
  Memberikan penjelasan pada ibu mengenai tindakan yang akan dilakukan
  Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dibawah air mengalir hingga bersih kemudian dikeringkan.
  Menggunakan sarung tangan (bila diperlukan)
  Menempatkan bayi pada tempat yang bersih dan hangat.

Keadaan Umum
  Memperhatikan:
Proporsi ukuran kepala, badan dan ekstremitas (simetris/tidak)
Rasionalisasi   : untuk menilai apakah secara keseluruhan badan seimbang atau tidak serta normal atau tidak
  Tonus otot (aktif/tidak)
Rasionalisasi   : Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lanjut.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai adanya letargi, yakni penurunan kesadaran yang dimana bayi dapat bangun lagi dengan  sedikit kesulitan, ada tidaknya layuh seperti tonus otot lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan tidak sadar (tidur yang dalam, tidak merespons terhadap rangsangan). Dalam keadaan normal, pemeriksaan ini dilakukan pada tingkat kesadaran mulai dari diam hingga sadar penuh dan bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.

  Warna kulit (merah/pucat/kuning/sianosis)
Rasionalisasi : Bayi semestinya memiliki warna kulit yang normal beberapa jam setelah lahir. Untuk mendeteksi apakah ada kelainan pada bayi seperti: jika kulit bayi terlihat kekuningan  kurang dari 24 jam setelah lahir bisa jadi dia terkena penyakit kuning atau infeksi.

  Tangisan bayi (normal/merintih/melengking)
Rasionalisasi   : tangisan bayi yang merintih dan melengking merupakan bahwa bayi sedang dalam kesakitan.
Begitu lahir, bayi harus menangis. Ini merupakan reaksi pertama yang bisa dilakukan. Dengan menangis, otomatis paru-parunya berfungsi. Paru-paru akan membuka dan mengisap oksigen. Selain itu, menangis juga sebagai reaksi dari perubahan yang dialami oleh bayi. Ketika di kandungan, ia merasakan kehangatan dan kenyamanan; ia merasa terlindungi. Suasana di rahim pun gelap. Sementara begitu lahir, ia merasakan udara luar yang dingin dan ada cahaya terang. Perubahan ini disikapinya dengan menangis.
Oleh sebab itu, jika setelah lahir bayi tidak menangis, berarti tidak normal. Biasanya, ia mengalami asfiksia, yaitu kurang masukan oksigen ke dalam tubuhnya. Bahayanya, otak pun akan kekurangan oksigen hingga dapat merusak otak. Kejadian ini biasanya berkaitan dengan keadaan sejak di kandungan. Maka itu, bila ada sesuatu dengan kandungan ibu yang bermasalah, harus segera mendapat penanganan yang adekuat dan benar dari ahlinya. Ini untuk menghindari, salah satunya kejadian bayi tidak menangis.
Ketika bayi menangis, anggota geraknya pun ikut aktif. Tangisan bayi yang sehat bila suaranya keras, bukan merintih atau melengking. Jika suara tangisannya merintih atau melengking, pertanda ada sesuatu pada si bayi atau ia sakit.
Menangis pada bayi juga merupakan ungkapan ekspresinya. Bayi akan menangis lantaran minta perhatian, lapar, basah popoknya karena BAB/BAK, atau lainnya. Jadi, bayi menangis tidak selalu berarti lapar.

  Ada/tidaknya anomali kongenital mayor
Rasionalisasi   : untuk memeriksa adanya kelainan atau tidak
·         Kajian Postur dan Gerakan
Rasionalisasi : untuk menilai adanya hiperekstensi tubuh yang berlebihan, dan untuk melihat apakah ada kejang atau tidak.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya opistotonus atau hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, sedangkan tubuh melengkung ke depan, adanya kejang atau spasme dan tremor. Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat, kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semi flexi. Kemudian pada bayi berat kurang dari 2500 gr atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu, ekstremitas dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi yang terletak sungsang dalam kandungan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul/lutut atau sendi lutut mengalami ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut. Kemudian gerakan ekstremitas bayi harusnya spontan dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh, dan bayi normal dapat sedikit gemetar.


Tanda-tanda vital bayi
  Melakukan perhitungan dan pengukuran:
  Laju napas (normal: 40-60 x/menit) periksa apakah ada tarikan dinding dada.
Rasionalisasi :  untuk menilai adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, serta untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Pemeriksaan pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernapasan.
Waktu ideal untuk mendapatkan pengukuran yang paling akurat adalah selama tidur. Pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit.

  Laju jantung (normal: 120-160 x/menit)
Rasionalisasi : untuk menentukan apakah beyi mengalami gangguan pada jantung atau tidak.
Pemeriksaan ini dilakukan apakah bayi mengalami gangguan sehingga jantung dalam keadaan tidak normal. Beberapa gangguan  tersebut antara lain, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan atau gangguan nafas. Denyut jantung dikatakan normal apabila frekuensi denyut jantungnya antara 100-160 kali per menit. Bayi dinyatakan masih dalam keadaan normal apabila frekuensi denyut jantungnya  di atas 60 kali per menit dalam rangka waktu yang relatif pendek. Hal ini terjadi beberapa kali per hari selama hari pertama jika bayi mengalami distress. Berikut ini merupakan macam-macam kelainan jantung:
         Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri dan kanan)
         Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya)
         Stenosis katup aorta atau pulmonalis
         Koartasio aorta (penyempitan aorta)
         Transposisi arteri besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)
         Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk sempurna)
         Tetralogi Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi arteri besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan obat kemoterapi).
Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama hamil.

Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan, infeksi saat kehamilan, dan keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan pembentukan jantung. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak diketahui penyebabnya.

Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dimulai pada minggu ketiga pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan berkembang sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim dengan menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi, oksigen, dan pembuangan sisa metabolisme.

Kelainan jantung bawaan umumnya dapat ditoleransi selama janin masih berada di dalam rahim. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan aliran darah (shunting) melalui duktus arteriosus dan foramen ovale yang merupakan bypass dari aliran darah dan membantu sirkulasi janin. Masalah umumnya baru terjadi saat bayi dilahirkan karena pada saat lahir, shunt janin tertutup dan terjadilah gejala klinis dari kelainan jantung bawaan tersebut.

  Suhu (normal: 36,5-37,50C)
Rasionalisasi : untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh bayi, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah, dan untuk mengetahui adanya  hipotermi atau hipertermi pada bayi tersebut.
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah panas di permukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam dan organ tubuh.
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.
Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat.
Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).
Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciritemperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitassistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panaslingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalupanas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengansumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
         Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
         Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
         Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlahurine berkurang

Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus. Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi melalui berbagai proses, diantaranya ;
         Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnetik.
         Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara daerah yang kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada udara dingin yang bergerak atau pada air kolam renang.
         Evaporasi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap.
         Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain dengan kontak langsung tanpa gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan yang dingin dan lain – lain.


Pemeriksaan antropometri
  Melakukan penimbangan dan pengukuran:
  Berat badan (normal: 2500 – 3800 gram)
Rasionalisasi : untuk mendeteksi apakah berat badan lahir rendah atau malah berat badan lahir lebih.
Timbanglah berat badan bayi tanpa pakaian secara rutin. Pada pasien yang variasi berat badannya walaupun kecil, tetapi penting, penggunaan skala yang sama secara konsisten akan sangat nmembantu terutama pada waktu yang sama tiap harinya. Caranya letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi.berat badan, dimana berat badan normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam kelompok makrosomia.

Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram. Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar / giant baby. Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :
1.      Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya organ dalam, mukanya sembab dan kemerahan (plethonic) seperti bayi yang sedang mendapatkortikosteroid. Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis surfakton.
2.      Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi giant). Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar.

  Panjang badan (normal: 45 – 50 cm)
Rasionalisasi : untuk menilai panjang badan bayi apakah normal atau tidak.
Ukuran panjang bayi yang diletakan di atas meja (tempat yang datar). Tahan kepala atau kaki bayi agar sejajar dengan papan yang tidak bergerak, luruskan kaki bayi, dan sentuhkan papan bergerak ke ujung lain (kepala atau kaki, bergantung pada bagian yang ditahan). Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur. Panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm.

  Lingkar kepala (33-38 cm)
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi. Pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar dari 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.

  Melepaskan pakaian bayi dan selimuti dengan kain, tutupi kepala bayi dengan topi

Kepala
  Memeriksa kontur tulang tengkorak dan merasakan untuk ubun-ubun dan sutura (normal: teraba berdenyut, tidak ada molase)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada trauma akibat jalan lahir atau tidak.
Pemeriksaan kepala dilakukan dengan cara inspeksi di sekitar daerah kepala dan wajah, selanjutnya lakukan penilaian diantaranya :
-       Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya Lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung.
-       Asimetri atau tidaknya maulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir
-       Ada tidaknya caput succedanium,  yaitu edema pada kulit kepala, lunak atau tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas sert menyebrangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari.
-       Ada tidaknya cephal haematum , yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum . Cirinya konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas  pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura dan apabila menyebrangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
-       Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris, sering diraba  terjadi fluktuasi dan edema.
-       Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
  Memeriksa adanya penonjolan (Ada atau tidaknya Caput Succedaneum / Cephal Hematoma)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa adanya cedera akibat persalinan atau tidak .
Caput succedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. (Sarwono, 2002).
Caput succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua hari. 
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi.
Cephalhematoma adalah perdarahan superfisial akibat kerusakan jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir dan tidak melampaui batas garis tengah.
Cephalhematoma adalah pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum.
Cephalhematoma dapat terjadi karena :
1.      Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebab kan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

2.      Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.

3.      Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
(Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)

Kepala Janin Dan Ukuran-Ukurannya.
Bagian yang paling keras dan besar dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala juga sering mengalami cedera, sehingga dapat membahayakan hidup.
Tengkorak bayi mungkin bertumpangan (molded) terutama bila bayi adalah anak pertama dan kepala telah berfiksasi beberapa waktu. Tulang parietal cenderung menumpangi tulang oksipital dan frontal. Garis sutura dan ukuran serta tekanan kontanela anterior dan posterior harus ditentukan secara digital.

Kepala janin terdiri dari:
a. Bagian muka
- Tulang hidung (os nasake)
- Tulang pipi (oszygomaticum) ada dua buah.
- Tulang rahang atas (os maxilare)
- Tulang rahang bawah (os mandibularis)

b. Bagian tengkorak
Bagian ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian tengkoraklah yang paling depan.
Yang membentuk bagian tengkorak adalah:
- Tulang dahi (os frontale) 2 buah.
- Tulang ubun-ubun (os parletal) 2 buah.
- Tulang pelipis (os temporale) 2 buah.
- Tulang belakang kepala (os occipidale) 1 buah.
Yang penting dalam persalinan yaitu 7 tulang tersebut di atas. Diantara tulang-tulang tersebut terdapat sela tengkorak yang disebut sutura, yang mana ini membantu dalam persalinan.

