Tuesday, January 31, 2012

Pemeriksaan Fisik pada Bayi dan Balita mencakup Thoraks meliputi Paru-paru dan Jantung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Soadara/sodari YTH.... setiap mengunjungi Blog ini Jangan Lupa ya nge-Klik Iklan nya.....
Terima kasih :)

Peralihan yang berhasil dari janin yang terendam dalam cairan ketuban dan sepenuhnya bergantung pada plasenta (ari-ari) untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan oksigennya, menjadi bayi yang menangis keras dan bernafas menghirup udara, merupakan suatu keajaiban. Bayi baru lahir yang sehat memerlukan perawatan yang baik agar dapat tumbuh secara normal dan sehat.
Segera setelah lahir, dokter atau perawat dengan lembut akan membersihkan lendir dan benda-benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan bayi dengan alat penghisap. Bayi akan segera bernafas sendiri.
Tali pusat dijepit pada dua tempat dan dipotong diantaranya.
Bayi kemudian dikeringkan dan dibaringkan diatas selimut hangat yang steril atau diatas perut ibunya.
Bayi kemudian ditimbang dan diukur panjangnya. Dokter akan memeriksa adanya kelainan yang jelas terlihat, sedangkan pemeriksaan fisik secara lengkap akan dilakukan kemudian.
Kondisi bayi secara keseluruhan dinilai pada menit pertama dan 5 menit setelah kelahiran dengan menggunakan skor Apgar.
Skor Apgar adalah penilaian bayi baru lahir yang didasarkan pada:
- Warna kulit bayi (merah muda atau biru)
- Denyut jantung
- Pernafasan
- Respon bayi
- Ketegangan otot (lemah atau aktif).

Selanjutnya dokter akan menilai kulit, kepala dan wajah, jantung dan paru-paru, sistem saraf, perut dan alat kelamin bayi. Kulit biasanya kemerahan, walaupun jari-jari tangan dan jari-jari kaki nampak agak kebiruan karena sirkulasi darah yang kurang baik dalam jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir.
1.2   Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini untuk mengetahui bagaimana cara melalukan pemeriksaan fisik pada bayi dan anak yang meliputi toraks, paru-paru dan jantung.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalamrekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
2.2 Teknik Pemeriksaan fisik
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
3. Perkusi
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu.

4. Auskultasi
Auskultasi adalah keterampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh.
Auskultasi dilakukan dengan stetoskop .Stetoskop regular tidak mengamplifikasi suara. Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang ke telinga (earpiece), menghilangkan suara gangguan eksternal dan demikian memisahkan dan meneruskan satu suara saja. Stetoskop khusus yang mengamplifikasi suara juga tersedia dengan akuitas suara yang lebih rendah. Yang penting diperhatikan adalah kesesuaian dan kualitas stetoskop. Ujung yang ke telinga harus diletakkan pas ke dalam telinga, dan tabung/pipa tidak boleh lebih panjang dari 12-18 inci


2.3 Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Dan Anak
Pemeriksaan Fisik Toraks Meliputi Paru-Paru dan Jantung
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir dan akan pulang dari rumah sakit. Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.  Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
            Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
1.      Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjangdibawah lampu terang sehingga tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2.      Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru-paru, jantung dan abdomen.
3.      Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan reflek pada tahap terakhir.
4.      Bicara lembut, pegang tangan bayi diatas dadanya atau lainnya.


a.      Hitung Frekuansi Napas
Pemeriksaan frekuansi napas dilakukan dengan  menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Napas pada bayi baru lahir dikatakan normal apabila frekuensi antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi. Tetapi apabila bayi dalam keadaan  lahir kurang dari 2500 gr atau umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan keadaan  retraksi  dada ringan dan jika pernapasan berhentiselama beberapa detik secara periodik,maka masih juga dalam batas normal.

b.      Hitung Denyut Jantung Bayi dengan Stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung dilakukan untuk menilai apakah  bayi  mengalami gangguan sehingga jantung dalam  keadaan  tidak  normal. Beberapa gangguan tersebut antara lain, seperti suhu  tubuh  yang  tidak  normal, perdarahan atau gangguan napas. Deyut jantung dikatakan  normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali per  menit. Bayi dinyatakan masih dalam  keadaan normal apabila frekuensi denyut jantungnya diatas 60 kali per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek. Hal ini terjadi beberapa kali per hari selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami distress.

