Tuesday, January 31, 2012

ERITEMA INFEKSIOSUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Demam dan ruam adalah tanda yang sering ditemui pada anak. Adanya demam  dan ruam bersama-sama pada umumnya sudah dapat membatasi spektrum diagnosis penyakit yang harus ditegakkan. Spektrum tersebut mencakup infeksi lokal atau sistemik (dengan serangkaian mikroba penyebab), kelainan yang diperantarai toksin (termasuk yang diduga berhubungan dengan superantigen bakteri), dan vaskulitides (termasuk hipersensitifitas).
Kesalahan diagnosis penderita dengan demam dan ruam dapat berakibat besar bagi pasien, kontak, maupun masyarakat. Meningokoksemia yang salah didiagnosis sebagai campak dapat berakibat kematian akibat keterlambatan pengobatan. Pasien demam skarlatina yang salah didiagnosis sebagai rubella seharusnya dapat dicegah supaya tidak mengalami komplikasi otitis media.
Elemen yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang akurat mencakup anamnesis yang detil, observasi sistemik pada penderita anak yang menunjukkan tanda-tanda toksisitas, dan pemeriksaan fisik menyeluruh. Betapapapun sempurnanya, sering kali anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap mempunyai sensitifitas yang rendah. Dalam kondisi semacam itu uji laboratorium dapat menunjukkan peran yang penting.  
Kulit merupakan salah satu kunci awal untuk mengenali penyakit dengan demam yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisma. Para penyebab infeksi tersebut bisa menghasilkan beragam lesi di kulit. Lesi yang muncul pada umumnya akan menjadi petanda penting penegakan diagnosis.


1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat memahami pengertian, gejala-gejala, komplikasi, cara penularan, epidemiologi, sejarah, diagnosa dan pengobatan, serta  pencegahan dari eritema infeksiosum.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.       Mengetahui pengertian dari eritema infeksiosum.
b.      Mengetahui gejala-gejala dari eritema infeksiosum.
c.       Mengetahui komplikasi dari eritema infeksiosum.
d.      Mengetahui cara penularan dari eritema infeksiosum.
e.       Mengetahui epidemiologi dari eritema infeksiosum.
f.       Mengetahui sejarah dari eritema infeksiosum.
g.      Mengetahui diagnosa dan pengobatandari eritema infeksiosum.
h.      Mengetahui pencegahan dari eritema infeksiosum