Kalau kepala anak tertekan pada waktu kepala bergeser/bergerak di bawah kedua tulang ubun-ubun, ini salah satu tanda untuk mengenal tulang belakang kepala pada pemeriksan dalam.
Sutura dan ubun-ubun penting diketahui untuk menetukan presentasi/bagian terendah dari kepala anak dalam jalan lahir.

Macam-macam sutura yang kita kenal:
1. Sutura Sagitalis (sela panah) antara kedua ossa parletalis.
2. Sutura Coronaria (sela mahkota) antara os frontale dan os parletal.
3. Sutura Lambdoldea antara os occipitale dan kedua ossa parletal.
4. Sutura Frontalis antara os frontale kiri kanan.

Ubun-ubun besar (fonticulus mayor) merupakan lubang dalam tulang tengkorak yang berbentuk segi empat dan hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat pasa pertemuan antara 4 sutura
1. Sutura Sagitalis 1.
2. Sutura Coronaria 2.
3. Sutura Frontale 1.

Bentuknya:
sudut depan yang runcing menunjukan bagian muka anak.
Susut belakang adalah tumpul.

Ubun-ubun kecil (frontikulus minor)
Ubun-ubun kecil terdiri dari 3 sutura:
- Sutura Lambdoldea 2 buah.
- Sutura Sagitalis 1 buah.
Tulang ubun-ubun ini baru akan tertutup nanti pada anak usia 1,5 – 2 tahun.
Ukuran-ukuran kepala bayi
a. Ukuran muka belakang
1.      Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar 29,5 cm.
2.      Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum ke pangkal hidung) 11 cm.
3.      Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke titik yang terjadi pada belakang kepala. 12 cm.
4.      Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang kepala). 13,5 bertugas.
5.      Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke ubun-ubun besar) 9 cm.

b. Ukuran lingkaran
  1. Circumferentia sub occiput bregmatika. (lingkaran kecil kepala) 31 cm.
  2. Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) 34 cm.
  3. Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala). 35 cm.

Mata
  Letak (simetris/tidak)
Rasionalisasi: untuk memeriksa apakah ada kelainan pada letak mata bayi atau tidak.
  Warna (putih/kuning/perdarahan)
Rasionalisasi : untuk memeriksa konjungtiva, sklera bayi dan apakah ada perdarahan atau tidak serta memastikan adanya kelainan atau tidak.
  Memeriksa adanya tanda-tanda infeksi (panas, bengkak, merah, nyeri) serta eksudat (bersihkan bila ada)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada infeksi pada mata bayi atau tidak.
Inspeksi mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu kooedinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah dengan menggoyangkan kepala-secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kenudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan epicantus melebar, maka kemungkinan anak  mengalami sindrom down.  Pada glaukoma kongenital, dapat terjadi pembesaran dan terjadinya kekeruhan pada korea. Katarak kongenital dapat di deteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan konjungtiva, retina dan lain-lain.


Telinga
  Melakukan pemeriksaan:
  Hubungan dalam letak dengan mata dan kepala
Rasionalisasi   : untuk memeriksa apakah ada kelainan pada letak telinga atau tidak. Jika telinga tidak sejajar dengan mata, maka kemungkinan ini merupakan tanda dari Sindrom Down.
Sindrom Down merupakan sekumpulan kelainan yang terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan kelebihan kromosom nomor 21 pada sel-selnya.
Mereka mengalami keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan jantung.
  Ukuran
Rasionalisasi : Untuk memeriksa apakah ada kelainan pada ukuran telinga bayi atau tidak.
  Bentuk
Rasionalisasi: untuk menilai adanya kelainan bentuk pada telinga bayi.

  Lubang telinga
Rasionalisasi   : untuk memastikan apakah ada lubang telinganya atau tidak.
  Adanya kelainan bawaan
Rasionalisasi   : untuk memeriksa apakah ada makrotia, mikrotia, sintia atau kelainan telinga lainnya.


Hidung dan mulut
  Melakukan pemeriksaan:
  Hidung (simetris/tidak), lubang hidung
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah hidungnya simetris atau tidak ataukah ada kelainan bentuk.
Pemeriksaan hidung dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila bayi bernapas malalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan manunjukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila sekret mukopuluren dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
  Bibir dan langit-langit (simetris/tidak, periksa adanya celah bibir-langit-langit)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada kelainan pada mulut dan bibir atau tidak, seperti adanya bibir sumbing.
Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing) Terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
Celah langit-langit
Bibir sumbing adalah suatu celah diantara bibir bagian atas dengan hidung.
Langit-langit sumbing adalah suatu celah diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung.   
  Gigi dan gusi
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada kelainan pada gigi, gusi atau tidak.
  Lidah (normal/macroglossia/oral trush)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa adanya kelainan pada lidah bayi atau tidak.
Makroglosia adalah bentuk lidah yang tidak normal.Ini adalah pembesaran lidah yang tidak normal.Kelainan ini biasanya bersamaan timbulnya dengan kelainan turunan, sebagai contoh pada kelainan Down's Syndrome.
Makroglosia  ini terjadi karena otot ± ototlidah mengalami pembesaran. Penyebab dari makroglosia karena radang atau infeksi, kebiasaan buruk yaitu menjulurkan lidah,dan adanya penyakit lain.
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap.
  Refleks rooting (menyentuh pipi/bagian ujung bibir bayi dengan jari tangan)
Rasionalisasi: refleks ini dilakukan untuk menilai refleks bayi dalam mencari puting ibu.
  Refleks sucking dan refleks swallowing (dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusu)
Rasionalisasi : untuk menilai refleks menelan bayi.
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya. Refleks ini dilihat apabila bayi sedang menyusu.