2.3.1        Thorax – Paru Paru
Pemeriksaan Paru-paru
Pemeriksaan paru-paru terdiri atas beberapa langkah :
1.      Inspeksi, untuk melihat apakah terdapat kelainan patologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru-paru saat bernapas.
2.      Palpasi untuk menilai :
a.       Simetri atau asimetri dada, yang dapat diperoleh dari adanya benjolan yang abnormal, pembesaran kelenjar limfe pada aksila dan lain-lain.
b.      Adanya fremitus suara, merupakan getaran pada daerah toraks pada saat anak bicara atau menangis yang sama dalam kedua sisi toraks. Apabila suaranya meninggi, maka terjadi konsolidasi seperti pada pneumonia. Apabila menurun, maka terjadi obstruksi, atelektaksis, pleuritis, efusi pleura, dan tumor pada paru-paru. Caranya dengan meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada daerah dada atau punggung.
c.       Adanya krepitasi subkutis, yaitu udara pada daerah jaringan kulit, adanya krepitasi ini dapat terjadi secara spontan, setelah trauma atau tindakan trakeostomi dan lain-lain.
3.      Perkusi,dapat dilakukan dengan cara langsung atau tidak langsung. Cara langsung dapat dilakukan dengan mengetukkan ujung jari atau jari telunjuk langsung ke dinding dada. Sedangkan cara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara meletakkan satu jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan lainnya yang dimulai dari atas ke bawah atau dari kanan ke kiri dengan membandingkannya. Hasil dari pemeriksaan ini adalah :
a.       Sonor merupakan suara paru-paru normal.
b.      Redup atau pekak merupakan suara perkusi yang berkurang normalnya pada daerah scapula, diafragma, hati dan jantung. Suara pekak atau redup ini biasanya terdapat konsolidasi jaringan paru-paru sepertipada atelektasi, pneumonia lobaris dan lain-lain. Pekak pada daerah hati ini terdapat setinggi iga keenam pada garis aksilaris media kanan yang menunjukkan adanya gerakkan pernapasan, yakni menurun pada saat inspirasi dan naik pada saat ekspirasi. Anak dengan keadaan ini akan mengalami kesulitan, khususnya dibawah 2 tahun.
c.       Hipersonor atau timpani yang terjadi apabila udara dalam paru-paru atau pleura bertambah, seperti pada emfisema paru-paru atau pneumotoraks
4.      Auskultasi, untuk menilai suara napas dasar dan suara napas tambaha, yang dilakukan seluruh dada dan punggung. Bandingkan suara napas dari kanan ke kiri, kemudian dari bagianatas ke bawah, dan tekan daerah stestoskop yang kuat. Khusus pada bayi,suara napasnya akan lebih keras karena dinding dadanya masih tipis.