BAB II
ISI

2.1 Pengertian Eritema dan Eritema Infeksosum
2.1.1 Eritema/Kulit Merah
a.       Anatomi & Fisiologi kulit
Kulit yang merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan tidak beujung pembuluh darah, saraf dan kelenjar, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Fungsi kulit adalah melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap infeksi bakteri, virus, dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan seluruh kulit, maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit – elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja; Contoh dari keadaan ini adalah pada pasien luka bakar. Bau pada kulit merupakan pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan seksual. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat, berkat jalinan ujung – ujung saraf yang saling bertautan.
Secara makroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar kulit dibagi 2 lapisan yaitu lapisan sel – sel tidak berinti yang bertanduk dan lapisan dalam yaitu stratum malphigi. Stratum malphigi ini merupakan asal sel – sel permukaan bertanduk setelah mengalami proses diferensiasi.
Stratum malphigi dibagi menjadi stratum granulosum da, lapisan sel basal dan stratum spinosum. Lapisan sel basal sebagian besar terdiri dari sel – sel epidermis yang tidak berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis. Kalau sel ini mengalami mitosis, salah satu sel anak akan tetap berada di lapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan sel yang lain bermigrasi ke atas menuju stratum spinosum. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin suatu protein fibrosa. Pada waktu keratinosit meninggalkans tratum spinosum dan bergerak ke atas, sel-sel ini akan mengalami perubahan bentuk, orientasi, struktur sitoplasmik dan komposisi. Proses ini mengakibatkan tranformasi dari sel-sel yang hidup, aktif mensintesis menjadi sel-sel yang mati dan bertanduk dari stratum korneum, yang dinamakan keratinisasi. Stratum granulosum yang berada tepat dibawah stratum korneum berfungsi menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum.. Sel utama epidermis yang kedua adalah melanosit yang ditemukan pada lapisan basal.
Dermis terletak dibawah epidermis dan terdiri atas serabut – serabut kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Dibawah dermis terdapat lapisan ketiga yaitu lemak subkutan, Lapisan ini merupakan bantalan utuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi. Kelenjar Sebasea merupakan struktur lobular yang terdiri dari sel – sel yang berisi lemak. Substansi berminyak yang disebut sebum disalurkan menuju saluran sentral dan dikeluarkan melalui saluran pilosebasea folikel – folikel rambut. Aktifitas kelenjar ini diatur oleh hormon androgenic. Kelenjar apokrin terutama ditemukan di daerah aksila, kulit genital, sekitar putting susu dan di daerah perianal. Saluran apokrin mengosongkan sekresinya ke dalam folikel rambut di atas muara saluran sebasea. Sekresi apokrin tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna bagi manusia, tetapi kelenjar ini menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya mengalami dekomposisi oleh bakteri. Rambut dibentuk dari keratin. Melalui proses diferensiasi yang sudah ditentukan sebelumnya, sel – sel epidermis tertentu akan membentuk folikel – folikel rambut. Folikel rambut ini disokong oleh matriks kulit dan akan berdiferensiasi menjadi rambut. Kuku merupakan lempeng keratin mati yang dibentuk oelh sel-sel epidermis matriks kuku. Matriks kuku terletak di bawah bagian proksimal lempeng kuku dalam dermis. Bagian ini dapat terlihat sebagai suatu daerah putih yang disebut lunula yang tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan kutikula.
b.      Definisi, Penyebab dan Pengobatan
Erythema kemerahan pada kulit yang diakibatkan dari sumbatan kapiler. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi, pengobatan elektrik, medikasi akne, alergi, radiasi sinar matahari, dan segala sesuatu yang meyepabkan kapiler berdilatasi, menghasilkan kemerahan. Eritema juga sering sebagai efek samping dari pengobatan radioterapi. Sebanyak 30% - 50 % kasus, penyebab dari eritema tidak diketahui.

2.1.2 Eritema Infeksiosum

Eitema Infeksiosum, disebut juga penyakit kelima, merupakan penyakit virus yang biasanya terdapat pada anak-anak dan disebabkan oleh parvovirus. Pada pipi dan ekstremitas timbul macula-macula pucat bagaikan jalinan jala, kadang-kadang disertai demam ringan, malese dan erupsi kulit yang gatal. Infeksi ini berlangsung 1 -2 minggu dan tidak perlu mendapatkan pengobatan.
Penyakit ini disebabkan oleh HPV B19 (human parvo virus). Parvovirus adalah virus kecil mengandung DNA yang menginfeksi berbagai spesies binatang. Parvovirus sebagai penyebab penyakit pada binatang seperti parvosirus amang dan virus panleukopenia kucing. Tetapi parvovirus B19 adalah satu-satunya strain yang patogenik pada manusia. Infeksi ini ditularkan melalui percikan ludah penderita. Infeksi juga bisa ditularkan dari ibu hamil kepada janinnya, dan kemungkinan menyebabkan lahir mati, anemia atau edema pada janin.
Penyakit ini biasanya berlangsung selama 5 hari, tetapi ruamnya bisa kambuh lagi dalam beberapa minggu dan biasanya kekambuhan ini disebabkan oleh pemaparan sinar matahari, panas, olahraga, demam maupun stress emosional.
Infectiosum Eritema atau penyakit kelima adalah salah satu manifestasi beberapa kemungkinan infeksi oleh erythrovirus sebelumnya bernama B19 parvovirus. Penyakit ini juga disebut sebagai sindrom menampar pipi, slapcheek, menampar wajah atau menampar wajah. Di Jepang penyakit ini disebut ‘sakit apel’ atau ‘ringo-Byou’ merujuk pada gejala kemerahan wajah.