Leher
  Memeriksa terhadap adanya:
  Bentuk (simetris/pendek)
Rasionalisasi   : Untuk memeriksa apakah ada kelainan pada leher bayi atau tidak
  Pembengkakan/benjolan
Rasionalisasi :  Untuk memeriksa dan melihat adanya cedera akibat persalinan atau tidak
Pemeriksaan leher ini dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tyroid, hemangioma, dan lain-lain.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi.

Dada
  Melakukan pemeriksaan:
  Bentuk dan kesimetrisan dada (normal/pectus excavatum)
  Payudara (warna puting, simetris/tidak)
Inspeksi  kesimetrisan dari bentuk dan ukuran dada, cek apakah bayi berwarna kemerahan dan tidak sesak napas.
Periksa jantung ; Teliti bagian dada dimana apeks dapat diraba, dan detakan jantung terasa kuat. Mur-mur jantung pada usia ini sangat sering terjadi dan terkait dengan proses transisi sari pola sirkulasi janin ke pola sirkulasi dewasa. Ahli kardiologi yang berpengalamanpun akan merasa kesulitan untuk membedakan mur-mur normal dan abnormal. Namun demikian, ini sangat penting dan bukan untuk membuat cemas para orang tua. Beberapa hari kemudian, banyak mur-mur transisional ini akan menghilang. Umumnya, mur-mur yang lembut, pada pertengahan atau awal sistolik bukan merupakan hal yang signifikan sedangkan mur-mur pansistolik, diastolik, atau sangat nyaring harus menjadi perhatian.


Bahu, lengan dan tangan
  Memeriksa:
  Gerakan (normal/tidak)
Rasionalisasi   : Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lanjut.
  Jari (jumlah, ruas jari, normal/polidaktil/sindaktil)
Rasionalisasi   : Untuk memeriksa apakah ada kelainan pada jari bayi atau tidak

  Adanya kelainan bawaan (simean crease)
  Refleks palmar grasp (dinilai dengan meletakkan jari telunjuk pemeriksa ke telapak tangan bayi)

Sistem saraf
  Refleks moro (dinilai dengan mengubah posisi secara tiba-tiba atau memukul meja / tempat tidur).
  Refleks tonic neck ( dinilai dengan memutar kepala dengan cepat kesatu sisi).

Abdomen
  Melakukan pemeriksaan:
  Bentuk (normal/scaphoid/cembung)
Rasionalisasi: untuk memeriksa apakah ada kelainan pada bentuk abdomen bayi atau tidak.
Apabila abdomen cekung kemunginan hernia diafragmatika, abdomen yang kembung mungkin disebabkan perforasi usus biasanya oleh mekonium illeus.
  Umbilikus (tiga pembuluh darah, ada perdarahan/tidak)
Rasionalisasi : untuk memastikan apakah pada umbilikus bayi terdiri dari tiga pembuluh darah. Dan memastikan tidak ada perdarahan atau infeksi pada umbilikus.
  Penonjolan tali pusat pada saat menangis (hernia umbilikalis)
Pada bayi laki-laki dan perempuan hernia umbilikus terjadi bila penutupan umbilikus (bekas tali pusar) tidak sempurna. Seharusnya, bila penutupan membuat umbilikalis tetap terbuka. Bila hal ini terjadi, tentu akan menyisakan lubang sehingga usus bisa keluar masuk ke daerah tersebut.
  Tonjolan (omphalocele/gastroschisis)
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit dapat di duga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm dibawah arkus kosta kanan, limpa teraba 1cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antarara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol).


Alat genital laki-laki
Periksa apakah organ genitalia menunjukan dengan jelas laki-laki atau perempuan. Jika meragukan, jangan menuliskan jenis kelaminnya. Jika laki-laki periksa apakah kedua testis berada di dalam skrotum dan meatus uretra berada pada tempat yang seharusnya.
  Memeriksa:
  Testis berada dalam skrotum/tidak (undescensus testis)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah testis sudah berada dalam skrotum atau belum.