Suara Napas Dasar
Suara napas dasar merupakan suara napas biasa. yang meliputi suara napas vasikuler, bronchial, amforik, cog wheel breath sound dan  metamorphosing breath sound.
1.      Suara napas vasikuler merupakan suara napas normal. Udara masuk dan keluar melalui jalan napas dengan suara inspirasi lebih keras dan panjang daripada suara ekspirasi. Apabila suara vasikuler ini melemah, maka terjadi penyempitan pada daerah bronchus atau keadaan ventilasi yang kurang seperti pada pneumonia, atelektasis edema paru-paru, efusi pleura, emfisema dan pneumotoraks. Vasikuler mengeras apabila konsolidasi bertambah, seperti pneumonia, adanya tumor, dan lain-lain. Khususnya pada asma, suara vasikular pada ekspirasi lebih panjang dibandingkan dengan inspirasi.
2.      Suara napas bronchial merupakan suara napas yang inspirasinya, keras. Suara ini normal terdengar pada daerah bronchus kanan dan kiri, didaerah parasternal atas di dada depan dan di daerah interskapular di belakang.akan tetapi, kemungkinan terjadi konsolidasi paru-paru apabila terjadi pada daerah lain.
3.      Suara napas amforik merupakan suara yang menyerupai bunyi tiupan diatas mulut botol kosong.
4.      Cog wheel breath sound merupakan suara napas yang terdengar secara terputus-petus, tidak terus-menerus pada saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Hal ini dapat menunjukkan adanya kelainan pada bronchus kecil.
5.      Metamorphosing breath sound merupakan suara napas dengan awalan yang halus kemudian mengeras, namun dapat pula dimulai dari suara.

Suara Napas Tambahan
Suara napas tambahan merupakan suara napas yang dapat didengar melalui bantuan auskultasi yang meliputi ronkhi basah / kering, wheezing, krepitasi, bunyi gesekan pleura (pleura friction rub).
1.      Ronkhi basah (rales) merupakan suara napas seperti vibrasi terputus-putus dan tidak terus-menerus. Hal ini terjadi akibat getaran pada cairan dalam jalan napas yang dilalui oleh udara. Ronkhi kering (rhonchi) merupakan suara terus-menerus yang terjadi karena udara melalui jalan napas yang menyempit akibat proses penyempitan jalan napas atau adanya jalan napas yang obstruksi dan lebih terdengar pada saat ekspirasi daripada saat inspirasi.
2.      Wheezing merupakan suara napas yang termasuk dalam ronkhi kering, akan tetapi terdengar secara musical atau sonor apabila dibandingkan dengan ronkhi kering, lebih terdengar pada saat ekspirasi.
3.      Krepitasi merupakan suara napas yang terdengar akibat membukanya alveoli. Suara krepitasi terdengar normal pada daerah belakang bawah dan samping pada saat inspirasi yang dalam, sedangkan patologis terdapat pada pneumonia lobaris.
4.      Gesekan pleura (pleura friction rub) merupakan suara akibat gesekan pleura yang terdengar kasar seolah-olah dekat dengan telinga pemeriksa, terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi, namun terdengar lebih jelas pada akhir inspirasi.

Suara Nafas Tambahan
Bunyi
Karakteristik
Penyebab
Rales


a)      Halus
Intermiten, nada tinggi, bunyi gemesir halus terdengar di akhir inspirsi menunjukan adanya cairan alveoli.
Pneumonia, gagal jantung kongesif
b)      Sedang
Intermiten, basah, keras, nada sedang, terdengar diawal atau tengah inspirasi, hilang dengan batu, menunjukan cairan dalam bronkhiolus dan bronkus
Edema paru-paru
c)      Kasar
Keras, bergelembung, nada rendah, terdengar pada ekspirasi, hilang dengan baatuk, menunjukan adanya cairan bronkus dan bronkhiolus.
Pneumonia dengan gejala paru-paru yang mereda, bronkitis
Ronki (mengi)


a)      Sonor
Kontinu, Mendengar, nada rendah, terdengar diseluruh siklus pernafasan, hilang dengan batuk, menunjukan keterlibatan bronkus.
Bronkhitis
b)      Sibilant (bunyi berdesis)
Kontinu, musikal, nada tinggi, terdengar ditengah hingga akhir ekspirasi, menunjukan oedema dan obstruksi jalan nafas yang lebih kecil, mungkin terdengar stetoslop
Asma
c)      Inspirasi
Sonor, musikal terdengar pada inspirasi.
Obstruksi tinggi
d)     Ekspirasi
Bunyi bersiul, bunyi seperti menggosok, keras, nada tinggi, terdengar selama ekspirasi.
Obstruksi rendah
Pleural friction rub
Seperti memarut, menggosok keras, nada tinggi mungkin terdengar selama inspirasi atau ekspirasi.
Permukaan pleura yang meradang.