2.2 Gejala-Gejala
Tanda khas Eritema Infeksiosum (EI) adalah terdapat ruam yang khas. Fase prodominal ringan yang terdiri dari demam ringan, nyeri kepala dan gejala- gejala infeksi saluran pernafasan atas ringan. Ruam khas EI terjadi pada tiga stadium yang tidak selalu dapat dibedakan. Stadium awal adalah kemerahan muka eritematosa, sering digambarkan sebagai gambaran “pipi tertampar”. Ruam menyebar dengan cepat atau bersama- sama sampai ke badan dan tungkai proksimal sebagai eritema makular difus pada stadium kedua. Pembersihan sentral lesi makuler dengan cepat, menimbulkan penampakan ruam seperti renda atau anyaman yang rumit. Telapak tangan dan kaki bebas, dan ruam cenderung lebih mencolok pada permukaan ekstensor. Anak yang terkena tidak demam dan tidak tampak sakit. Anak yang lebih tua sering mengeluh gatal ringan. Ruam sembuh secara spontan tanpa deskuamasi tetapi cenderung bertambah besar dan mengurang selama 1-3 minggu. Ruam ini dapat kumat dengan pemajanan pada cahaya matahari, panas, latihan fisik, dan sters. Limfadenopati dan papula, purpura, ruam vesikular atipik juga diuraikan.
Eritema infeksiosa biasanya berawal sebagai kemerahan dipipi (seperti bekas  tamparan). Kemudian akan timbul ruam di lengan, tungkai dan batang tubuh. Bagian tengah dari ruam ini warnanya lebih pucat (memudar).
Ruam biasanya berlangsung selama 1-2 minggu dan jarang disertai demam. Kadang timbul sakit kepala dan nyeri sendi (arthralgia) yang sifatnya ringan.
Pipi merah terang adalah mendefinisikan gejala infeksi pada anak-anak (maka nama "menampar pipi penyakit"). Kadang-kadang ruam akan memperpanjang atas jembatan hidung atau sekitar mulut. Selain pipi merah, anak-anak sering mengalami ruam, berenda merah pada seluruh tubuh, dengan lengan atas dan kaki menjadi lokasi yang paling umum. Ruam biasanya berlangsung beberapa hari dan mungkin gatal, beberapa kasus telah diketahui berlangsung selama beberapa minggu. Pasien biasanya tidak lagi menular setelah ruam muncul.
Remaja dan orang dewasa mungkin hadir dengan arthritis diri terbatas. Ia mewujud dalam menyakitkan pembengkakan sendi yang terasa mirip dengan artritis. Anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa dengan Eritema Infeksiosum akan mengalami kesulitan dalam berjalan dan dalam sendi lentur seperti pergelangan tangan, lutut pergelangan kaki, jari, dan bahu.

2.3 Komplikasi
Infeksi ini biasanya ringan, tetapi pada kelompok risiko tertentu dapat memiliki konsekuensi yang serius:
a.       Krisis Aplastik Sementara
Individu dengan keadaana hemolitik kronik dapat mengalami aplasia sel darah merah sementara sesudah kontak dengan B19. penghentian sementara eritropoenis dan retikulositopena absolut yang terpicu oleh infeksi B19 menimbulkan penurunan hemoglobin serum mendadak. Sakit dengan demam, malaise, dan letargi, tanda-tanda dan gejala-gejala anemia berat seperti pucat, takikardia dan takipnea. Ruam jarang ada. Anak dengan hemoglobinopati sabit dapat mengalami krisis nyeri vaso-oklusif yang bersamaan. Krisis aplastik yang terangsang B19 terjadi pada penderita dengan semua jenis hemolisik kronik, termasuk penyakit sel sabit, talassemia, sferositosis heriditer, dan defisiensi piruvat kinase.