  Panjang penis
  Lubang penis (normal/hipospadia/epispadia)
  Adanya kelainan bawaan (hidrokele/phimosis)

Alat genital perempuan
  Memeriksa:
  Labia mayora dan labia minora
  Klitoris
  Lubang vagina
  Selaput dara
  Sekret (bersihkan bila ada)

Kaki
  Memeriksa:
  Gerakan (normal/tidak)
  Jari (jumlah, normal/polidaktil/sindaktil)
Rasionalisasi   : Untuk memeriksa apakah ada kelainan pada jari bayi atau tidak

Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila jumlah jarinya enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili. Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran.
Penyebabnya bisa karena kelainan genetika atau faktor keturunan, sehingga kelainan ini tidak dapat dilakukan pencegahan. Bentuknya bisa berupa gumpalan daging, jaringan lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi, umumnya hanya berupa tonjolan daging kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar ibu jari atau jari kelingking. Kelebihan jari pada sisi ibu jari lebih banyak daripada sisi jari kelingking.
Sindaktili yakni kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa. Inilah yang harus dilakukan
Sindaktili merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers). Dalam keadaan normal, ada sejumlah gen yang membawa “perintah” kepada deretan sel di antara dua jari untuk mati, sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah sempurna. Pada kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari tetap menyatu dan tidak terpisah menjadi lima jari.
Jari yang sering mengalami pelekatan adalah jari telunjuk dengan jari tengah, jari tengah dengan jari manis, atau ketiganya. Sindaktili terjadi pada 1 dari 2.500 kelahiran. Lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan.
Penyebabnya kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di dalam rahim yang menyebabkan posisi janin tidak normal, cairan amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan. Apabila penyebabnya akibat kelainan genetika, maka tidak dapat dilakukan pencegahan. Kemungkinannya dapat diperkecil bila penyebabnya adalah obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama hamil.
  Adanya kelainan bawaan (talipes equinovarus)
Rasionalisasi : untuk memeriksa adanya kelainan bawaan
  Refleks plantar (dinilai dengan meletakkan jempol pemeriksa di bagian dampal kaki bayi)
  Refleks babinski (dinilai dengan menggores secara lembut bagian terluar telapak kaki bayi dari arah atas ke arah bawah)

Punggung dan anus
  Memeriksa adanya:
  Pembengkakan atau cekungan (skoliosis)
Rasionalisasi : untuk memeriksa apakah ada kelainan bentuk tulang belakang atau tidak.

  Adanya kelainan bawaan (meningokel, mielokel)
Rasionalisasi : Untuk memeriksa adanya kelainan bawaan pada bagian punggung bayi.
Meningokel adalah penonjolan meninges (selaput otak) melalui defek tulang ( spina bifida). Meningokel membentuk sebuah kista yang diisi oleh cairan serebrospinal. penyebab terjadinya meningokel dan ensephalokel adalah karena adanya defek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya terletak di garis tengah.
Meningomiokel

Risiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.

Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau dibagian bawahnya.
Mielokel adalah kondisi yang menyertai spina bifida saat perkembangan medula spinalis telah berhenti, dan saluran pusat medula terbuka ke permukaan kulit dan mengeluarkan CSS.
  Anus (lubang, ukuran, posisi)
Rasionalisasi : untuk melihat adanya anus atau tidak, menelusuru saluran anus yang normal atau tidak. Adakah saluran anus yang rutenya menuju genitalia.

Pemeriksaan anus ini  dilakukan untuk melihat adanya anus atau tidak, menelusuru saluran anus yang normal atau tidak. Adakah saluran anus yang rutenya menuju genitalia.

  Fistula rectovaginal
  Refleks galant’s (dinilai dengan menggores punggung bayi sepanjang sisi tulang belakang dari bahu sampai bokong).


Kulit
  Melakukan pemeriksaan:
         Vernix caseosa : pasta seperti keju yang terdapat di kepala bayi
Rasionalisasi   : untuk memeriksa adanya vernix caseosea pada kulit kepala bayi atau tidak, dan untuk memastikan bahwa vernix caseosa itu tetap terjaga dan jangan dibersihkan, karena bisa mencegah bayi dari hipotermia.
         Lanugo : rambut halus di seluruh tubuh
         Warna kulit (normal/pucat/kuning/sianosis)
Rasionalisasi : untuk memeriksa adanya kelainan pada bayi dengan melihat dari warna kulitnya.
·         Normal            : kulit kemerahan dilapisi oleh verniks kaseosa yang melindungi kulit bayi terdiri dari campuran air dan minyak,terdapat lanugo
·         Pucat               : anemia, renjatan
Anemia adalah salah satu gangguan darah yang sering terjadi yang muncul saat jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu sedikit. Hal ini dapat menjadi masalah karena sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan beragam komplikasi termasuk gangguan organ tubuh. Penyebab anemia pada bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
  Kehilangan darah
  Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
  Gangguan pembentukan sel darah merah
Hilangnya sejumlah besar darah selama proses persalinan bisa terjadi jika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya (abrupsio plasenta) atau jika plasenta terdapat robekan pada tali pusar. Bayi tampak sangat pucat, tekanan darahnya rendah dan sesak nafas.
Anemia pada bayi prematur biasanya disebabkan oleh hilangnya darah (karena pemeriksaan darah berulang untuk keperluan tes laboratorium) dan berkurangnya pembentukan sel darah merah
·         Kuning            : inkombtabilitas antara darah ibu dan bayi,sepsis
Ikterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi saluran empedu, atau infeksi berat yang dapat dilihat pada sklera, membran mukosa, dan abdomen. Bila terdapat pada telapak tangan, kaki, dan muka serta bukan pada sklera kemungkinan akibat memakan wortel dan kentang.
Bila pada area kulit terbuka tidak pada sklera dan membran mukosa menunjukan adanya penyakit ginjal kronis.
Penyakit kuning di kalangan bayi yang baru lahir merupakan warna kuning pada kulit dan sklera. Penyakit kuning yang kelihatan dialami oleh sepertiga sampai separuh dari bayi normal yang baru lahir. Hal ini biasanya tidak menimbulkan masalah dan pada umumnya semakin pudar menjelang akhir minggu pertama setelah lahir. Jika penyakit kuning tidak pudar setelah seminggu, atau masih ada setelah dua minggu, maka segeralah periksakan ke petugas kesehatan.
·         Biru     : asfiksia, kelainan jantung
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
         Preeklampsia dan eklampsia
         Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
         Partus lama atau partus macet
         Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
         Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
         Lilitan tali pusat
         Tali pusat pendek
         Simpul tali pusat
         Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
         Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
         Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
         Kelainan bawaan (kongenital)
         Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