2.3.2        Thorax – Kardiovaskuler
·         Cara pemeriksaan kardiovaskuler dimulai dari perifer baru ke
jantung
·         Cari sianosis, jari tabuh, kesukaran bernafas, anemia/polisitemia
Nadi / Pulse
·         Periksa volume, dengan ujung jari pada daerah arteria radialis
·         Frekwensi, tergantung umur, temperatur, gelisah,cemas, olahraga harga normal frekwensi jantung pada saat istirahat
Tekanan Darah
Jarang dilakukan pada bayi dan membutuhkan kesabaran


Yang harus diperhatikan :
Anak dalam keadaan santai
Manset harus sesuai dengan ukuran lengan
Manset menutup 2/3 lengan atas
Lengan,jantung,tensimeter harus dalam posisi
horisontal dan pada level yang sama


Pemeriksaan Jantung
Awalnya, pemeriksaan pada jantung dilakukan dengan inspeksi dan palpasi, kemudian perkusi dan auskultasi.
1.      Inspeksi dan palpasi, dari pemeriksaan ini dapat ditentukan :
a.       Denyut apeks atau aktivitas ventrikel (lebih dikenal dengan nama iktus kordis) merupakan denyut jantung yang dapat dilihat pada daerahapeks, yaitu sela iga keempat pada garis mid klavikularis kiri atau sedikit lateral. Denyut ini dapat terlihat apabila terjadi pembesaran ventrikel. Apabila pada daerah ventrikel kiri besar, maka apeks jantung bergeser ke bawah dank ke lateral.
b.      Detak pulmonal, merupakan detak jantung yang apabila tidak terabapada bunyi jantung II, maka dalam keadaan normal. Sebaliknya, apabila bunyi jantung II mengeras dan dapat diraba pada iga kedua tepi tepi kiri sternum, maka disebut sebagai detak pulmonal atau pulmonary tapping.
c.       Getaran bising (thrill), merupakan getaran pada dinding dada akibat bising jantung keras. Hal ini terjadi pada kelainan organic.

Inspeksi Pada Pemeriksaan Jantung
Mencari adanya penonjolan prekordial (precordial bulge).
Mencari adanya denyutan ventrikel.
Penonjolan prekordial akan menyebabkan sternum dan kosta  akan menonjol kedepan dan bentuk dada lebih cembung.
Denyutan ventrikel kanan akan tampak pada daerah xiposternum.
Denyutan ventrikel kiri tampak didaerah apek, sering tampak pada anak yang kurus, hiperdinamik sirkulasi oleh karena panas, gelisah dan pada anak dengan pembesaran ventrikel kiri.

Palpasi Jantung
Palpasi jantung untuk mengetahui adanya pembesaran ventrikel dan mengetahui adanya murmur yang bila teraba disebut thrill.
Pembesaran ventrikel kanan
Mempergunakan ujung ujung jari, palpasi didaerah interkosta 2-3-4 sepanjang batas sternum kiri. Pembesaran ventrikel kanan disebut kuat angkat yang teraba biasanya suara pertama (sistolik), kadang-kadang juga suara kedua (diastolik) dan suara ketiga waktu terjadi pengisian jantung.

Pembesaran Ventrikel Kiri
·         Pada bayi dan toddler, pembesaran ventrikel kiri teraba
diinterkosta 4 kiri, digaris pertengahan klavikula.
·         Pada anak prasekolah, pembesaran ventrikel kiri/ denyutan
apek teraba diinterkosta 4/5 kiri, digaris pertengahan klavikula
·         Pembesaran ventrikel kiri, teraba denyutan yang merata kuat
dan adanya perpindahan posisi apek.
Thrill pada palpasi menunjukkan adanya kelainan patologis.
Thrilll pada suprasternal koaorta atau stenosis aorta