b.      Artropati
Artritis dan artralgia sebagai komplikasi panyakit kelima, 60% orang dewasa dan 80% wanita dewasa melaporkan gejala-gejala sendi. Gejala-gejala sendi berkisar dari artralgia difus dengan kekakuan pada pagi hari (morning stiffness) sampai artritis yang jelas. Seperti pada tangan, pergelangan tangan, lutut dan pergelangan kaki. Gejala-gejala sendi sembuh sendiri dan, pada sebagian besar penderita yang mempunyai perjalanan yang lama sampai beberapa bulan, memberi kesan artritis reumatoid.

c.       Infeksi Pada Hospes Imun Terganggu
Infeksi kronik ditemukan pada anak dengan kanker yang sedang mendapat kemoterapi sitotoksik, anak-anak yang dengan sindrom imunodefisiensi didapat kongenital (AIDS), dan penderita dengan defek pada perpindahan kelas IgG yang tidak mampu menghasilkan antibodi neutralisasi.


d.      Infeksi janin
Mekanisme penyakit janin tampak merupakan aplasia sel darah merah akibat virus pada saat fraksi eritroid janin meluas dengan cepat. Menyebabkan anemia berat, gagal jantung, dan hidrops, DNA virus telah terdeteksi pada abortus yang terinfeksi. Pada wanita hamil, infeksi pada trimester pertama erat kaitannya dengan fetalis hidrops, menyebabkan aborsi spontan.

2.4 Cara Penularan
Penyakit ini menular terutama oleh cairan pernafasan (air liur, lendir dll) tetapi juga dapat menyebar melalui kontak dengan darah yang terinfeksi. Masa inkubasi (waktu antara infeksi awal dan timbulnya gejala) biasanya antara 4 dan 21 hari (rata-rata 16-17 hari). Individu dengan penyakit kelima yang paling menular sebelum timbulnya gejala. Biasanya, sekolah anak-anak, pekerja penitipan anak, guru dan ibu yang paling mungkin terkena virus. Ketika gejala yang nyata, ada sedikit risiko penularan, karena itu, individu simptomatik tidak perlu diisolasi.
Kecepatan penularan dalam rumah tangga berkisar 15-30% pada kontak rentan ; ibu-ibu lebih sering terinfeksi daripada ayah. Pada wabah eritems infeksiosum di sekolah dasar , angka serangan sekunder 10-60%, wabah nosokomal 30% pada pekerja perawat yang rentan.

2.5 Epidemiologi
70% kasus terjadi antara anak umur 5-15 tahun yang terjadi pada musim dingin dgn musim semi. Survei serologis dari berbagai negara menunjukkan 40-60% orang dewasa mempunyai bukti infeksi sebelumnya. KLB dapat timbul terutama di sekolah, penitipan anak, TK, dan SD.


2.6 Sejarah
Istilah "penyakit kelima" berasal dari klasifikasi sejarah sebagai urutan kelima dari ruam kulit masa kanak-kanak klasik atau exanthems. Epidemi campak dan cacar telah terjadi sejak kekaisaran Romawi dan China pada awal abad masehi. Demam skarlatina dikenali sebagai penyakit tersendiri sejak abad 17. Cacar air dan rubella baru diidentifikasi di abad ke-18 dan 19.
Pada penulisan di awal abad ke-20, penyakit eksantema makulopapular diberi nomor berdasarkan urutan kemunculan pertama kalinya. Demam skarlatina dan campak adalah 2 penyakit yang terawal di kelompok ini. Tabel berikut menggambarkan urutan penyakit berdasarkan nomor historis.
Tabel 1. Nomenklatur Eksantema Infeksi Klasik
DISEASES
INFECTIOUS AGENTS

First
Second
Third
Fourth
Fifth
Sixth


Rubeola or measles
Streptococcal scarlet fever
Rubella or German measles
Filatov-Dukes disease
Erythema infectiosum ( parvovirus B19 )
Human herpes virus 6 ( roseola )
Sumber :
Lau AS, Uba A, Lehman D. Infectious diseases. Dalam: Rudolph AM, Kamei RK, Overby KJ, editor. Rudolph’s fundamentals of pediatrics. Edisi ketiga. Mc-Graw Hill. New York, 2002; 379-86.
Cherry JD. Cutaneous manifestations of systemic infections. Dalam: Feigin R, Cherry JD, editor. Textbook of pediatric infectious diseases. Volume 1. Edisi ketiga. WB Saunders Company. Philadelphia, 1992; 755-82.

Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Robert Willan pada tahun 1799 sebagai "Rubeola, catarrho sinus". Lalu didefinisikan oleh Anton Tschamer pada tahun 1889 sebagai varian rubella ("Ortliche Rotheln"), diidentifikasi sebagai suatu kondisi yang berbeda pada tahun 1896 oleh T. Escherich, dan diberi nama "infectiosum eritema" pada tahun 1899.

2.7 Diagnosa dan Pengobatan
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan ruamnya yang khas. Kadang dilakukan pengukuran titer antibody untuk HPV B19.
Biasanya tidak perlu diberikan pengobatan khusus untuk eritema infeksiosa. Jika timbul demam atau nyeri sendi bisa diberikan asetaminofen.

2.8 Pencegahan
Tidak perlu untuk menjaga anak yang terinfeksi jauh dari sekolah, karena pada kebanyakan orang penyakit ini adalah ringan dan membatasi diri, dan pada kebanyakan anak vuris tidak lagi infektif pada saat ruam muncul dan diagnosis dibuat. Sering mencuci tangan dapat mengurangi penyebaran tetesan pernapasan. US Centers for Disease Control dan Pencegahan tidak merekomendasikan bahwa wanita hamil secara rutin dikeluarkan dari tempat kerja di mana suatu wabah melanda. Keputusan untuk menjauh adalah keputusan pribadi yang dibuat setelah diskusi dengan wanita, dokter keluarga dan majikan.
Pengembangan vaksin yang efektif secara teknis layak namun telah terhenti terutama oleh kurangnya minat komersial.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Definisi dari eritema infeksiosum adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya ruam pada wajah. Penyakit ini disebabkan oleh HPV B19 (human parvo virus).  Ruam biasanya berlangsung selama 1-2 minggu dan jarang disertai demam. Kadang timbul sakit kepala dan nyeri sendi (arthralgia) yang sifatnya ringan. Penyakit ini menular terutama oleh cairan pernafasan (air liur, lendir dll) tetapi juga dapat menyebar melalui kontak dengan darah yang terinfeksi. 70% kasus terjadi antara anak umur 5-15 tahun yang terjadi pada musim dingin dgn musim semi. Survei serologis dari berbagai negara menunjukkan 40-60% orang dewasa mempunyai bukti infeksi sebelumnya.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan ruamnya yang khas. Kadang dilakukan pengukuran titer antibody untuk HPV B19. Biasanya tidak perlu diberikan pengobatan khusus untuk eritema infeksiosa. Jika timbul demam atau nyeri sendi bisa diberikan asetaminofen. Sering mencuci tangan dapat mengurangi penyebaran tetesan pernapasan, Pengembangan vaksin yang efektif secara teknis layak namun telah terhenti terutama oleh kurangnya minat komersial.         
3.2 Saran
Untuk lebih meningkatkan upaya pencegahan dan mencegah terjadinya penularan dengan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan serta tidak sembarangan dalam menggunakan peralatan orang lain. Apalagi bagi anak balita yang sangat mudah tertular, akan membutuhkan perhatian yang lebih besar. Karena yang dikhawatirkan adalah apabila sampai terjadi komplikasi pada individu yang memiliki resiko tinggi seperti ibu hamil atau pada anak dengan sistem imun yang terganggu.





DAFTAR PUSTAKA

Arvin , Behrman Klirgman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.,Jakarta : EGC
http://en.wikipedia.org/wiki/Erythema_infectiosum
http://medicastore.com/penyakit/940/Eritema_Infeksiosa.html

No comments:

Post a Comment

Ilmu Kesehatan Masyarakat ( Public Health )

Bagi sebagian orang mungkin banyak yang sudah tidak asing lagi mendengar kata "IKM" atau Ilmu Kesehatan Masyarakat, namun ...