·         Perdarahan      : purpura,petechie,ekimosis
·         Edema             :edema pada kulit kepala karena tekanan saat kelahiran
         Adanya kelainan bawaan (hemangioma, mongolian spot)
Rasionalisasi   : untuk memeriksa adanya kelainan bawaan pada kulit bayi
Hemangiomas adalah kumpulan pembuluh darah yang kecil. Strawberry hemangiomas mucul pada permukaan kulit, biasanya pada muka, kulit kepala, punggung, atau dada. Tanda ini bisa berwarna merah atau ungu, bisa datar atau berbentuk tajam.

Tanda ini biasanya muncul beberapa minggu setelah kelahiran. Tanda ini bisa tumbuh dengan cepat pada tahun pertama sebelum surut sekitar umur 9 tahun. Tidak diperlukan penanganan khusus, tetapi apabila diinginkan, obat dan terapi laser terbukti efektif.
Mongolian spots adalah tanda datar yang warnanya tidak terlalu terang dan muncul pada saat lahir. Biasanya ditemukan pada pantat dan punggung bagian bawah, biasanya berwarna biru, tetapi bisa juga hitam kebiru-biruan, atau coklat.
Tanda ini mungkin menyerupai goresan. Mongolian spots lebih sering dijumpai pada bayi berkulit gelap. Tanda ini biasanya hilang setelah usia sekolah tetapi mungkin juga tidak pernah hilang seluruhnya. Tanda ini juga tidak memerlukan penanganan kesehatan.
         Tanda lahir
Rasionalisasi   : Untuk memeriksa apakah ada tanda lahir atau tidak.
Tanda bawaan lahir adalah tanda berwarna di atas atau di bawah kulit yang terlihat pada saat lahir atau beberapa waktu setelah lahir. Beberapa tanda lahir hilang seiring waktu, tetapi ada juga yang bertambah jelas.
Tanda lahir bisa disebabkan oleh kelibihan pigmen di kulit atau pembuluh darah yang tidak tumbuh secara normal. Sebagian besar tanda lahir ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak merugikan. Tetapi pada kasus tertentu, tanda lahir ini bisa menyebabkan komplikasi.
Tanda lahir atau naevus adalah tanda berwarna yang ditemukan pada kulit bayi yang baru lahir. Tanda ini bisa terjadi dalam berbagai warna seperti biru, biru-abu-abu, cokelat, cokelat, hitam, pink, putih, merah dan ungu. Defenisi medis menyebutkan bahwa tanda lahir merupakan kelainan kulit pada anak baru lahir (neonatus) dimana satu atau lebih komponen normal kulit dijumpai dalam jumlah berlebih per unit area ; dapat berupa pembuluh darah, pembuluh limfa, sel pigmen, folikel rambut, kelenjar keringat, epidermis, kolagen, elastin atau komponen kulit lainnya. Disamping itu, istilah nevus yang sering disamakan dengan tahi lalat juga sering digolongkan sebagai tanda lahir.

Penyebab Tanda Lahir   
Penyebab tanda lahir belum terbukti oleh ilmu pengetahuan. Banyak ahli berpendapat bahwa tanda lahir diwarisi dari orang tua atau anggota keluarga lainnya. Alasan lain yang diberikan adalah karena pertumbuhan pembuluh darah yang berlebihan. Tetapi ada juga tentang cerita rakyat dan mitos yang terkait dengan tanda lahir tetapi tidak satupun dari mereka telah terbukti untuk menjelaskan penyebab tanda lahir. Beberapa mitos yang tanda lahir disebabkan ketika wanita hamil melihat sesuatu yang aneh atau dia mengalami banyak ketakutan. Terjadinya tanda lahir lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada laki-laki.

Jenis-jenis tanda lahir
1.      Hemangioma
Hemangioma adalah sekelompok pembuluh darah yang tidak ikut aktif dalam peredaran darah umum dan ia muncul di permukaan kulit. Meski bisa tumbuh membesar, hemangioma bukanlah tumor. Tanda lahir ini dapat membesar dua kali ukuran semula, tetapi setelah itu ukurannya akan stabil, lalu warnanya menipis (tampak lebih muda), akhirnya menghilang dengan sendirinya. Tanda lahir ini lebih sering muncul pada anak perempuan dibanding dengan anak laki-laki dan umumnya muncul pada ras kaukasia. Kelainan pembuluh darah yang tidak berbahaya ini umumnya hanya timbul di satu tempat, seperti di wilayah leher atau kepala. Namun pada beberapa kasus (yang jarang terjadi) dapat pula timbul di beberapa bagian tubuh sekaligus.