1.      Perkusi dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung (kardiomegali) serta batasan dari organ jantung. Pemeriksaan dilakukan didaerah sekitar jantung dari perifer hingga ke tengah.
2.      Auskultasi pada jantung dilakukan dengan mendengarkan mulai dari apeks, ketepi kiri sternum pada bagian bawah, bergeser ke atas sepanjang tepi kiri sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan supraklavikula kanan / kiri, lekuk suprasternal daerah karotis di leher kanan atau kiri dan seluruh sisa dada. Pemeriksaan auskultasi secara tradisional dapat dilakukan di daerah mitral, yaitu di apeks untuk trikuspidalis di parasternal kiri bawah, daerah pulmonal pada sela iga kedua tepi kiri sternum dan daerah aorta disela iga kedua tepi kanan sternum.
Pemeriksaan melalui auskultasi jantung dapat ditentukan dengan adanya :
a.       Bunyi jantung I karena katup mitral dan trikuspidalis menutup pada permulaan sistol (kontraksi), bersamaan dengan iktus kordis, denyut karotis terdengar jelas di apeks. bunyi jantung II karena katup aorta dan katup pulmonal menutup pada permulaan diastole (relaksasi jantung), paling jelas di sela iga kedua tepi kiri sternum terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi. Bunyi jantung III karena vibrasi disebabkan oleh pengisian vertical yang cepat (bernada rendah yang terdengar baik di apeks atau presternal kiri bawah dan lebih jelas bila miring ke kiri), kemudian abnormal bila ada pengerasan dan takikardia serta iramanya derap. Bunyi jantung IV karena tahanan terhadap pengisian ventrikel setelah konstraksi atrium, (bernada rendah tidak terdengar pada bayi dan anak), keadaan patologis bila ada bunyi derap.
b.      Irama derap, dapat terdengar apabila bunyi jantung III dan jantung IV terdengar secara keras, kemudian disertai dengan adanya takikardia seperti derap kuda yang berlari.
c.       Bising jantung, dapat terjadi karena arus darah turbulen yaitu melalui jalan abnormal atau sempit dengan penilaian seperti fase bising anatara lain fase sistolik yang terdengar antara bunyi jantung I dan II sedangkan fase diastolic terdengar antara bunyi jantung II dah I, bentuk bising derajat atau intensitas bising antara lain: derajat 1/6 bising lemah hanya terdengar para ahli yang berpengalaman; derajat 2/6 : bising lemah mudah terdengar dengan penjalaran minimal; derajat 3/6 :bising jeras tidak disertai getaran bising penjalaran sedang; derajat 4/6 : bising keras disertai getaran bising dengan penjalaran luas; derajat 5/6 : bising sangat keras, tetapi keras bila stetoskop ditempelkan saja; penjalaran luas derajat 6/6 : bising paling keras, meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada dengan penjalaran luas. Selain penilalaian bunyi jantung tersebut diatas, ada pula penjalaran bising, kualitas bising, frekuensi atau nada bising dan lain-lain.

            Auskultasi Jantung

·         Usahakan anak tidak menangis
·         Gunakan diafragma maupun bell dari stetoskop
·          Posisi anak berbaring dan duduk
·         Catat bila terdapat variasi suara jantung waktu bernafas
·         Suara satu paling baik di dengar di daerah apek mempergunakan bell, suara dua didaerah di daerah basal.
·         Pada bayi suara satu terdengar lebih keras dari suara dua.
·       Pada karditis suara satu terdegar lebih lemah.















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :

1.      Inspeksi
2.      Palpasi
3.      Perkusi
4.      Auskultasi

Pemeriksaan fisik pada bayi dan anak pada bagian toraks meliputi paru-paru dan jantung. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir dan akan pulang dari rumah sakit. Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.





Daftar Pustaka

Uliyah, Musrifatul.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Surabaya: Salemba Medika

No comments:

Post a Comment

Ilmu Kesehatan Masyarakat ( Public Health )

Bagi sebagian orang mungkin banyak yang sudah tidak asing lagi mendengar kata "IKM" atau Ilmu Kesehatan Masyarakat, namun ...