Hemangioma sendiri dikenal dalam berbagai bentuk:
Strawberry Hemangioma
Tanda lahir yang tampak di permukaan kulit ini memiliki aneka bentuk. Ada yang berukuran kecil mirip buah ceri atau stroberi sehingga akrab disebut cherry angioma, ada juga yang berukuran lebih kecil sekecil titik dan lebih besar hingga seukuran alas gelas. Warnanya merah cerah, menonjol serta lunak dan umumnya muncul di minggu pertama pascalahir. Tanda stroberi ini awalnya memang akan membesar, tapi akhirnya akan memudar menjadi keabu-abuan hingga hilang sama sekali ketika anak memasuki usia sekolah.
Tanda lahir yang begitu umum ini (kemungkinan 1 dari 10 bayi memilikinya) biasanya akan dibiarkan saja oleh dokter. Tindakan koreksi hanya diperlukan bila hemangioma sudah mengganggu—seperti mengganggu fungsi mulut dan pencernaan atau mengganggu keindahan penampilan—yakni dengan obat-obatan yang disuntikkan atau dengan laser bahkan bila diperlukan lewat bedah plastik jika meninggalkan jaringan parut. Mengenai kapan tindakan itu bisa dilakukan amat tergantung pada kasus karena perkembangan hemangioma pada setiap bayi tidak sama. Ada yang setahun sudah membesar, tapi ada juga yang malah tidak membesar. Hal lain yang perlu diketahui, tanda lahir ini dapat mengalami perdarahan bila tergores atau terbentur. Namun ini tak perlu dikhawatirkan. Untuk menghentikannya, tekanlah dengan kasa steril bagian yang berdarah tersebut.
Cavernous Hemangioma
http://www.kafebalita.com/content/files/misc/Cavernous_Hemangioma-edit.jpg
Tanda lahir yang kerap muncul bersama strawberry hemangioma ini terbentuk dari pembuluh darah yang lebih besar dan lebih matang, serta menyangkut lapisan kulit yang lebih dalam. Ada yang tampak rata, ada juga yang menonjol, berwarna kebiruan atau merah kebiruan, dengan pinggiran yang kurang nyata dibandingkan jenis stroberi. Tanda lahir jenis ini bisa tampak sejak lahir dan akan menghilang ketika memasuki masa pubertas, tanpa meninggalkan bekas. Bila dirasa mengganggu, cara pengobatan dan terapinya sama dengan strawberry hemangioma.
Salmon Patches
http://www.kafebalita.com/content/files/misc/Salmon_Patches-edit.jpg
Bentuknya berupa bercak berwarna merah muda yang tidak menonjol pada permukaan kulit (biasanya terdapat di wajah di antara mata atau di leher). Ketika menangis, tanda lahir ini akan terlihat lebih jelas dan merah. Hemangioma ini tidak berbahaya dan akan menghilang dalam hitungan bulan meski ada yang tahunan. Khusus di bagian leher umumnya bertahan lebih lama.
2.      Mongolian Spots
http://www.kafebalita.com/content/files/misc/Mongolian_Spots-edit.jpg
Tanda lahir yang tergolong normal dan tidak berbahaya ini dialami hampir semua bayi, terutama anak Asia Timur dan turunan kulit hitam (Afrika). Bercak mongol adalah terperangkapnya sel melanosit (pigmen) di bagian belakang tubuh bayi pada saat pembentukan sistem saraf.Bercak ini ada yang berwarna biru, biru hitam, atau abu-abu dengan batas tegas, mirip tanda lebam. Ukurannya bervariasi dari kecil atau dapat pula sangat besar. Umumnya terdapat pada sisi punggung bawah, juga paha belakang, kaki, punggung atas dan bahu. Bercak ini biasanya memudar pada tahun pertama walaupun sering juga menetap hingga dewasa.
3.      Bercak café au lait
Bintik berwarna cokelat muda atau tua seperti kopi susu. Bentuknya tidak teratur, mendatar pada kulit dengan ukuran sekitar 3-5 mm. Lokasinya bisa terdapat di seluruh tubuh. Bila hanya satu bercak, umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Yang patut diwaspadai jika terdapat 5 atau lebih tanda lahir ini dengan diameter lebih dari 5 mm. Segera konsultasikan pada dokter karena kehadirannya bisa menjadi pertanda suatu penyakit genetik.
4.      Nevus congenital
Berupa tahi lalat di kepala atau di bagian badan yang muncul semenjak lahir. Ukurannya paling kecil sekitar 1 cm hingga lebih dari 20 cm. Berwarna kecokelatan sampai hitam dan sebagian ada yang berambut. Bila semakin membesar patut diwaspadai sebagai pertanda awal keganasan. Untuk itu segera konsultasikan pada dokter.
5.      Port wine stain
Ini adalah bentuk umum tanda lahir. Noda biasanya berwarna merah atau warna ungu. Hal ini dapat muncul di wajah, punggung atau dada. Tanda lahir jenis ini disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya pasokan saraf dalam pembuluh darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah melebar dan darah berkumpul di salah satu area yang tidak rata oleh penyebaran pembuluh darah dalam tubuh. Tanda jenis ini bisa menjadi tebal atau sedikit menonjol dan tidak memudar dengan usia. Tanda ini bersifat permanen.
6.      Pigmented Nevi (Moles)
Moles bisa muncul ketika sel dalam kulit tumbuh secara berkelompok dan bukannya menyebar di seluruh kulit. Moles dapat muncul di mana saja dalam tubuh, satu atau berkelompok. Moles biasanya berwarna seperti kulit, coklat, atau hitam. Tanda ini bisa bertambah gelap apabila terkena sinar matahari dan selama masa kehamilan. Warnanya bisa bertambah pudar saat dewasa dan mungkin hilang di usia tua. Sebagian besar moles tidak berbahaya. Tetapi, moles bisa berisiko berubah menjadi kanker kulit. Moles seharusnya diperiksa ke dokter jika:
         Berubah ukuran atau bentuk
         Terlihat berbeda dari moles lainnya.
         Setelah berusia 20 tahun
Yang Perlu Diperhatikan
Bila pada anak terdapat dalam jumlah 5 atau lebih dan berdiameter lebih dari 5 mm bercak ini biasanya berhubungan dengan suatu kelainan sistemik yang dikenal dengan neurofibromatosis Von-Recklinghausen. Pada usia yang lebih besar, bercak multipel berukuran 1-4 cm pada ketiak merupakan tanda diagnostik untuk kelainan ini. Bila dicurigai berhubungan dengan kelainan ini, bercak ini perlu dibuang dengan menggunakan laser dengan teknik Q-switched selama satu hingga beberapa kali terapi.
Dari sebagian jenis-jenis tanda lahir yang disebutkan diatas, memang tak semuanya berpotensi menjadi ganas. Karena itu tetap perlu adanya observasi pada kelainan bentuk yang terjadi meskipun pada kenyataannya tak banyak tanda lahir yang atau terlambat mendapat penanganan tepat. Dengan mencermati kelainan yang muncul sejak pemeriksaan rutin bayi, maka beberapa bentuk tanda lahir yang berbahaya tadi diharapkan bisa dicegah dengan penanganan yang benar.


Konseling
Setelah selesai melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus, selanjutnya seorang bidan membahas dan menginformasikan hasil pemeriksaannya terhadap bayi serta membahas berbagai kekhawatiran orang tua, dan untuk mendapatkan riwayat medis, genetik, dan sosial secara singkat, mencari informasi yang mungkin berhubungan dengan kesehatan dan perkembangan bayi.
Selanjutnya bidan memberikan nasehat yang berkaitan dengan hal-hal seperti bagaimana memberi ASI yang baik, cara menghangatkan bayi, perawatan tali pusat (dengan prinsip pencegahan infeksi), kunjungan ke klinik, untuk melakukan imunisasi, serta awasi tanda-tanda bahaya pada bayi (contohnya berkaitan dengan sulit mengkonsumsi ASI, suhu, nafas, muntah, feses hijau/berlendir, mata bengkak/bereksudat, tangisan, dan konstipasi selama 24 jam).
Memberikan nasehat berkaitan dengan abnormalitas minor yang dapat menimbulkan kekhawatiran orang tua.
Memberikan konseling kepada ibu yang meliputi:
  Senantiasa menjaga kehangatan bayi
         Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC
         Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
         Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air panas)

  Memberikan ASI secara eksklusif
         Berikan asi sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
         Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
         Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.
         Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan

  Merawat tali pusat dengan memperhatikan prinsip pencegahan infeksi
         Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB.
         Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
         Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari.
         Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun setiap hari.
         Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu

  Mengawasi adanya tanda-tanda bahaya pada bayi
         Pernafasan sulit/ > 60x/menit
         Suhu > 38 °C atau < 36,5 °C
         Warna kulit biru/pucat
         Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna hijau tua, ada lendir darah
         Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
         Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
         Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang

Tanda-tanda bahaya
  Pemberian ASI sulit (sulit menghisap atau hisapan lemah)
  Kesulitan bernapas, yaitu pernapasan cepat > 60 x/menit atau < 40 x/menit, dan atau terdapat tarikan dinding dada
  Letargi-bayi terus menerus tidur tanpa bangun
  Warna abnormal kulit/bibir biru (sianosis) atau bayi sangat kuning
  Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia)
  Tangis atau perilaku abnormal atau tidak biasa
  Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak BAB selama 24 jam pertama estela lahir, muntah terus-menerus, perut bengkak dan feses hijau tua atau berdarah/berlendir
  Mata bengkak dan mengeluarkan cairan

Post pemeriksaan fisik
Setelah pemberian asuhan berupa pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, selanjutnya kita memakaikan kembali baju bayi supaya bayi terhindar dari hipotermia, kemudian kita menginformasikan kepada orang tua dari bayi tersebut bahwa asuhan telah selesai dilakukan dan kita mendokumentasikan asuhan yang kita lakukan.


  Memakaikan kembali pakaian bayi dan memberikan bayi kepada ibunya atau menempatkannya didalam box bayi
  Mencelupkan sarung tangan ke klorin dan melepaskannya secara terbalik
  Membereskan peralatan
  Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dibawah air mengalir hingga bersih kemudian dikeringkan
  Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
  Mencatat hasil pemeriksaan di buku pemeriksaan



DAFTAR PUSTAKA
  1. Varney’s Midwifery, Ilmu Kebidanan, 2004
  2. Bobak, L. Jensen, 2005,Buku Ajar Perawatan Maternitas,EGC,Jakarta hal 387-388


No comments:

Post a Comment

Ilmu Kesehatan Masyarakat ( Public Health )

Bagi sebagian orang mungkin banyak yang sudah tidak asing lagi mendengar kata "IKM" atau Ilmu Kesehatan Masyarakat, namun ...